10🐇

332 70 155
                                    


"KAK AMEL!"

Teriakan itu menggema di ruangan yang bernuansa putih, bau obat obatan begitu menyengat indra penciuman. Ruangan itu tertata rapi seolah tak pernah digunakan, matanya menelisik ke seluruh arah.

Melihat brankar  di depannya dengan segera membaringkan sang cewek dengan hati hati, takut melukainya karena cukup pergelangan tangannya saja yang terluka hatinya jangan.

Dika berjanji setelah mendapatkan hatinya dia tidak akan pernah melukainya, akan menjaganya bagai berlian yang bernilai ratusan miliyar. Dika tidak seperti pria diluar sana yang setelah mendapatkan hati yang dia inginkan lalu dicampakkan begitu saja.

Didalam hati Dika hanya tersimpan empat wanita, yang pertama Mama nya tentu saja, kedua Kakak nya, ketiga masa lalunya dan yang keempat baru lah Renata.

Melangkah dengan tergopoh gopoh, menggendor pintu kamar mandi selama sepuluh menit. Sebentar... tak ada suara gemercik air, ada selembar kertas yang dtempelkan di pintu kamar mandi.

KAMAR MANDINYA RUSAK JADI JAN DIPAKEK KLOK UDH KEBELET NGOMPOL AJA TAPI TAR DI PEL YAK, HARUS TANGGUNG JAWAB LHO. SEKIAN DARI AMEL YANG CANTIK.

Baiklah, Dika terlalu ceroboh.

"ARGHHHHH! GUE HARUS GIMANA ANJING!!" Teriak Dika frustasi, siapa yang tidak frustasi saat berada di situasi seperti ini?. Panik, marah, kecewa, semua perasaan seolah menjadi satu.

Dika tak tau harus bagaimana lagi menghadapi semua ini, berlari sekuat tenaga mendekati Renata lalu menggendongnya.

Rumah sakit hanya itu tujuan Dika sekarang, untungnya Dika membawa mobil tadi bukan motor. Andai Dika membawa motor pasti akan lebih sulit.

Koridor yang beberapa menit tadi ramai sekarang sepi, tak ada seorang Siswa ataupun Siswi yang masih berkeliaran.

Maklum saja bel masuk sudah berbunyi, setiap melewati ruang kelas pasti ada saja yang mengintip atau melihatnya terang terangan sampai ada beberapa Guru yang meneriakinya untuk masuk ke dalam kelas nya.

Dika mengacuhkan semua itu tujuannya sekarang hanyalah menyelamatkan Renata, darah masih setia mengucur dengan derasnya dari pergelangan tangan Renata.

Muka Renata sekarang bisa dibilang sudah seperti mayat hidup, seluruh tubuhnya dingin, seragamnya terkena noda merah dari darahnya sendiri. Dika pun begitu, penampilannya acak acakan, bajunya keluar sebelah, rambutnya sudah lepek karena terkena keringat.Sudah tak bisa dideskripsikan lagi.

Setelah sampai di parkiran Dika segera mengeluarkan kunci mobil dari dalam saku celananya dan dapat.

Membuka pintu mobil dan membaringkan Renata di belakang lalu berpindah lagi ke depan untuk menyetir tentunya kalau bukan Dika siapa lagi?.

Menginjak gas dan langsung melajukan mobilnya, melanggar lampu merah. Dika tidak perduli dengan peraturan sekarang yang terpenting calon pengantinnya harus selamat.

Di sela sela menyetir Dika menoleh ke belakang dan berucap.

" Gue mohon bertahan Ta" Sudut matanya mengeluarkan cairan bening, Dika sudah sayang kepada Renata walaupun hanya bertemu beberapa kali. Dika tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya, terkesan lebay mungkin tapi itu lah Ardika Sanjaya.

Sekali mencintai maka  Dika akan seperti ini, sikapnya tak pernah dibuat buat. Terlalu perduli dengan orang yang disekitarnya, siapapun itu bahkan yang baru kenal sekalipun. Baik ke semua orang sehingga tak bisa membedakan mana yang memanfaatkannya dan mana yang tidak.

Menolehkan kepalanya ke depan dan menambah laju kecepatannya hingga beberapa menit kemudian Dika sampai di sebuah Rumah Sakit.

Keluar dari mobil dengan terburu buru dan kembali menggendong Renata untuk masuk ke dalam Ruang Sakit.

"SUSTER! DOKTER!! TOLONG ISTRI SAYA!!" Dika berteriak seperti orang yang kesurupan, semua mata tertuju padanya.

" Istri? Masih sekolah kok udah nikah? IyuhhKomentar dari seorang ibu ibu yang memiliki badan agak berisi dengan rambut dicepol atas, rambutnya pun sudah berwarna putih semua. Kulitnya agak keriput dan mungkin lebih pantas disebut dengan Nenek.

" Diem lo ya! Mau gue tuntut?!!" Mata Dika menyorot tajam, suaranya memang terkesan biasa saja namun terdengar menyeramkan sekaligus mengintimidasi.

"Ma-maafSuara sang Nenek bergetar, keberaniannya yang tadi seolah lenyap seketika digantikan dengan rasa ketakutan.

" Maaf Dek ini temennya? Di pindahin dulu ke brankar dek nanti takutnya temennya Adek kehabisan banyak darah!" Entah dari mana Suster itu datang.

"Dia istri gue!"

🐇

HAIII? AKU BALEK LHOOO NIII

MAAP PENDEK LAGI HEHE DRI PDA G UPDATE JDI YWDH INI AJA 👉👈

OH YA MKSH UDH BACA, VOTE, KOMEN DAN JANGAN BOSEN YA 😙

BABAYY









RENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang