[46] Pilihan Siyoung

117 34 4
                                    

Siyoung menyempatkan diri pergi ke gedung jurusan elektro demi menemani Jihan istirahat. Pasalnya, cewek imut itu belum bisa beradaptasi dengan teman-temannya. Atau bisa kita sebut hanya teman saja, karena hanya ada dua murid perempuan di kelas tempat Jihan berada.

"Jihan kesel banget deh, tadi Jihan ngajak dia kenalan tapi Jihan malah disinisin. Emang Jihan salah apaan, kenal juga enggak? Seenggaknya bales jabat tangan gitu kek biar Jihan nggak malu diliatin anak kelas karena krik banget ish Siyoung harus tau!" Jihan bercerita dengan penuh sungut lalu segera menjilat es krim digenggaman tangannya yang mulai mencair.

Siyoung tidak berkomentar dan hanya melihat tingkah Si Manis itu dengan menahan rasa gemasnya agar tidak mencubit pipi Jihan.

Astaga Park Siyoung, belum waktunya...

"Siyoung kok diem aja?" kedua mata Jihan memicing menatap Siyoung yang notabenenya adalah kakak kelasnya.

Jawaban Siyoung hanya berupa gelengan dan cengiran kecil. Ia menepuk pelan kepalanya beberapa kali untuk menghilangkan rasa canggung. Padahal Jihan bukanlah sosok yang baru kemarin ia kenal. Sudah berlalu kurang lebih tiga tahun, tapi masih saja malu-malu.

"Emang harus gimana?" tanya Siyoung balik.

Jihan meniup poni yang menutupi dahinya sebal. "Ikut marah kek, atau bantu ngatain orangnya juga gapapa. Gak peka banget Siyoung, pantes gak punya pacar."

Kedua kalinya Siyoung menepuk-nepuk kepalanya. Bagaimana mau punya pacar kalau yang ditaksir sendiri tidak peka begini?

Jadi sebenarnya salah siapa yang tidak peka?

Oh, mungkin salah pak satpam penjaga pos depan atau ibu koperasi yang suka repot sendiri. Jihan tidak salah, dia 'kan perempuan. Rumusnya perempuan tidak pernah salah, begitu kata Sungwoon.

Melihat Siyoung hanya menatap Jihan lamat-lamat membuat cewek itu celingukan kanan kiri lalu mengibaskan tangannya didepan wajah Siyoung.

"Yehh malah bengong." Jihan kembali duduk disebelah Siyoung lalu menyodorkan es krim miliknya didepan mulut cowok itu. "Mau gak? Siyoung gak mesen apa-apaan masa cuman liatin Jihan makan es krim apa nggak ngiler?"

Aduh lucu banget kenapa sih...

"Ng-nggak... buat Jihan aja. Tadi ada jamkos jadi Siyoung udah makan duluan," tolaknya halus sambil menjauhkan es krim yang disodorkan Jihan padanya. Bahaya, kalau kena sedikit bisa terjadi ciuman tidak langsung.

Ya Tuhan maafkan pikiran Siyoung yang kacau.

Memang benar, berlama-lama dengan pujaan hati bisa membuat kesalahan tanpa disadari. Tidak boleh begitu, nanti kalau ketahuan bisa kena ceramah panjang di rumah.

"Siyoung beneran mau jadi dokter gigi?"



Pertanyaan kecil Jihan membuat Siyoung diam sambil memainkan jemarinya. Sebenarnya ia juga tidak yakin.

"Tiba-tiba banget nanyanya?" ujar Siyoung terkekeh menatap cewek didepannya yang menatapnya dengan mata penasaran.

Bibir Jihan mengerucut membuat wajahnya terlihat sedikit bulat. "Nggak tau nih, abis tadi di kelas ditanyain alesan kenapa masuk jurusan elektro trus Jihan doang yang masuk kesitu karena ketendang, sisanya emang niat disitu. Terus ditanyain juga cita-cita, Jihan bilang kalo Jihan mau jadi idol tapi malah diketawain. Kata gurunya, out of departement banget. Terus jadi kepikiran, emang salah ya punya cita-cita yang gak sesuai jurusan? Gitu..."

Ah, begitu rupanya. Siyoung jadi ingat tahun lalu waktu awal masuk juga ditanya alasan ia memilih jurusan Teknik Gambar Bangunan dan dengan bohongnya ia menjawab ingin menjadi arsitek. Siyoung pikir ia adalah satu-satunya yang berbohong namun ternyata tidak, ada Hojin, Donghyun, Seongmin, dan Wooyoung yang mana mimpi keempatnya bertolak belakang dengan jurusan yang mereka ambil sekarang.

"Nggak, mungkin? Udah terlanjur masuk kesini, kalo lanjut ambil kedokteran nanti takut gak bisa ngejar. Apalagi biaya masuk kedokteran itu mahal banget. Niatnya mau lanjutin ini dulu aja, lagian juga dokter gigi cuma mimpi," jawab Siyoung lalu mengulas senyum hingga menampakkan deretan giginya dengan kawat gigi yang menempel.

Jihan mengangguk kecil. "Siyoung kenapa mau jadi dokter gigi?"

Kini Siyoung bersidekap sambil menyenderkan punggungnya pada kursi dan berfikir, "Entah. Waktu liat dokter yang masangin behel ini rasanya keren banget. Dokternya baik terus ramah. Mulai dari situ kepikiran mau jadi dokter, padahal sebelumnya nggak."

"Mama sama papa Siyoung tau?" tanya Jihan lagi.

Siyoung menggeleng setelah menghela nafas pendek. "Nggak cerita, lagian Siyoung juga masih nggak yakin sama diri sendiri. Masih mikirin mateng-mateng soal itu." Ucapannya membuat Jihan ikut mengangguk menyetujui.

"Tapi buat Siyoung, nggak ada salahnya nyerah sama mimpi kita sendiri kalo sekiranya mimpi itu bisa ngeberatin orang lain. Semua profesi itu bagus selagi kamu nggak main-main sama uang dan hak manusia, itu kata papa. Makanya Siyoung juga gak terlalu kecewa kalo nanti ada yang nggak kesampean meskipun itu cita-cita. SMK atau SMA, jurusan apapun yang dipilih di sekolah atau kuliah nanti bukan cerminan masa depan seseorang. Itu cuma patokan yang berpeluang bikin seseorang terus berusaha buat lanjutin langkahnya."


























suka gedeg deh kalo ada yang rasis jurusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

suka gedeg deh kalo ada yang rasis jurusan.

huhu... sedih banget kalo ada yang kyk gitu bcs dia gatau rasanya ketendang tuh gimanaㅠㅠ

 sedih banget kalo ada yang kyk gitu bcs dia gatau rasanya ketendang tuh gimanaㅠㅠ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[ RELAY  2003 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang