[11] Anonymous

218 45 0
                                    

Tangan Wooyoung sibuk membalik beberapa lembar kertas berisi nada dan ketukan yang harus ia mainkan sesekali memukul benda kotak berwarna hitam yang didudukinya. Kelas mereka akan menampilkan band. Wooyoung sendiri masuk ke grup B, grup khusus untuk latihan drumbox yang terdiri dari tiga orang.

Wooyoung mendesah kecil lalu mengacak rambutnya kasar. Ia belum pernah bermain musik sebelumnya, namun terpaksa. Daripada ia ditempatkan di grup vokal itu jauh lebih parah menurutnya.

"Aish terserahlah!" Wooyoung melempar kertas yang dipegangnya asal, bertepatan dengan masuknya seseorang ke ruang musik.

Kedua netra Wooyoung memandangi gadis sebaya-nya yang berjongkok sedikit lalu meraih kertas yang barusan ia lempar lalu berjalan kearahnya.

"Nih, punya kamu."

Tangan Wooyoung refleks menerima kertas itu kembali. "A-ah, iya makasih.."

Ucapan Wooyoung hanya dibalas senyuman manis yang sedikit membuat cowok itu mengusap tengkuknya canggung.

"Biasanya ruang ini kosong kalo habis pulang sekolah, kamu baru join ekskul musik ya?" tanya gadis itu sambil mengeluarkan sesuatu dari loker ㅡsebuah biola.

"E-enggak, cu-cuma mampir buat latihan." Begitu jawaban Wooyoung.

"Oh, latihan sendiri?" tanya gadis itu lagi. Wooyoung memperhatikan bagaimana jemari lentik itu menyentuh tiap senar biola dan mengaturnya seolah profesional.

"Tadi bareng temen tapi lagi ke kantin," jawab Wooyoung lagi. Benar, tadi dia kesini bersama Huijun dan Woojin (yang pendiam). Tapi sampai sekarang keduanya belum kembali sejak sepuluh menit lalu.

"Buat pensi kenaikan ya?"

"Iya."

"Ouh.."

Setelahnya, suasana awkward datang menyelimuti ruang musik. Tak berlangsung lama karena cewek dengan hoodie pink itu langsung memainkan biola-nya. Menekan dan menggesek senar-senar kecil hingga menghasilkan nada yang bagus, membuat Wooyoung mau tidak mau mendengar bahkan terpaku pada nada yang ia dengar.

Jujur Wooyoung sendiri belum pernah mendengar nada itu. Dilihat dari penghayatan, sepertinya itu lagu sedih. Wooyoung sendiri tidak begitu paham soal musik dan seni.

Gesekan biola berhenti membuat Wooyoung tanpa sadar terbangun dari lamunannya dan sontak bertepuk tangan seolah mengapresiasi ㅡdisusul tawa kecil sosok didepannya.

"Kamu dengerin ternyata." Cewek itu lagi-lagi melempar senyum manis pada Wooyoung.

"Ah.. iya. 'Kan a-aku punya kuping," kata Wooyoung yang entah kenapa jadi memegang telinganya malu-malu.

Gadis itu terkekeh. "Lucu." Ia menatap bagaimana Wooyoung duduk diatas dumbox dengan canggung lalu tersenyum simpul. "Barusan yang aku mainin itu lagu To My Youth, lagu Korea. Aku latihan buat mainin reffnya aja butuh sebulan lebih. Bagus nggak?"

"Bagus kok, bagus banget." Wooyoung tanpa sadar ikut membalas senyuman gadis itu.

"Aku lahir dan tumbuh di keluarga seniman, lebih tepatnya ke bidang musik. Dari kecil aku udah main berbagai alat musik termasuk biola. Aku juga pernah ikut resital waktu SMP. Sayang banget anak-anak di sekolah ini nggak begitu tertarik musik." Wooyoung menatap sosok didepannya yang kini berdiri lalu meraba beberapa foto yang terpajang diatas rak. "Anak-anak di sekolah ini terlalu ambis, jarang ada yang mau datang buat bener-bener belajar musik. Sedih," ucap gadis itu kini kembali memasukkan biolanya pada tempat semula.

"Kenapa nggak masuk sekolah seni?" tanya Wooyoung penasaran. Memasukkan orang-orang berdarah seni ke sekolah umum menurutnya sama saja dengan membunuh mimpi mereka sebagai seniman kelak.

Gadis itu menoleh menatap Wooyoung dengan tatapan nanar. "Kamu nggak akan tau, karena kamu nggak akan pernah tau."

Ketika Wooyoung ingin merespon balik perkataan gadis itu, pintu ruang musik dibuka menampakkan sosok Huijun yang memegang paper box berisi makanan dan Woojin yang membawa plastik berisi tiga botol air mineral dingin.

"Eh ada orang ternyata," sapa Huijun melambaikan tangannya pada sosok gadis berhoodie pink. "Hai!"

Gadis itu hanya menundukkan badan merespon sapaan Huijun lalu permisi dan meninggalkan ruang musik begitu saja.

"Siapa dia?" Huijun menunjuk arah gadis itu keluar sementara Woojin hanya menyimak.

Bahu Wooyoung terangkat. "Nggak tau, nggak nanya."

"Pacar lu ya? Cakep tuh wkwk," ledek Huijun. "Diem-diem ya Wooyoung mainnya gerakan bawah tanah. Cakep juga gebetan lo."

Entah, Wooyoung tidak begitu memperhatikan omongan Huijun. Ia hanya berfikir apakah besok masih bisa bertemu gadis itu karena nyatanya ia belum sempat berkenalan.











wooyoung nak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


wooyoung nak... kapan kamu muncul weyy jangan bikin panik napa :'(

 kapan kamu muncul weyy jangan bikin panik napa :'(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[ RELAY  2003 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang