[08] Perkara Cat Rambut

240 62 14
                                    

"Jung Hojin lagi, Jung Hojin lagi.."

Hojin menunjukkan cengirannya yang langsung mendapat tatapan maut dan satu geplakan pada kepalanya dari kepala kesiswaan ㅡpak Sio.

"Kenapa ya semenjak saya mutasi ke sini nasib saya jadi ngenes banget ketemu kamu terus," ujar pak Sio dan dibalas cengiran lagi oleh Hojin. "Nyengiiiir mulu, kering itu gigi kamu!"

Hojin langsung mengatupkan bibirnya rapat. Memilih diam menunggu ocehan selanjutnya yang biasa ia terima.

Sementara pak Sio membuka buku hitam berisikan catatan poin ㅡatau yang biasa disebut sebagai buku dosa oleh para siswa, ia meringis. Deretan angka bertinta merah memenuhi kolom namanya selama tiga minggu berturut-turut.

"Nggak pakai gesper, nggak bawa almet, bolos upacara, terlambat masuk seminggu, lupa bawa buku, ckck.."

"Ssh.. nggak usah diingetin dong, pak. Saya malu nih hehe, AKh!" Hojin meringis memegangi dahinya yang disentil.

"Poin kamu udah nyentuh angka 50 dan sekarang kamu gaya-gayaan warnain rambut biar apa coba? Mau belagak keren kamu?"

Lagi, Hojin meringis saat rambutnya yang berwarna pirang ditarik kecil.

"Kamu saya kasih SP. Besok orang tua kamu dateng ke sekolah, tanda tangan surat perjanjian." Pak Sio mengulurkan amplop putih berstempel khas logo sekolah yang diduga berisi surat peringatan kepada Hojin.

"Sampo-an yang banyak biar cat rambut kamu luntur, ganteng banget kamu saya nggak suka. Kamu nggak liat itu anak-anak cewek pada nunggu didepan?"

"E-eh? Masa iya pak?"

"Masa bodoh. Kalo besok belum berubah, saya botakin kamu sekalian," ancam pak Sio seketika membuat Hojin menatap horor sambil memegangi rambutnya.

"Jangan dong, pak!"

"Siapa suruh warna-warnain segala? Udah sana masuk kelas, bosen saya ketemu kamu mulu. Dibilang berandal tapi pinter, halah males! Kalo kamu bego mungkin saya dengan senang hati mutasi kamu ke SLB sekalian." Pak Sio merapikan kembali berkas dan buku hitam kedalam raknya.

Diam-diam Hojin mengulum senyum. Memang dia beruntung terlahir dengan dikaruniai bakat musik dan postur badan serta wajah tampan hingga berkali-kali memenangkan lomba modelling, pidato, band, dance, dan kompetisi cipta lagu lainnya yang membuat namanya terukir sebagai salah satu siswa berprestasi terlepas dari banyaknya poin merah dibuku hitam sekolah.

"Saya pamit pak."

"Iya, jangan balik lagi saya bosen liat kamu."

"Iya saya juga sayang sama bapak hehe."

"JUNG HOJIN!"

Kaki jenjang Hojin bergegas melangkah keluar. Ia menutup pintu ruang konseling sebelum diamuk lagi oleh pak Sio. Belum melangkah, Hojin dibuat tercengang dengan beberapa siswi tengah tersenyum menatapnya sambil melambaikan tangan dan melempar senyum malu.

"Hai Hojin hehe.."

"Dek Hojin ganteng banget."

"Jangan dimasukin hati dek omongan pak Sio. Emang gitu dia."

"Eh? Hehe iya.." Hojin tersenyum kikuk sambil mengusap tengkuknya. "Misi kak, Hojin masuk kelas dulu udah telat banget hehe."

"Iya iya, silahkan."

"Semangat dek Hojin belajarnya!"

"Dek kakak suka sama kamu!"


























[ RELAY  2003 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang