BAB LXXXII

4.8K 497 82
                                    


.

.

.

.

.

Dalam waktu sehari saja Taehyung bisa merasakan berbagai aura di dalam ruang persembunyian. Ketika ia masuk, suasana disengajakan untuk tidak mengundang rasa tegang sekalipun suara ledakan bertubi-tubi terdengar. Di tengah-tengah, ketika ada suara ledakan yang lebih besar, mereka semua mulai terdiam dan lebih tertarik untuk merenungkan kehidupan yang telah mereka alami, karena siapa tahu saja hidup mereka tidak akan bertahan lama akibat perang. Ditambah dengan tersiarnya kabar Raja mereka baru saja meninggal dunia akibat meledaknya gedung Geunjengjeon, pada saat beliau bersembunyi di sana.

.

Dan saat ini, suasana lebih mencekam. Semuanya terdiam, sesekali isak tangis terdengar. Mungkin mereka merasa, Raja mereka yang agung saja bisa meninggal apalagi mereka-mereka yang tidak berdaya di dalam ruang persembunyian itu.

.

Mungkin, di antara mereka yang tengah bersedih, hanya Taehyung beserta dua orang temannya yang lebih merasa lega akibat tewasnya sang pemimpin. Karena, di balik seluruh ketidakadilan sang pemimpin yang ada di Negara mereka, dalangnya adalah sang Raja.

.

Dalam satu periode pemerintahan yang dilakukannya, sudah beberapa kali terjadi penyerangan yang dilakukan oleh Negara sebelah. Tidak ada yang tahu alasan Negara sebelah yang terus menyerang Negara mereka. Entah karena masalah yang terdahulu masih saja dipermasalahkan atau karena ada masalah lain.

.

"Semuanya harap berdiri, kita akan melakukan evakuasi. Bagi yang memiliki kasta empat dan lima, dipersilahkan mengikuti saya dan berjalan kea rah pintu besi bagian sebelah kanan saya. Sedangkan kasta setelahnya, silahkan berangkat sendiri menuju pitu besi sebelah kiri saya." Ujar salah seoang prajurit yang masih memakai zirah lengkapnya. Beberapa noda darah terciprat di zirahnya yang agung itu.

.

"Di saat-saat seperti ini mereka masih saja membawa kasta. Berengsek." Gumam Hoseok.

.

Tidak ada yang mendengar kecuali Taehyung dan Namjoon. "Kita bertiga berasal dari kasta yang berbeda, apakah sebaiknya kita berpisah disini?" ujar Namjoon.

.

"Mereka tidak menyebutkan kasta satu, bukan?" ujar Hoseok seolah dengan nada sombongnya, tetapi di balik nada itu sebenarnya ia hanya mengejek pada prajurit yang mengumumkan untuk membedakan kasta ketika mengevakuasi.

.

Namjoon sendiri tidak memasukkannya dalam hati, ia justru meladeni kata-kata Hoseok. "Bukankah kau sendiri sudah membuang darah bangsawanmu itu ketika kau memutuskan untuk menjadi 'buntutnya' Taehyung?"

.

Hoseok mendengus, "Jangan ajak aku berkelahi di sini, Kim Namjoon. Kalau kau—"

.

"Hentikan!" desis Taehyung. "Aku tidak memaksakan kalian untuk memilih pintu yang manapun. Toh, pada akhirnya dengan pakaian seperti ini kita tetap memilih pitu sebelah kiri."

.

Hoseok melirik sebentar kepada Namjoon, lelaki itu tersenyum kecil yang membuat Hoseok juga ikut tersenyum. Mereka lega, Taehyung lebih tegar kali ini.

.

Namjoon pun mendekatkan wajahnya kearah telinga Taehyung seraya berbisik, "Kami akan menjaminmu untuk bertemu lagi dengannya, Taehyung."

THE SELECTION [KookV] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang