6. Parent's

23 4 0
                                    

Menjelang ujian, banyak siswa yang memaksimalkan belajar mereka. Ada yang belajar kelompok, mengurung diri di kamar, sampai memborong pinjaman buku dari perpustakaan seperti Aciel.

"Kau ingin membaca atau menggadaikannya lagi?" gurau pustakawan bernama Wayne, dari wajahnya menyiratkan kalau ia baru berumur 20 tahun.

Mendengar hal tersebut Aciel hanya terkekeh sambil menggosok ujung hidungnya. "Aku berniat membuat rangkuman, nanti tugasnya akan dibagi dengan beberapa temanku" jawab Aciel dan dibalas oleh anggukan mengerti.

"Belajar dengan rangkuman memang efektif" ujar Wayne sambil memberi stampel peminjaman pada sampul buku. "Apa si Pirang itu ikut?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.

"Chris? Iya dia ikut" jawab Aciel sambil menebak si Pirang yang dimaksud adalah Chris karena dia sudah jadi langganan perpustakaan.

"Kenapa tidak kesini? Kau yakin ingin membawa buku sebanyak ini sendirian?" tanya Wayne lagi seraya melirik tumpukan buku yang menjulang di atas mejanya.

Aciel pun terdiam, sebenarnya dia bisa sih membawa itu sendirian, tapi terlalu beresiko karena harus melewati koridor asrama yang sudah pasti ramai di jam begini, bisa-bisa nanti menabrak.

"Ku bantu saja ya?" tawar Aster yang tiba-tiba ada di sampingnya entah sejak kapan. "Aku kan pergi ke asrama. Apa kau mau diteriaki oleh lelaki disana?" tanya Aciel dengan tatapan datar, sedangkan Aster hanya tertawa dengan wajah tanpa dosa.

"Yasudah bawa saja sana" ucap Aster sambil mendorong tubuh Aciel. Orang yang jadi korban hanya memasang wajah datar. Apa-apan sih anak ini? Batinnya sedikit kesal.

Dan tanpa babibu lelaki itu pergi setelah pamit pada Wayne. Sedangkan Aster pergi ke salah satu rak buku di belakang, Wayne pun hanya diam sambil memperhatikan Aster yang menjauh.

***

Aster berjalan menelusuri tiap rak sambil memperhatikan kursi-kursi disana. Tempat ini lumayan sepi, namun ada banyak jajaran rak yang sedikit renggang karena bukunya sedang dipinjam.

Saat melihat-lihat, secara tak sengaja ia menemukan sebuah komik legend pada tahun 2000-an. Aster yang notabenenya pecinta komik langsung menyambar rak tersebut.

"Sudah usang tapi masih lengkap" gumamnya kagum saat melihat tiap lembar komik tersebut. Ternyata sekolah ini bisa menyimpan komik di perpustakaannya.

Hm, tidak sekaku yang Aster pikirkan. Kalau begitu, mulai detik ini Aster akan lebih sering berkunjung untuk memburu komik lainnya.

"Tch. Tunda dulu, aku ingin bicara" ucap seseorang dari arah belakang, Aster pun terkejut dan refleks menoleh dan mendapati Ez yang sedang duduk bersama Thea dan Shine.

Kenapa aku tidak sadar mereka ya? Batin Aster sambil mendekat. Ia pun duduk di kursi sebelah kanan bersama Thea.

"Maaf menunggu, tadi aku ke cafetaria sebentar" katanya memberi alasan. Shine yang paling baik sifatnya memberi senyum maklum.

"Hoo, kau beli roti ayam lagi ya?" ucap Thea blak-blakan, namun Aster tidak mengelak karena gadis ini benar. Ia pun hanya terkekeh.

"Cemilanmu roti seperti orang berhemat" sarkas Ez tiba-tiba yang sukses membuat Aster mematung seketika. Ia mengucapkannya dengan wajah datar.

"Hemat?" beo Shine pelan.

"Aku tidak mengerti 100% ucapan Ez" keluh Thea sambil mengerutkan dahinya.

"Tch" decih Ez jengah sambil memutar bola matanya. Thea itu pemilik pin detektif, mana mungkin dirinya tidak mengerti kalimat sarkastik.

"Maaf hehe. Aku hanya bicara dengan sudut pandang orang awam" sergah Thea berusaha untuk bebas dari momen awkard di antara mereka.

BOOM! let's Agent's! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang