Happy reading!
Bruk
Seorang perempuan dan laki laki saling bertabrakan menyebabkan beberapa belanjaan si perempuan terjatuh.
Dengan sepontan laki laki tersebut membantu nya untuk memungut barang barang nya yang terjatuh.
Ketika sedang memungut barang terakhir tangan mereka tidak sengaja bersentuhan karena mereka sama sama ingin mengambil barang yang sama.
Iris mereka bertubrukan, mereka berdua terdiam. Sama sama berusaha untuk mengingat yang ditabrak nya, mata mereka sedari tadi tidak lepas satu sama lain.
Mereka merasa tidak asing satu sama lain, beberapa menit kemudian laki laki tersebut teringat.
" Sherly, ini lo kan?" Tanya nya kemudian berdiri.
" Iya ini gue, lupa lo sama gue?" Tanya balik perempuan tersebut lalu memungut barang tadi kemudian dimasukan nya kembali kedalam tas nya.
" Yakali gue lupa sama lo, lo kan temen gue" Jawab nya dengan tenang dan merapikan rambut nya yang sedikit berantakan.
" Owh, jadi lo nganggep gue cuma temen?" Tanya Sherly terang terangan lalu berdiri.
" Iya, terus mau lo apa klok bukan jadi temen?" Balik tanya nya.
" Lo gitu banget ke gue ih, gue kan sahabat lo. Pala lo nggak abis kejedot kan Dika? Lo nggak amnesia kan?" Tanya Sherly beruntun, satu tangan nya terulur untuk mengecek kepala Dika. Takut nya ada luka di kepala Dika yang menyebabkan Dika menjadi melupakan diri nya.
" Gue nggak abis kejedot woy" Setelah mengatakan bahwa kepala nya tidak apa apa dengan segera Dika menepis tangan Sherly yang ingin menyentuh kepala nya.
" Dih, lo mah ih. Tau ah gue ngambek" Kaki nya dihentak-hentakan lalu berjalan meninggalkan Dika.
" Harus nya gue yang ngambek, lo sih ninggalin gue lama banget. Dua tahun lo di Australia dan nggak ngabarin gue sama sekali" Bibir nya di pautkan seraya menyusul Sherly yang tidak jauh dari nya.
" Gue denger ya, gue kesana juga bukan atas keinginan gue sendiri kali. Dan masalah gue nggak ngabarin lo itu, baru sampe sana hp gue rusak, jatuh dari tas gue. Gue langsung beli hp dong tapi gue lupa nomer lo, nomer kita juga nggak sama karena gue beli nya dari sono. Klok dari medsos, iya sih gue bisa aja tapi gue nggak punya waktu sampe sana gue langsung ngurus kepindahan gue trus gue terlalu dituntut untuk belajar dan belajar sama Orang Tua gue. Lo tau sendiri kan Orang Tua gue gimana?" Jelas Sherly panjang lebar dengan satu tarikan nafas.
" Lo egois masa waktu semenit aja buat ngabarin gue lo nggak ada waktu, lo nggak tau apa klok gue kangen sama lo"
" Lo kira gue nggak kangen sama lo?" Dika membalik kan ucapan Sherly, bibir nya pun tetap di pautkan.
" Cie yang kangen sama gue cie, utututu. Sini peluk dulu" Pinta Sherly kemudian merentangkan tangan nya lebar lebar.
Dengan segera Dika memeluk Sherly, kerinduan yang selama ini di pendam nya sendiri, yang hanya bisa di ceritakan nya kepada bintang, bulan dan langit malam kini sudah terbalaskan.
Dika memeluk Sherly erat seakan takut di tinggal kan oleh Sherly lagi.
" Woy gue nggak bisa napas"
Mendengar itu Dika melepaskan pelukan nya lalu melihat Sherly dengan tatapan tak berdosa.
" Bangsul lo!" Sherly memukul tangan Dika dengan begitu keras nya hingga menghasilkan suara.
" Hehe" Dika menyengir lebar.
Tawa canda mereka lontarkan satu sama lain, keceriaan terpancar dari wajah mereka berdua. Hingga Dika lupa tujuan nya akan pergi kemana sebelum bertemu dengan Sherly.
🐇
Tok tok
Dua insan yang berbeda gender dengan sabar menunggu untuk dibukakan pintu Rumah Sakit yang ada di depan nya sekarang.
Niat nya untuk menjenguk dan menanyakan keadaan nya bagaimana.
Kret
Pintu dibuka dari dalam dan terlihat seorang Wanita paruh baya yang tersenyum lembut melihat kedatangan kedua nya.
" Reza, kamu urus administrasi nya dulu ya Mama udah siapin barang barang Ata tadi, eh ini siapa? Cantik banget sih" Ucap Citra yang baru sadar jika bukan hanya Reza yang di depan nya.
" Dinda tante" Dinda memperkenalkan diri lalu menyalami tangan Cintra, sopan sekali.
" Pacar nya Reza ya?" Tanya Citra lagi.
" Calon menantu Mama-" Ceplos Reza mengklaim Dinda sebagai Calon Istri nya.
" Nggak Tan, kita temanan doang" Potong Dinda, tak ingin ada kesalah pahaman.
" Ayo masuk nak, Reza urus administrasi nya sana!" Perintah Citra.
" Ini anak emak lho, baru dateng eh main langsung ngusir aja. Nggak disuruh duduk dulu gitu? Reza capek Mak ah elah"
" Drama nya nantian aja, sono sono" Usir Citra mendorong Reza.
" Iye ma iye"
Reza pun dengan segera membayar administrasi karena Renata sudah diperbolehkan untuk pulang, luka nya pun sudah sembuh.
🐇
Drtt drt
Merasakan getaran di dalam saku nya membuat Dika ingin merogoh handphone yang berada di saku celana kanan nya.
" Ke sana yuk" Ajak Sherly kemudian menarik tangan Dika yang semula akan mengambil handphone nya.
" Eh bentar dulu, ada yang nelfon nih" Cegah Dika lalu melepaskan tangan Sherly.
" Jadi lo lebih mentingin hp itu dari pada gue yang cuma satu minggu di sini? Gitu? Gue pengen sama lo terus Dik karena waktu gue di sini cuma seminggu. Gue mau kita ngelakuin apa pun yang gue mau, gue mau seneng seneng di sini sama lo karena di sana senyum gue pun nggak pernah tulus. Tekanan dari Orang Tua gue, jujur gue lebih nyaman sama lo dari pada sama Orang Tua gue" Tak lama cairan bening meluncur deras dari mata indah nya.
" Iya, nggak gue angkat tuh. Jangan nangis dong, kayak bocah lo" Dika menarik Sherly ke pelukan nya.
Melihat tingkah Sherly yang seperti ini, sangat terbalik dengan Renata. Dika jadi rindu dengan Renata.
Sebentar, Renata?. Astaga, Dika lupa kalau hari ini Renata akan pulang ke rumah nya.
" Ya ampun, gue lupa. Renata pulang hari ini, sial banget sih gue, Ata pasti marah sama gue" Ucap Dika setelah melepaskan pelukan nya.
" Renata siapa? Pacar lo?" Tanya Sherly dengan wajah kebingungan.
" Bukan, calon istri gue" Jawab Dika blakan blakan.
Sherly terdiam, mesin berusaha untuk mencerna maksud Dika.
" Gue duluan ya Sher"
Dika berlari mendekati mobil nya dan mengegas mobil nya kemudian meninggalkan Sherly yang masih terus melihat mobil Dika menjauh
🐇