Selain menyanyi di cafe Jihoon, kini ada hobi lain dari seorang Ji Hyura yaitu merenung. Ya, belakangan ini Hyura jadi sering merenung. Bagaimana tidak, Chan menjadi bersikap sedikit aneh menurutnya.
Chan sudah genap satu minggu tidak pulang dan selama itu pula lelaki itu juga hanya tiga kali memberi kabar. Bayangkan saja hanya tiga kali dan itupun hanya pesan singkat karena ketika Hyura membalasnya, Chan tidak memberi balasan lagi.
Sebenarnya Hyura juga membuang gengsi beberapa kali untuk menghubungi terlebih dahulu. Namun, tetap saja lelaki itu hanya membalas seadanya atau yang paling parah pesan Hyura hanya dibaca saja.
Seakan tak cukup dengan itu, sebenarnya sewaktu Chan berangkat seminggu yang lalu dia juga bersikap aneh. Lelaki itu lebih banyak diam di mobil. Hyura kala itu tak begitu memperhatikan hingga perilaku Chan baru-baru ini semakin menguatkan pikirannya jika Chan pasti sedang tidak baik-baik saja.
Hyura juga jadi menduga-duga apakah dia memiliki kesalahan hingga Chan terlihat menjauhinya.
Wanita itu kemudian menghembuskan napas kasar, ini sudah jam sepuluh malam. Dan dia lagi-lagi merenungkan hal yang sama. Bahkan dia belum sempat berganti pakaian dari cafe Jihoon tadi.
Menurut pesan Chan tiga hari lalu, lelaki itu mengatakan bahwa besok dia akan pulang. Ya, bagaimanapun besok ketika Chan pulang ia harus segera menanyakan hal ini pada lelaki itu. Masa bodoh dengan rasa gengsinya, ia tak bisa memendam ini terlalu lama.
Hyura bangkit dari tempat duduknya untuk menuju kamar mandi. Namun, ponselnya bergetar menunjukkan notifikasi panggilan telefon.
+822-22022xxx is calling...
Hyura mengernyitkan dahinya mengetahui yang menelfonnya adalah nomor tak dikenal. Selanjutnya ia menggedikkan bahu memilih mengabaikan panggilan itu.
'Mungkin orang iseng' pikirnya
Namun lagi-lagi nomor itu menelfon berulang kali dan terakhir ada pesan yang masuk dari nomor tersebut. Hyura kemudian meraih ponselnya dan membuka pesan itu.
+822-22022xxx
Permisi saya bartender di club malam Chroma daerah Jung-gu.
Ponsel ini milik Tuan Jeno Lee, saat ini dia sedang mabuk berat dan tidak ada satu orang pun yang mendampinginya.
Dia menyuruh saya menghubungi Anda, Nona Hyura.
Bisa tolong ke mari dan antarkan Tuan Jeno pulang?
Maaf mengganggu malam Anda.Hyura lagi-lagi mengernyitkan keningnya, Jeno? Mabuk? Ahh, dia jadi ingat ketika Jeno menikah, ia langsung menghapus kontak Jeno di ponselnya. Pantas saja nomornya jadi tidak dikenal. Yang Hyura ingat, nomor ponsel Jeno memang banyak memiliki angka dua karena hari jadi mereka adalah tanggal 22 Februari dulu.
Hyura kemudian memilih mendial nomor itu untuk memastikan.
"Halo?"
"Ah iya benar aku Ji Hyura"
"Begitu ya? Bisa kirimkan lokasinya?"
"Baiklah terima kasih. Selamat malam"
Hyura yang tadinya akan ke kamar mandi jadi mengurungkan niatnya. Kasihan juga, pikirnya. Pasti Jeno sedang terpuruk akibat perceraiannya. Bagaimanapun meski Jeno sudah menyakitinya, ia tetap memilih menolongnya. Toh, hatinya juga sudah membaik sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CAPTAIN [Bang Chan] ✔
RomanceBaginya, Chan seperti ketujuh cahaya pelangi yang datang setelah derasnya hujan.