[25] I'll Protect You, It's Promise

185 38 5
                                    

aku double deh hari ini... jangan panik dulu dong. kan ombaknya baru dateng,











[ R E L A Y 2 0 0 3 ]



Donghyun berjingkrak senang saat dirinya mendapat izin dari orang tuanya untuk pergi ke Puncak dengan teman sekolahnya. Ia berjoget dengan handphone di genggaman tangan sambil bersenandung senang ㅡtidak sengaja menendang kaki Doyeon yang sedang tengkurap mengerjakan tugas.

"Lo gausah nyenggol gue bisa nggak, sih?"

"Dih, sensi aja lo mentang-mentang gak dapet ijin makrab. Wlee~"

"IBUUKK"

"Ibuuk~ yeu pengaduan lo taik!"

"Sialan!"

Doyeon berdiri ㅡtubuhnya yang tinggi memudahkan dia untuk menangkap anak bandel itu lalu menjambaki rambutnya hingga ia berteriak minta maaf.

"WOY ANJIR SAKIT KAK AAAAK!!"

"Mampus rasain lo, gua jambak sampe botak sekalian!"

"BUUUK!!"

Terdengar bunyi panci berjatuhan dari arah dapur, setelahnya sang ibu datang dengan spatula bersih lalu memukul tangan Doyeon yang menjambak rambut adiknya, juga memukul bokong Donghyun saat anak itu hendak menendang kaki kakaknya.

"RIBUUUT MULU BERDUA DOANG PADAHAL. AKUR SEHARI BISA NGGAK? PUSING IBU KALIAN RIBUT MULU SAMPE TETANGGA DENGER, NGGAK MALU??!" bentak ibu mereka membuat keduanya menunduk terdiam menyisakan jarak satu meter satu sama lain. "Ributin apa lagi? Ibu bilangin bapak ya biar kalian di gebuk sekalian. Mau?!"

Donghyun cemberut. "Jangan elah bu, becanda doang."

"Becanda, pala lo!" sahut Doyeon membuat Donghyun menoleh lalu melemparkan tatapan tajam yang kemudian dibalas raut wajah galak oleh Doyeon.

Sang ibu hanya bisa memijit pelipisnya yang pening. Anaknya hanya dua, sepasang ㅡsatu perempuan dan satu laki-laki. Tapi rasanya seperti mereka ada seratus. Hal apapun akan mereka ributkan entah itu penting atau tidak karena tidak ada yang mau mengalah.

"Kenapa ribut-ribut?" tanya sang ibu lagi.

Donghyun menatap kakaknya yang mulai angkat bicara. Ia sudah ancang-ancang akan menarik rambut panjang Doyeon bila melebih-lebihkan kejadian agar dirinya bersalah nanti. Lihat saja.

"Donghyun tuh, berisik banget mentang-mentang mau ke Puncak. Pake acara nendang Doyeon lagi, rese buk!"

Donghyun melotot tidak terima. "Nggak sengaja, anjir! Bedain dong mana kesenggol mana menyenggol," sungutnya yang langsung mendapat satu geplakan pada mulutnya.

"Anjir anjir, congormu mau ibuk goreng bareng ayam ungkep? Ngomong sama kakaknya kok begitu, Keum.. Keum.."

Kilatan dendam di mata Donghyun mulai menyala saat melihat kakaknya meledek menyorakinya senang. Cewek sih, kalau Doyeon cowok mungkin Donghyun sudah dari dulu men-smackdown anak itu sampai tidak berani macam-macam lagi.

"Kamu juga!" Doyeon tersentak saat ibunya menunjuk dirinya. "Kamu tuh kakak, cewek pula. Kalem dikit kok susah? Sama pacar aja lembut, sama adekmu kok kasar? Jangan baperan banget bisa?"

Doyeon mendelik. "Adek modelan dia? Dilembutin? Ngelunjak buk! Songong dia tuh, tuman kalo nggak dikasarin."

"Eh ngaca lo juga durhaka sama gue. Ngebabuin gue mulu lo mentang-mentang tua, dasar nenek!" balas Donghyun.

[ RELAY  2003 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang