06

49 16 14
                                    


Haloo semuanyaa..

Happy Reading😄

****

Setelah kepergian Daffa,Emily membuka kotak makan berwarna biru tersebut dan menemukan secarik kertas didalamnya,tepatnya diatas tumpukan roti. Ia pun membuka kertas itu dan membacanya dalam hati.

Hai Ca,maaf gue ngirim surat ke elo,padahal perjanjiannya kan harusnya gue gak boleh komunikasi sama sekali ya sama lo,iya kan? Oh iya ini ada titipan dari Nyokap,trus katanya Nyokap dia kangen sama lo. Udah itu aja,dah.

Emily tersenyum,lalu menutup kembali kotak makan tersebut dan beranjak masuk kedalam kelas.

****

Sore ini,sehabis pulang sekolah Elvan mampir ke Taman yang biasa ia datangi bersama Emily. Entah mengapa saat di sekolah tadi yang Ia pikirkan hanyalah Taman ini. Entahlah,mungkin Ia terlalu rindu dengan suasana Taman yang sedang ia pijak ini.

Elvan mendudukan dirinya disalah satu kursi Taman,ia melamun,entah apa yang dipikirkan olehnya hingga begitu asik dengan lamunannya,sampai-sampai Ia tidak sadar bahwa seseorang telah duduk di kursi yang sama dengannya. Seseorang itu menangis tetapi Elvan tetap saja tidak menyadarinya,padahal suara tangisan itu cukup kencang.

Hingga beberapa menit kemudian Elvan tersadar dari lamunan karena suara tangis itu makin lama makin kencang dan mengganggu dirinya.

Elvan menoleh ke sebelahnya,seseorang yang menangis disebelahnya ini ternyata adalah seorang gadis,ia mengenakan baju berwarna merah dengan rambut yang digerai,sehingga Elvan tak dapat melihat dengan jelas wajahnya karena tertutup rambut.

Elvan menghela nafas,apakah yang dibilang orang-orang diluaran sana itu benar? Bahwa warna merah adalah warna kesakitan dan juga kesedihan?

Sungguh, ia benar-benar bingung sekarang. Di satu sisi ia begitu terganggu dengan suara tangisan gadis disebelahnya,tetapi di satu sisi ia juga merasa kasihan kepadanya. Jadi ia harus bagaimana?!

Dan akhirnya,Elvan memutuskan untuk bertanya dan membuka percakapan terlebih dahulu,

"Ekhm... lo---" Ucapan Elvan terpotong karena gadis disebelahnya itu tiba-tiba saja menyenderkan kepalanya di pundak Elvan.

Elvan terdiam,tubuhnya kaku,ia tak sanggup berkata-kata.

Beberapa menit kemudian,gadis tersebut mengangkat kepalanya dari pundak Elvan,ia membenarkan rambutnya yang berantakan,juga menghapus air matanya menggunakan punggung tangan,setelah itu menoleh kearah Elvan sembari tersenyum.

"Maaf gue lancang tadi nyender di pundak lo,karena cuma pundak lo yang Available disini,jadi yaudah deh gue nyender," Gadis itu terkekeh diakhir kalimatnya. "Gue bercanda," Lanjutnya.

Elvan terdiam memperhatikan gadis di hadapannya,gadis ini masih mampu untuk tertawa disaat keadaan hatinya mungkin sedang tidak baik,dan itu membuat Elvan cukup kagum.

"Lo udah gapapa?" Entah mengapa tiba-tiba saja pertanyaan itu terlontar dari mulut Elvan.

Gadis di hadapannya tersenyum."I'm okay,tadi cuma ada sedikit masalah aja sebenernya,guenya aja yang lebay," Gadis itu terkekeh,lagi.

Lagi-lagi Elvan memperhatikan gadis berlesung pipi didepannya,kali ini Elvan me-larat ucapannya bahwa ia bukan hanya cukup mengagumi gadis ini,tapi ia benar-benar sangat menganguminya.

Cantik.

Satu kata itu yang terdapat dibenak Elvan tentang gadis dihadapannya ini,sungguh demi apapun Elvan tidak berbohong bahwa gadis ini tampak sangat cantik dengan lesung pipi diwajahnya.

DisappointmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang