[27] Finally, On The Way!

142 41 9
                                    

Wooyoung tersenyum puas saat melihat satu backpack hitam miliknya penuh dengan beberapa barang dan perlengkapan yang diperlukan saat kemah. Mulutnya terbuka menguap saat suara alarm menyapa paginya, sebenarnya ia lelah karena mempacking barangnya tadi malam lalu memikirkan rencana kegiatan yang akan ia lakukan selama tiga hari dua malam disana sampai tidak bisa tidur.

Ia beranjak menuju kamar mandi sambil membawa handuk. Tidak butuh lama baginya untuk sekedar mandi dan merapihkan diri. Matanya sempat melirik sebuah botol vitamin rambut yang belum pernah ia pakai, padahal ayahnya membeli barang itu sejak dua bulan lalu. Namun untuk hari ini ia memutuskan untuk memakainya.

Wooyoung mengoleskan cairan bening beraroma jeruk lalu mengusap rata pada rambut hitamnya, sesekali ia menata untuk mencoba gaya lain hingga membuat dahinya terpampang dengan tatanan rambut yang rapi meskipun tidak bertahan lama karena ia tidak menggunakan hair spray atau catokan untuk membuat rambutnya kaku.

"Ganteng," monolognya saat melihat pantulan dirinya sendiri di depan kaca. Tangannya meraih handphone saat melihat ikon telepon bergerak menampilkan nama Lee Sungjun. "Tumben dia telepon."

Tak menunggu, Wooyoung segera mengangkat panggilan dari temannya. "Halo? Kenapa, Jun?"

"Lo udah siap?"

"Udah, tinggal pake sepatu." Wooyoung sempat melirik jam dinding yang terpasang di kamarnya, menunjukkan pukul enam lewat tiga menit. "Bentar lagi gue jalan kok."

"Gak usah, turun aja. Gue di depan gang rumah lo. Jangan lama ya, yang lain udah kumpul," ucap Sungjun diseberang sana membuat Wooyoung mengangguk.

"Oke, gue tutup dulu."

Selesai bertelepon, Wooyoung bergegas memakai tas punggungnya. Tidak begitu berat karena ia hanya membawa tiga setel pakaian untuk ganti, beberapa bahan makanan, dan sisanya keperluan lain seperti alat mandi, charger, dan powerbank.

"Ayah, ibu... Aku berangkat ya," pamitnya seraya mencium tangan kedua orang tuanya yang sedang sarapan.

"Makan dulu itu ibu udah masakin nasi goreng," ujar sang ibu namun Wooyoung menggeleng menolak.

"Nanti mules, repot. Aku makan bekel di kapal aja nanti," katanya sambil memakai sepasang sepatu yang sudah ia cuci sejak dua hari lalu.

"Hati-hati ya, pake pelampungnya pas di kapal. Jangan becandaan, kamu di dalem aja nanti kalo jatoh 'kan repot soalnya kamu nggak bisa berenang. Makan jangan lupa, ibu udah selipin minyak kayu putih dipinggir. Kalo kamu mual juga ada plastik, muntahnya jangan sembarangan. Baju kotornya dipisahin, awas barang kamu jangan sampe ketinggalan disana. Jangan mencar ya, pokoknya jangan sendirian."

Wooyoung menghela nafas mendengar ibunya memberi wejangan pagi hari. Ayolah, ia sudah SMK ㅡsudah bisa membedakan mana yang bahaya atau tidak, mana baik atau mana yang buruk. Dibilang berulang kali pun sepertinya sia-sia, ibunya akan tetap menganggapnya sebagai anak kecil padahal ia punya dua adik.

"...banyakin doa ya, jangan lupa sholatnya. Hati-hati kalo mau renang, takutnya ada ikan jahat. Ibu udah siapin kotak P3K juga didalem, kalo pusing atau sakit langsung kabarin ibuㅡ"

"Ibu," potong Wooyoung membuat sang ibu berhenti bicara. "Aku tau kok, ibu selalu bilang kayak gitu tiap aku mau pergi. Aku nggak bakal nakal, udah aku berangkat dulu. Kasian Sungjun udah nungguin di depan."

Sang ibu hanya mengulas senyum lalu mengangguk paham. "Iya deh, anak ibu udah gede ternyata. Yaudah sana, titip salam buat temen-temen kamu."

"Berangkat dulu, bu. Assalamualaikum."

[ RELAY  2003 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang