Sinar matahari yang sangat menyilaukan itu mengusik ketenangan tidur seorang gadis. Bersurai panjang dengan wajah manisnya. Ia mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk dari pentilasi kamarnya.Sehabis mengerjakan pekerjaan rumah dan solat subuh, gadis itu melanjutkan tidurnya. Sekarang sudah pukul tujuh lebih dua puluh menit. Dia suka suasana di jam seperti ini.
Udaranya begitu segar. Jendela kamarnyapun tercetak bekas embun yang menempel. Daun-daun dengan air embun yang begitu membuatnya terlihat sangat segar.
Pagi ini cukup menjadi pagi yang untuk kesekian kali membuat binar mata gadi itu sangat bahagia. Semesta seolah mendukungnya. Rasa takut dan sakit hatinya seakan terhempas kala melihat langit juga pemandangan pagi ini begitu menenangkan.
Tidak perlu takut, tunjukkan saja warna-warnimu yang sesungguhnya. Bahkan lukisan terbaik sedunia pun mempunya pembenci dan pengkritik.
Itulah Bintang. Hidupnya yang nyaris sempurna. Kharisma dan pesonanya mampu memikat para kaum adam untuk mendekatinya. Caranya berbicara mampu membuat semua orang nyaman. Meskipun terkadang nada dingin dan menjengkelkan itu keluar dari mulutnya.
Tetapi sungguh. Dia tidak seburuk itu. Hanya orang yang tak tau diri yang berakal seperti itu. Menganggap semua pesona Bintang hanya akal-akalan seperti menjadikan dirinya wanita murahan.
Tidak.
Insecure dikira nggak bersyukur.
Belajar percaya diri dibilang tidak tau malu. Itulah hidupnya. Bahagianya hanya sedikit."Cepetan mandi, lo mau ikut nggak ke Bandung ke rumah opa, oma?" kata kakaknya di balik pintu kamar Bintang.
"Pergi ke rumah opa dan oma? Ikut ajalah, itung-itung buat liburan," kata Bintang dalam hati dan ia langsung semangat.
"Iya, kak. Bintang ikut!" jawab Bintang dengan suara keras agar kakaknya mendengar.
Bintang mandi dan menyiapkan segala yang dibutuhkannya. Tidak banyak, hanya bedak dan liptintnya, dompet, dan keperluan wanita yang tidak melampaui batas.
Bintang mengenakan rok tutu di bawah lutut berwarna hitam dan dipadukan dengan kaos putih polos. Sepatu putih dan rambut digerai. Sangat cantik.
"Jangan pernah cerita apapun yang terjadi sama opa dan oma, ngerti?" perintah ayahnya.
"Iya, ayah," jawab Bintang. Kali ini ia akan bohong lagi kepada opa dan omanya.
"Apalagi sama kak Naya, nggak usah sok polos gitu kenapa sih?" sewot kakaknya.
Kak Naya adalah sepupu Bintang dan Bunga. Naya itu sudah kuliah semester akhir. Naya sangat baik. Bahkan ia tidak pernah membeda-bedakan sesama sepupunya. Karena Naya adalah sepupu tertua, jadi dia beranggapan untuk menjaga sepupu lainnya.
Tapi, Bintang berhasil menarik perhatiannya. Bintang yang kalem dan nggak banyak bicara seperti kakaknya, Bunga. Bintang selalu cerita dengan Naya tentang akademik di sekolahnya. Bahkan saat itu Bintang harus bohong kepada ayah ibunya karena akan pergi ke Belanda mengikuti lomba sains tingkat internasional.
Tidak ada yang tahu kecuali Nayara. Bintang cerita semua apapun yang terjadi kepada Naya kenapa ia diperlakukan berbeda oleh ayah dan ibunya. Jujur, Bintang kaget saat Naya menangis sesenggukan. Naya mngucapkan banyak kata maaf yang tidak diketahui apa maksudnya oleh Bintang.
Nayara adalah sosok pelindung bagi Bintang. Karena Nayara selalu mendengar keluh kesahnya. Tidak keberatan jika Bintang harus kabur dari rumah dan menginap di kosan Nayara. Hanya Nayara yang tau tentang prestasi Bintang kecuali teman sekolahnya.
Bunga sebagai kakanya pun tak tahu kalau adiknya itu sudah menjadi kebanggan Nayara, sepupu yang sangat ia harapkan perhatian lebih. Bunga tidak diizinkan masuk ke kamar Bintang karena Bintang menaruh semua tropi dan mendalinya di balik pintu lemari kacanya. Ia tidak mau Bunga membukanya. Apalagi orang tuanya. Nyalinya tidak cukup untuk mengatakan "Aku anak hebat ayah, ibu!" Tidak!
KAMU SEDANG MEMBACA
B I N T A N G
Teen FictionGadis itu ialah Bintang anugerah. Berperawakan cantik, berkulit putih, dengan bentuk mata, hidung, dan bibir yang begitu mungil membuatnya sangat menggemaskan. Rambutnya lurus tergerai rapi sebatas punggung. Berwarna hitam pekat dan sangat berkilau...