[PLAGIATOR JANGAN MENDEKAT!⚠️❌]
[REVISI SETELAH TAMAT]
••••
"Ga, gue bingung. Sebenernya gue itu di dunia ini ada gunanya gak sih? Hidup gue rasanya gak berarti. Apa gunanya coba, kalo gue hidup tapi gak ada lagi yang ngasih gue kasih sayang," ucap...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gue senderan di bahu lo, boleh?"
-Dirga Bhayangkara.
••••
"Lah? Lu apain calon pacar gue, Nath! Sampe pingsan segala? Kasian mau pipis tadi tuhh." Kulin a.k.a Rehan protes karna gadis yang selama ini menyukainya pingsan gara-gara Nathan.
"Ya elah, gue cuma perkenalin diri doang masa pingsan, udah lah. Bawa dia ke UKS," pinta Nathan. "Padahal gue mau nanya dimana kelas si Yura," gumamnya.
Pemuda pemilik netra hazel ini sangat merindukan adiknya, dan ingin membawa Yura pergi jauh-jauh dari papa kandungnya. Sebenarnya sudah lama Nathan ingin melakukan ini, tapi ia belum yakin, akankah ia berhasil? Memang, Yura dan teman-temannya hanya tahu jika Nathan sudah meninggal karna kasus kecelakan, dan tidak ditemui jasadnya.
Padahal Nathan waktu itu dalam keadaan sekarat, ia juga diculik oleh segerombolan orang entah siapa itu. Bocah umur 7 tahun hanya tahu apa? Tidak banyak. Nathan hanyalah anak biasa yang mempunyai akal seperti anak-anak kebanyakan.
Banyak orang yang membenci dirinya, dan membuat Nathan selalu terkucilkan ketika mamanya sudah diusir begitu saja oleh papanya. Nathan mulai membenci papanya, ia berlari dan ikut pergi dengan mamanya. Hanya bermodalkan uang yang pas-pas an, Nathan dan Shofia- mama Nathan -harus hidup dengan berjuang keras.
Uang yang ada di tangan Shofia mungkin hanya cukup untuk dua bulan. Oleh karna itu, Shofia selalu mencari pekerjaan agar bisa bertahan hidup demi anak-anaknya.
Suatu hari, Nathan pulang sekolah, dia berjalan sendirian sepanjang jalanan. Tak ada satu pun yang mau berteman dengannya, dan dia terus dicemooh oleh teman-teman sekelasnya. Nathan hanya bisa diam dan sabar.
Dia terus berjalan dengan perasaan sakit yang amat mendalam. Sampai kapan hidupnya akan terus seperti ini? Apakah ia sanggup?
Disaat ia termenung, entah siapa yang menariknya tiba-tiba, dan langsung membekap mulutnya dengan kain. Nathan ingin berteriak sekeras mungkin, tapi ia tak bisa. Empat orang dewasa yang bertubuh kekar ini menculiknya. Dia mau dibawa kemana? Siapapun tolong Nathan! Dia tak bisa mengeluarkan suara sedikitpun jika terus dibekap seperti ini!
Nathan terus memberontak, sampai orang yang berada disebelahnya mengeluarkan pisau dan menyuruhnya untuk diam. Mau bagaimana lagi, Nathan akhirnya diam.
Tak lama kemudian, Nathan sudah sampai di suatu tempat. Rumah yang sangat kusam dan tak layak untuk dijadikan tempat tinggal. Nathan diseret untuk masuk ke dalam sana. Dia disuruh duduk di kursi yang sudah sedikit lapuk.
Dibuka sumbatan dimulutnya oleh orang itu, lalu seseorang yang lain mengambil kayu berukuran sedang, dan yang satunya lagi mengambil rotan. Sepertinya alat-alat itu sudah dipersiapkan mereka.