[29] Jujur Perihal Rasa

156 40 14
                                    

Katanya mobil ketiga yang ditumpangi Minhee dan kakaknya, Wonjin, Yena, Seongmin, dan Taeyoung akan berisik sekali. Kenyataannya, justru suasana mobil itu lebih tenang bahkan hampir tidak ada pembicaraan. Hanya ada alunan musik di depan yang sengaja di setel kakaknya Minhee untuk mengisi suasana.

Minhee, cowok gebetan Yujin itu sudah terlelap di samping kursi pengemudi sejak awal berangkat dengan bantal melingkar di lehernya ㅡtidak berbeda dengan Taeyoung yang duduk dipinggir pada kursi tengah. Anak itu tertidur pulas dengan earphone yang menyumpal kedua telinganya, efek karena terlarut dalam game-nya hingga pagi menjemput dan berujung ngantuk berat.

Seongmin yang duduk di belakang berdua dengan Yena juga tidak berbuat apapun selain memperhatikan jalan menghadap jendela kecil. Ia tidak mengerti kalau harus menimbrung obrolan Dongpyo dan Wonjin sebagai kakak kelasnya karena kedua orang itu tengah membicarakan betapa pusingnya ujian praktek dan betapa menyebalkannya ocehan guru produktif yang selalu diulang-ulang.

Seongmin mengalihkan pandangannya menatap ciki yang disodorkan Yena ㅡkakak kelas yang belakangan ini sering menjadi bahan curhat Hojin setiap mereka bertujuh kumpul.

"Mau nggak?" Yena menggoyangkan ciki kentang big size di tangannya karena Seongmin hanya melirik tanpa menjawab.

"Eung.. mau deh, kak." Jawaban Seongmin membuat Yena tersenyum. Seongmin juga tidak lupa mengucap terima kasih, anak itu lupa mengeluarkan cemilan yang ia bawa sebelum tasnya masuk ke bagasi belakang dan ditumpuk paling bawah.

Sebenarnya Seongmin ingin menyanyi saat perjalanan, tapi orang-orang di mobilnya terlihat kelelahan. Wajar saja, hanya ia dan Taeyoung sebagai adik kelas yang tugas dan pikirannya tidak seberapa banyak dibanding semua orang di mobil ini.

Kalau begini harusnya tadi ia ikut di mobil Yuna atau Sungjun. Kasihan mulutnya yang sudah gatal ingin mengobrol.

"Bosen ya?" tanya Yena membuat Seongmin menoleh lagi.

"Hm? Kenapa kak?"

Yena mengulas senyum kecil. "Gue tau lo bosen. Emang gabut banget kalo nggak ngobrol selama perjalanan. Tapi kalo disini berisik sendiri juga malu wkwk."

Kedua bola mata Seongmin membulat seolah ingin keluar dari tempatnya. "Kakak juga suka ngobrol? Samaan dong, kak. Aku juga gatel parah pengen bacot tapi nggak ada temennya. Malah ditinggal tidur sama ini," ucap Seongmin seraya menoyor kecil kepala Taeyoung dari belakang lewat sela-sela kursi. 

Yena yang mendengarnya hanya tertawa. "Satu server kita," katanya yang dipotong saat cewek itu mengambil botol minum kecil dari totebag yang sengaja ia bawa sendiri khusus cemilan. "Mau air gak? Seret kalo makan tapi gak minum."

Awalnya Seongmin ragu. Tapi dirinya tidak bisa berbohong bahwa tenggorokannya juga perlu dibasahi air mineral setelah memakan beberapa potongan ciki kentang.

"Aku bagi dikit ya kak, gak kena mulut kok." Seongmin meneguk tumblr berisi air mineral itu tanpa mengenai permukaan bibirnya, menghindari indirect kiss meskipun tidak ada niat sama sekali.

"Santai aja kali. Btw, elo-gue aja. Aku-kamu agak cringe wkwk, ngomong santai aja. Temennya Hojin 'kan lo?"

Kepala Seongmin mengangguk-angguk. "Kakak tau? Seongmin, kak."

"Gue Yena, salam kenal haha."

Ah, Seongmin sekarang paham alasan mengapa temannya yang bernama lengkap Jung Hojin itu sering membicarakan bahwa cowok itu terlihat seperti menyukai sosok kakak kelas disampingnya ini. Setelah dilihat, mereka punya kesamaan ㅡsama-sama asik dan friendly.

[ RELAY  2003 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang