Kelakuan layar tancap

11 3 3
                                    

📣Selamat membaca, wahai para manusia-manusia santuy🤙

🖤🖤🖤

Nanti malam, bada isya, akan ada piala dunia. Sebagai pak rete yang mengayomi warganya, saya memasang layar tancap agar kami menonton bersama. Dari pada harus ke stadion pasti akan mengeluarkan biaya yang cukup banyak, ya lebih baik memilih yang murah saja tapi tidak murahan, ya.

Sejak sore tadi, para ibu-ibu memasak camilan untuk dimakan saat menonton nanti. Keadaan komplek saya benar-benar rusuh melebihi stadion.

"PA RETE!" Teriak bu rete.

"Kenapa sayang?" Tanya saya.

"Sini kita ngevlog dulu," saya menghela nafas kasar. Sebenarnya saya malas sekali jika harus berbicara di depan kamera. Nanti ada yang komentar, "ih suaminya ganteng," pasti bu rete akan menggerutu ke saya, ini fakta ya bukan saya mau sombong.

"Halo gais, kembali lagi ke ke kiya. Jadi nanti kan ada piala dunia, dan di komplek ini mengadakan nonton bersama loh guys, iya kan pa rete?"

"Hehe iya-iya."

"Nggak usah, so cool gitu deh!"

"Oke guys, balik lagi sama saya pa rete yang tampan se samudra hindia dan samudra pasifik. Jadi guys, karena saya pak rete yang baik hati dan tidak sombong, rajin menabung dan hanya mempunyai istri satu sa-" ucapan saya terpotong karena pinggang saya dicubit oleh bu rete.

"Kenapa, sih?" Tanya saya.

"Mana wibawa seorang pak rete? malu-maluin aja," jawabnya.

"Salah mulu deh," setelah mendengar ucapan saya, eh bu kiya malah memelototi, ya sudah saya diam.

Saat ingin melanjutkan vlog, saya melihat berbagai kelakuan warga saya. Pasti kalian kepo kan? Nih saya kasih tau. "Bu rete rekam mereka semua ya? masukin youtube biar viral" perintah saya. "Siap pa rete!"

Saya melihat pa Aqli dan bu Aiswa duduk sembari mendengarkan earphone. Nah saya hampiri lah mereka ternyata mereka sedang mengobrol seperti ini.

"Bi, aku mau ikut ngevlog sama bu rete," ucap bu Aiswa.

"Udah disini aja mi, dengerin murotal," jawab pa Aqli.

"Kan tadi aku udah hafalan, masa gaboleh gabung si, sama yang lain?"

"Nanti kalau ada lelaki yang melihat umi, terus tertarik bagaimana?" Tanya pa Aqli.

"Ya iya sih, tapi-"

"Mi, jangan ngebantah omongan suami, mau jadi istri durhaka?"

"Hmm ... iya deh bi, maaf ya?"

"Iya mi."

Entah mengapa saya iri sekali dengan mereka, namun saya sadar diri. Saya dan pa Aqli sangat jauh berbeda, mana bisa membuat istri saya seperti bu Aiswa, yauda nggak usah perihatin gitu ya?, saya lanjut ni ke ibu-ibu sedang merumpi, disana ada bu Hera, bu Aqilla, bu Adma, bu Lya, bu rete dan yang pasti ada bu Sista karena dia yang mempunyai seribu satu gosip.

"Ekhem, ngerumpi apa ni seru banget?" Tanya saya.

"Ih ini seru banget pak tentang janda komplek sebelah loh," jawab bu Sista.

"Eh ko, kalian ngerumpi sambil ngevlog si? nanti ketauan dong." kenapa saya bisa berucap seperti itu? Karena bu rete masi setia dengan handphone yang kameranya menyala.

"Kan nggak sebut merk pak rete," jawab bu Kiya. Saya hanya mengangguk-ngangguk daripada saya salah ngomong bisa-bisa diserbu.

Tak lama setelah bu Kiya berucap, tiba-tiba suara gendang yang untuk ultras dibunyikan. Saya kurang tau lah itu gendang namanya apa, kita sebut gendang ultras saja ya. Di samping ibu-ibu yang sedang merumpi ada pak Saput yang memainkan gendang ultras, pak Yudha, pak Rifdan, pak Roby dan pak Ricardo yang mulai bernyanyi ala-ala anak ultrasnya sepak bola.

"ENENG-ENENG JANGAN MARAH KALAU ABANG NGGAK ADA DI RUMAH, PERGI NONTON BOLA BARENG PA RETE SYALALALALALA," Lirik yang mereka nyanyikan bersama.

"HOA-HOE!" Teriak mereka semua.

Bu Hera berdiri dengan garang lalu dia berteriak seperti ini, "BISA PINDAH GA LU SEMUA?" nah karena mendengar teriakan bu Hera, sontak semua terdiam.

"Kenapasi? Iri bilang bos," ucap pak Saput. Saya mencium bau-bau keributan.

"Ngapain gue iri sama jamet kaya lu?"

"Sensi banget lu ke cabe-cabean," timpal pak Saput.

"APA?" Teriak bu Hera kembali.

"Nggak usah teriak lu," jawab pak Rifdan yang sudah pernah saya jelaskan bahwa mereka sepupuan.

"Heh nggak usah gitu ya? emang bener ko lu pada berisik, pertandingan belum mulai juga," gerutu bu Adma.

"Lah orang pemanasa, suka-suka gua lah," pak Rifdan menjawab gerutuan bu Adma.

"Dikasih taunya jawab mulu, kebiasaan. Nggak pernah mau dengerin, sekali aja lu dengerin istri lu susah banget apa ya?"

Saat bu Adma mengucapkan itu eh pak Rifdan malah meledek.

"Berisik lu," ucap pak Roby kepada bu Adma yang menggerutu.

"HEH, ROBY LU YANG BERISIK DARI TADI, NYANYI PALING KENCENG!" teriak bu Lya tidak terima.

"LAH NAMANYA JADI SUPORTER, HARUS BERSEMANGAT!" Jawab pak Roby.

"YA TAPI KAN PERTANDINGAN BELUM MULAI. TAU WAKTU NAPA!"

"PEMANASAN LYA PEMANASAN!"

"Ya pemanasan juga nggak gitu kali, ngeganggu orang lagi ngegosip. Enak di lu pada, nggak enak di kita," timpal bu Sista.

"Jangan gosip mulu sista," jawab pak Ricardo.

"Lah emang itu kerjaan kita, mau apa lagi?"

"Ya tapi nggak boleh."

"Syut sudah-sudah," ucap pak Yudha.

Pak Yudha melirik bu Aqilla yang sedang menatapnya tajam. "KENAPA MAU NYALAHIN KITA?" Tanya bu Aqilla dengan nada tinggi.

"Engga ko, siapa bilang?"

"Ya nggak ada."

"Nah kan."

"Tuh kan mau nyalahin kan?"

"Engga astagfirullah, engga sayang!"

"Auamat ah, kesel. Nggak usah tidur sama gue lagi, lu ya?"

Saya pusing mendengar percecokan antara kaum suami dan kaum istri, saya melangkah kan kaki mendekati layar tancap yang disana sudah ada bu Fanny dan pak Satria, kebetulan pas saya sewa layar tancap, sudah sepaket dengan sound system dan mic. Bu Fanny dan pak Satria pun sedang berjoget berdua.

"Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu. Cintaku padamu, ya sayang, bagai malam tiada berlalu," itulah sepenggal lirik yang di nyanyikan bu Fanny.

"Hobah," ucap pak Satria sembari berjoget.

"Asik banget ya," ucap saya kepada mereka.

"Asik la, pak rete ayo goyang, dari pada ribut-ribut." ajak bu Fanny

"Lanjut terus sayang," ucap pak Satria. Saya menggelengkan kepala melihat tingkah mereka berdua.

Saya melihat bu Bila dan pa Abil sedang menonton sesuatu di handphonennya. Saya pun menghampirinya.

"Wah, sedang nonton apa tu?" Tanya saya.

"Ini pak rete, nonton film di iflix." jawab pak Abil.

"Oh yang pernah tayang di bioskop, ya itu?" Tanya saya memastikan.

"Iya pak rete. Dari pada ke bioskop kan bayar, mending tunggu muncul di iflix. cuma modal wifi," jawab bu Bila. Memang benar-benar kedua pasutri ini.

"Bu, nggak ikut ribut sama mereka?" ucap saya sembari menunjuk ke kaum suami dan kaum istri yang sedang berdebat.

"Nggak deh, mending nonton ini aja," jawabnya.

Emang benar-benar kelakuan warga saya, ada-ada saja. Sebagai pa rete saya hanya bisa sabar dan terus sabar.

1 KOMPLEK 9 KEPALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang