[67] Biru dan Kelabu

111 25 2
                                    

Sungjun sudah siap dengan mobil putihnya di depan gang perumahan tempat Jiheon tinggal. Berbekal SIM yang baru ia dapat sebulan lalu, dirinya menunggu sambil menyandar pada badan mobil.

Tidak lama setelah suara sepasang sepatu terdengar berlari mendekat. Sungjun cukup terkejut Jiheon datang menghampirinya dengan heels setinggi empat senti. Ia juga cukup terkesima dengan penampilan Jiheon yang mengenakan crop tee dibalut outer pendek berwarna biru turquoise dan rok 3/4 dengan warna senada.

Apa Jiheon sengaja memakai warna kesukaannya atau hanya ketidak-sengajaan belaka?

"Sorry... lama," Jiheon tertawa canggung. Sebenarnya agak gugup saat melihat Sungjun malam ini. Padahal Sungjun hanya memakai ripped denim abu-abu, kaos putih, dan kemeja abu-abu sebagai outer.

Mungkin efek Sungjun menggulung lengan bajunya? Entahlah, hanya saja ia terlihat berbeda dengan Sungjun yang biasanya di sekolah.

"Hm, gak papa. Baru dateng juga kok," respon Sungjun diikuti senyum kecil. Ia membuka pintu depan di kiri, mempersilahkan Jiheon masuk lebih dulu namun cewek itu malah mengurungkan niatnya untuk masuk.

"Ng... supir yang biasa mana?" tanya Jiheon menunjuk bangku pengemudi yang kosong.

Sungjun sudah menyiapkan hal ini. Maka dari itu tangannya merogoh saku celana, mengeluarkan dompet kulit coklatnya lalu mengeluarkan surat izin mengemudi miliknya. "Eumm... i'll drive for you tonight," ujarnya singkat.

'Mau ngomong aku-kamu aja berat banget sampe english-an segala,' batin Sungjun.


Jiheon pun tidak banyak bertanya lagi. Ia memilih masuk dan mengenakan sabuk pengamannya. Tidak enak kalau bertanya lebih, setidaknya harus tahu diri mengingat dirinya hanya menumpang.

Sungjun yang memperhatikan raut wajah tegang Jiheon jadi terkekeh sedikit. "Udah lancar kok nyetirnya. Ini Lee Sungjun, lahir 15 Juni 2002 yang udah resmi dapet SIM dan tahun ini udah sembilan belas tahun. Jangan tegang gitu mukanya, jadi gugup ini nyetirnya," canda Sungjun memecah keheningan. Agak membatin merutuki diri sendiri yang sulit mengucapkan kata ganti namanya menjadi 'aku' dan menyebut Jiheon sebagai 'kamu'. Ia tidak terbiasa berkomunikasi dengan lawan jenis, terlebih dengan 'aku-kamu'. 

Jiheon dengan cepat menggeleng. "Nggak tegang kok, enggak. Cuman... kaget aja. Kirain k-kamu gak bisa bawa kendaraan sendiri. Biasa liat dianter jemput soalnya."

Lagi, Sungjun menganggapi dengan kekehan. "Kamu yang pertama tau, selain keluarga aku," responnya.

Hanya ada suara AC dan navigasi yang menuntun arah. Sebenarnya, Jiheon adalah tipe yang banyak omong namun Sungjun sebaliknya. Agak sungkan untuk mengajaknya mengobrol, takut fokus anak itu teralihkan. Lagi pula, apa yang mau dibahas? Jiheon tidak punya hal menarik untuk dijadikan topik obrolan.

"Banyak yang nggak tau aku lahir setahun lebih dulu. Bukan karena gap year, tapi sempet ada masalah waktu SMP jadi aku harus ngulang setahun." Sungjun membuka percakapan lebih dulu, sedikit peka saat Jiheon berkali-kali kepergok menatapnya seakan ingin menanyakan sesuatu.

"Sering dianter jemput bukan berarti aku nggak bisa pergi kesana kesini sendiri, kan? Aku minta tolong Pak Yusron ngajarin cara naik motor dulu, udah lancar, aku belajar cara naik mobil. Agak ilegal sih, tapi untung semuanya aman. Orang tuaku juga nggak ngelarang, asal jangan ngelanggar lalu lintas aja," jelasnya tanpa disadari membuat Jiheon membulatkan mulutnya kagum.

Sebenarnya Jiheon ingin memuji bagaimana cowok bernama Lee Sungjun ini bisa mengemudi dengan lancar, ditambah penampilannya yang sedikit... eum... keren?

[ RELAY  2003 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang