Supres...

8 2 0
                                    

Hepibesdey tuyuu, hepibesdes tuyuu🎊-author

"Ngetik yang benar, Thor. Ini cerita saya jangan dihancurin sama tulisan alay gitu!!" -Pak rete.

Eh lah ko ngamok? Suka-suka gue dong! -author.

"Mari para pembaca, beri kritik yang membangun untuk author agar tidak alay, apalagi sampai typo. Kritik cepat kritik!" -Pak rete.

Kamu minta aku pukul ya? -author.

"Diam atau saya lapor warga komplek?" -Pak rete.

Author pun pergi menghilang terbawa arus rindu yang entah dirindukan kembali atau tidak.

🖤🖤🖤

Rutinitas saya setiap pagi, pergi ketoilet untuk menghadiri meeting yang dipanggil langsung oleh alam.

“kang tau ngga?” Baru saja saya keluar dari toilet, neng kiya ngagetin aja didepan pintu, bikin sport jantung pagi-pagi.

“kenapa sih neng? Hobi banget bikin akang jantungan. Mau suaminya mati muda.”

“yeuu umur udah kepala tiga ga malu ngomong begitu boss.” Ujarnya yang kini kami duduk di ruang tengah dengan secangkir teh yang sudah disiapkan mai bebep. “tapi serius, tau gaak!?”

“ya gak tau lah neng, kan belum dikasih tau.”

“tapi diem-diem aja yaa, awas akang bocor, neng cor pake nodrop tuh mulut biar ga bocor-bocor.”

Setelah itu neng kiya mulai berbicara yang dimaksudnya tadi, saya mengangguk setuju saat mendengarkan penjelasan bu kiya. Hitung-hitung berkerja sama dengan bu sista membereskan malasah kemarin.

Malam ini bu aiswa sedang memegang ponselnya, sudah sejak kemarin malam bu aiswa hanya melayani pa aqli dengan ogah-ogahan saja. Bukannya saya menguntit yaa, sayakan yang paling tau disini.ahahha

Toktoktok...
Pe

Ada seseorang didepan rumahnya, bu aiswa langsung melepaskan ponselnya dan bergegas membukakan pintu.

“ehh bu qila. bukannya assalamualaikum, malah pe.”

“kan saya kekinian bu, biar ke anak jaman sekarang.” Jawab bu qila sambil terkekeh renyah. “p for punteen, muehhehehe”

“ealah begitu, masuk dulu bu.”

“ehh gausah, temenin saya dong bu, ke hadirmart depan komplek. Saya takut sendiri.” Ucap bu qila.

“ohh yaudah, bentar saya ganti baju dulu.”, bu aiswa masuk dan berganti pakaian sederhananya. Pa aqli yang sedari tadi masih duduk di ruang tv melihat istrinya memakai kerudung mau bertanya tapi keduluan bu aiswa yang ngomong. “ umi mau ke hadirmart, gausah ngelarang-larang, umi bareng bu qila.” Ucap bu aiswa lalu setelahnya memilih berlalu dari sana.

Setelah pulang dari swalayan kecil itu, tepat di depan gerbang komplek, bu aiswa dan bu qila berhenti melangkah karna komplek tampak sepi dan gelap. Setahu mereka tak ada pemberitahuan jika ada pemadaman lampu.

“yampuun bu ko mati lampu gaada pemberitahuan-nya yaa, bikin kesel aja.” Bu qila mensejajarkan langkahnya dengan bu aiswa saat memasuki gerbang.”bu tunggu deh.”

“yampuun saya gapunya lilin, ayok balik lagi”

“eh eh bu, mager ahh. Kenapa ga beli sekalian tadii.” Ucap bu aiswa menarik kembali bu qila yang menarik tangannya.

“yaa maneketehe kalo bakal mati lampu bu.”

“yaudah kerumah saya aja dulu yuk, kalo gasalah saya masih ada persediaan lilin” ucap bu aiswa akhirnya berjalan menuju rumahnya diikuti bu qila. Bu qila dibelakangnya tersenyum puas, berhasil melaksanakan misinya.

“hwaaaa apaan ituuuuuu putih-putiiihh glantungaaan.”

“uwaaaaaaa manaaaaaa buuuu.” Bu aiswa mengikuti arah tunjuk bu qila.”aish ibu mahhh itu jemuran mukenah saya ahh kiraiin.”

“lagian bu ais ngapa jemuran digantung disitu sii udah malem ge.”

“digantung disitu biar cepet keringnya, tapi lupa diangkat.”ucap bu aiswa dan segera mengambil jemurannya itu, serem juga diliat malem-malem.”yaudah yok lah masuk.”

“hwaaaaa siapaa lu, gue gebukin lu”

BUKK...GEDEBAKK...GEDEBUKK...

Bu aiswa hanya menatap horor orang yang berbalut sarung itu, pasalnya gelap. Bu qila malah makin menghajar pria bersarung putih itu, whuahahaha.

“eh sakit sakit sakiiiiit.”ternyata itu pak yudha. Untung bukann saya. “bentar mahh mau nyalain saklar.” Ucap pak yudha saat bu qila sadar itu dia.

SUPREEEEEEEESSSSS....

Disini saya hanya bisa tersenyum bahagia, bu sista yang membawa mie goreng yang dibentuk seperti kue tar sebagai tanda permohonan maafnya kepada bu aiswa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disini saya hanya bisa tersenyum bahagia, bu sista yang membawa mie goreng yang dibentuk seperti kue tar sebagai tanda permohonan maafnya kepada bu aiswa.

“maapin saya yaa bu, janji ga julid yg aneh-aneh lagi.” Mohon bu sista.

“iyaa bu ais, sebenernya pas itu pa aqli Cuma lagi ngelerai saya sama si saput doang, yakaan put.” Bu hera meminta persetujuan pak saput dengan tenang, tak seperti biasanya.”ehh iyaa bener be.”

“eum... saya minta maap jugaa, ikut-ikutan manas-manasin” ucap bu bila yang diberi anggukan bu aiswa.

“huwaaaaa kok jadi sad si romannya.” Kini bu adma dengan kecegengannya sudah berderai air mata yang langsung pak rifdan lap pakai bajunya.

Bukannya terkesan sosweet, kesannya malah bapak sedang mengelap ingus anaknya. Tapi gapapalah yaa, ini keunikan komplek saya.

“jadi udah percayakan.” Kali ini pak aqli angkat suara yang langsung diberi anggukan antusias dari bu aiswa dan berhambur dipelukannya.

Pak rifdan, pak yudha, pak ricatdo, pak saput, pak satria, pak abil tak mau kalah saling berpelukan dengan istri orang, ehh maksud saya istrinya masing-masing.

“akang ga mau meluk eneng.” Ohh iya saya lupa, keasikan nyeritain keuWuan orang lain. Whuahaha. “berpelukaaan.” Dan semuanya bak teletubis.

“MAKAANN YOK LAAHH.” Teriak bu fany memecahkan keheningan.

“lahh kuy?!” bu bila  bertanya.

“KUUUYY!!” Ucap semuanya serempak lalu mengambil posisi makannya.

Ini yang saya suka dari komplek saya, setiap masalah itu bisa diselesain pake kepala dingin. Hidup damai rukun sentosa and korsa, Yakaan yakan.

1 KOMPLEK 9 KEPALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang