Pagi-pagi sekali Hyura sudah bangun, ia beranjak mandi sebelum akhirnya pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Tentu saja, karena ia sudah memiliki jadwal hari ini, yaitu mengunjungi makam ayahnya.
Hyura sudah lama tak berkunjung karena sibuk mengurus pernikahannya dengan Chan kala itu. Ia menyiapkan nasi, telur mata sapi dan juga beberapa tumis sayuran di meja, untuk sarapannya dengan Chan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lelaki itu belum juga muncul batang hidungnya. Hyura malas sekali jika harus memanggilnya lagi, takut Chan menuduhnya mengintip lagi. Namun, Hyura buru-buru menghilangkan kekhawatirannya, ketika akhirnya melihat Chan berjalan ke arahnya dengan penampilan yang sudah rapi. Sepertinya lelaki itu menyukai warna hitam, Hyura sering melihatnya memakai baju hitam.
"Kau memasak apa?" suara berat Chan menyadarkannya.
"Hanya itu, ayo sarapan dan segera berangkat"
Hyura berkata sambil melirik jam tangannya, sudah pukul 08.00. Makam ayahnya letaknya lumayan jauh jika dari rumah Chan. Belum lagi mereka harus mampir untuk membeli bunga.
Chan mengangguk singkat dan menarik kursi. Ia memulai sarapannya, diikuti Hyura juga.
"Chan, kita mampir beli bunga dulu ya?"
"Oke"
Hanya itu, Hyura jadi sebal, kenapa Chan jadi suka berubah-ubah. Kadang cerewet dan kadang jadi mendadak pendiam. Sampai akhirnya sarapan selesai karena keduanya tak berbincang sama sekali dan hanya fokus makan.
Namun, lagi-lagi suara Chan menghentikan kegiatan Hyura saat wanita itu akan merapikan piring, "Hyura..."
"Ya?"
"Terima kasih, karena sudah memasak. Masakanmu enak"
Akhirnya, lolos sudah yang ingin ia katakan pada wanita itu. Jadi sedari tadi Chan hanya diam karena bingung bagaimana menyampaikan hal itu. Chan mengatakannya dengan diiringi senyuman, membuat wajah Hyura memerah seketika.
"A-ah, terima kasih"
"Aku jarang makan masakan rumahan. Terkadang jika ingin, aku akan memesan dari restoran"
"Hm b-begitu ya? K-kalau begitu, aku akan sering memasak untukmu. A-ayo berangkat cuci piringnya nanti saja"
"Eh dimana ya pintu keluarnya? Ah di sini ternyata, siapa sih yang memindahkannya?"
Hyura bergegas beranjak pergi meninggalkan Chan yang hanya tertawa geli melihat tingkah wanita itu. Jelas-jelas pintu itu tetap di tempatnya. Sepertinya wanita itu sedang salah tingkah.
'Imutsekali'
======
"Pagi Kak Sejeong!"
Hyura melangkah masuk, membungkuk sopan pada pemilik toko bunga langganannya itu.
"Oh hai Hyura, lumayan lama juga kau tidak kemari"