13. T E M A N K E C I L (?)

5 0 0
                                    


"Yaampun, lo kemana aja sih?" tiba saatnya Bintang masuk sekolah dan disuguhkan oleh pandangan Angkasa yang menghampirinya dengan wajah khawatirnya.

"Gue ke Bandung kemarin," jawab Bintang dan akhirnya berjalan beriringan bersama Angkasa.

"Gue kira lo pindah sekolah atau gimana gitu," kata Angkasa masih tidak puas dengan sisi pertanyaannya.

"Ya enggak lah, emang lo kira gue itu kaya lo. Tanggung banget buat pindah sekolah tauk!" kata Bintang. Dengan gemas, Angkasa mencubit hidung Bintang. Sontak membuat siswa yang sedang berjalan memekik histeris. Seperti baru meluhat artis lewat.

"Sakit tauk!" pekik Bintang dan mengusap hidunya yang sudah memerah.

"Ngapain ke Bandung?" tanya Angkasa setelah mereka berdua duduk di bangku kantin. Padahal tudak ada intruksi antara keduanya. Tetapi langkah kaki mereka yang membawa ke kantin.

"Nemuin opa dan oma," jawab Bintang cepat karena sedang meminum air mineralnya.

"Sejak kapan lo pindah ke Jakarta?" tanya Angkasa. Sisi introgasinya dimulai saat ini.

"Sejak mau masuk sekolah dasar. Dan lo tau nggak? Gue ninggalin temen kecil gue. Dan naasnya, gue lupa nama temen gue," kata Bintang mengoceh dengan raut sayunya.

Angkasa terkejut. Teman masa kecil Bintang? Apa mungkin dirinya? Ah tidak mungkin. Bahkan Angkasa sendiri belum menemukan titik terang apa saja yang biasa dilakukan oleh tema kecilnya itu. Tapi sayangnya, Angkasa lupa siapa nama panggilan teman kecilnya.

"Sedih banget pasti temen lo, ya?"

"Mungkin, secara tapi dulu gue sama dia pernah janji," kata Bintang.

"Janji? Janji apa maksudnya?" tanya Angkasa penuh kebingungan. Masa kecil memang begktu indah dan penuh lelucon. Tapi untuk terikat janji dan mengingat janji selama berapa tahun bukanlah daya ingat anak kecil. Karena pada dasarnya manusia itu pelupa.

"Lo nggak perlu tau. Kalo gue jelasin juga nggak ada guna, nggak bakal buat temen kecil gue kembali lagi," kata Bintang lesu.

Kenapa rasanya nyelekit banget sih kalo Bintang ngomong tentang masa lalunya. Gue rasa kok dia bukan krang lain ya, di kehidupan gue.

Batin Angkasa memberontak dan sudah mengeluarkan isi hatinya. Semua unek-uneknya ia pendam sendiri. Biarlah, supaya tujuan Angkasa hanya Tuhan yang tahu.

Setelah selesai sarapan di kantin, Bintang dan Angkasa bergegas ke kelas karena jam pelajaran sudah di mulai. Usut punya usut, di sekolahnya ada seorang guru baru. Rasa penasaran Bintang membuncah. Dia wanita biasa yang sering baca novel tentang kisah romansa antara guru dan muridnya.

"Selamat pagi semua," sapa guru itu kepada seluruh siswa di kelas.

"Selamat pagi, pak," jawab seluruh siswa dengan suara ramah mereka.

Bapak guru tersebut meletakkan buku-bukunya di meja. Lalu melangkah ke tengah kelas sambil menampilkan senyum yang sangat manis. Semua siswi di kelas terpekik kegirangan. Pasalnya meskipun usia bapak guru tersebut mungkin sudah berkeapla empat, tingkat kegantengannya tidak berkurang.

Bintang bersyukur guru yang menggantikan pak Ari killer itu sosok guru berwajah malaikat.

"Nama saya Abimanyu. Kalian bisa panggil saya dengan pak Abi," kata guru tersebut memperkenalkan namanya kepada siswanya.

"Pak! Bapak kok gantengnya kelewatan sih?" kata Angeline dengan suara lantang. Sontak membuat semua siswa di kelas menatapnya dengan tatapan kesal. Angeline seperti membuat harga dirinya jatuh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

B I N T A N GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang