[07] Our Dream

259 66 36
                                    

"Keumdong tolong rautin pensil."

"Hojin coba cari referensi buat bagian ini."

"Wooyoung gambar yang ini ya."

"Young, bantuin bikin yang ini."

Sungjun mulai mengatur anggotanya buat tugas gambar yang besok dikumpulin. Melihat interaksi yang mulai kelihatan sedikit membuat senyum Donghyun terulas.

"Anu.. hyun, itu pensilnya patah." Siyoung menyenggol kecil lengan Donghyun hingga si empu sadar dari lamunannya.

"Lah iya kok patah anjir daritadi gue raut padahal," gumam Donghyun.

"Lo ngerautnya kelamaan pea. Itu Sungjun udah nungguin daritadi, bengong mulu sih mikirin cewek," cibir Hojin.

Sungjun yang lihat kelakuan teman-temannya cuma bisa senyum. Sesekali melirik Seongmin yang berulang kali menghapus bagian yang sama setelah mencoba memperbaiki hasil gambarnya.

"AH ELAAH!" Siyoung kaget lalu memegang dadanya saat Seongmin tiba-tiba teriak frustasi. "Gue gak bisa gambarnya, ini gimana sih bikinnya? Udah nyoba berkali-kali masih aja aneh. Udah pake penggaris, polanya juga udah sesuai tapi tetep aneh sebel banget!" Seongmin mendengus.

"Mana coba sini liat." Taeyoung memutar bagian gambar Seongmin pada karton putih besar lalu melihat daerah yang dihapus berulang. "Sini gue ajarin, lu perhatiin."

Selagi Taeyoung membantu membenarkan gambar Seongmin, Siyoung berfikir tentang menanyakan satu hal yang sebenarnya belum pernah ia tanyakan pada siapapun.

Siyoung berdehem pelan. "Gue boleh nanya nggak?"

Hojin mengangguk. "Nanya aja, ini bukan kantor polisi jadi nggak usah tegang gitu mukanya wkwk."

"Hehe iya." Siyoung mengambil jeda sebentar hingga atensi semuanya berpusat padanya. "Mimpi kalian apa?"

"Mimpi?" ulang Hojin yang diangguki Siyoung. "Mimpi gue jadi musisi atau minimal produser musik."

Taeyoung mengangguk. "Terus kenapa lu masuk sekolah teknik anjir?"

Bahu Hojin terangkat. "Entah. Waktu itu gue bego sih mikirnya terlalu sayang gue masuk sekolah seni dengan NEM gue yang lumayan gede. Sekarang mah nyesel parah. Pengen pindah tapi nanti ngulang dari awal, males banget sementara gue pengen cepet lulus," jawabnya.

"Gue juga ngerasa salah ngambil jurusan," kata Seongmin. "Orang bilang kemampuan public speaking gue bagus karena gue kalo ngomong nyeplos aja dan lancar banget kayak air mengalir. Dan gue menyayangkan kenapa gue nggak ambil pariwisata biar nanti jadi tour guide sekalian jalan-jalan gratis? Kenapa malah teknik bangunan yang gue ambil? Kenapa?" tanya Seongmin dengan dramatisnya.

"Kan lu sendiri yang bilang mau bareng gue lagi di SMK," ujar Taeyoung membuat Seongmin menghela nafas.

"Iya sih tapi.. ah yaudahlah udah terlanjur mau diapain lagi."

Wooyoung tersenyum simpul. "Tapi enak kalian bisa milih. Kalo gue mah baru masuk aja langsung ketendang," ucapnya meninggalkan tanda imaginer besar terhadap yang lain. "Gue mau masuk SMA jurusan bahasa. Baru PPDB pertama tujuh jam setelah daftar langsung ketendang," lanjutnya.

Spontan Donghyun melotot. "Yang NEM gede kayak lo gimana ceritanya bisa ketendang, anjir?"

"Emang lo mau jadi apaan nantinya?" tanya Seongmin.

"Sastrawan."

"Anjaaay."
"Puitis nih Wooyoung diem-diem."
"Bagi quotes dong wkwk."

Wooyoung malu-malu diledekin temen-temennya. Menurut dia dari sastra ke teknik bangunan itu jauh banget.

[ RELAY  2003 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang