Caper!

17 3 0
                                    

📣cek-cek. Pa rete ganteng di marih! Anjay ... ups. Jangan bilang-bilang kalau saya bilang anjay. Ayo para pembaca komplek ku, jangan lupa vote, komen dan follow! Karena kalau tidak. Saya malas untuk menceritakan kelakuan warga saya. Dah, saya mau pamit! Byebye

🖤🖤🖤

Pagi yang cerah disambut dengan ukiran senyum indah bu kiya. Si manis jembatan ancol, ehh engga-engga. Serem dong. Si manis jembatan hatinya menuju hatiku. Ahahahambyar.

Pagi hari di weekand ini sepertinya warga komplek sedang tak ada kegiatan. Jadi, tak ada salahnya kan? jika saya adakan gotong royong dadakan.

Saya yang sudah siap dengan setelan kaos putih polos dan celana training. Dan bu kiya dengan setelan serupa, sudah siap berdiri di depan mic mushola komplek.

"tes tes 123, cek sound tekuk-kkuuuurr." Itu bu kiya, bukan saya. Jadi jangan hujad saya.

"neng! Ciuus."

"mie apa?" yahh neng kiya malah bercanda. Lucu kali kata dia mah. Sory-sory, sama istri sendiri harus sabar, mau ga dapet jatah? Jatah dimasakin makanan maksud saya. Biar ga makan waktu lama, langsung aja saya minta micnya dari bu kiya.

"assalamualaikum sadayana, demi kemakmuran dan kesantosaan bersama. Saya ingin membagikan sembako kepada penduduk komplek sekaliaan." Sekiranya itu muqadimah dari saya. Bu kiya menatap saya tanya.

Saya Cuma terkekeh ga bersuara. Menggerakkan mulut, bilang "liat aja nanti."

"Tapi sebelumnya diwajibkan untuk menggunakan kostum alias pakaian mudah serap keringat alias biar mudah dimengerti pake baju olahraga. Karena depan rumah saya lagi cuaca ekstrim lokal, panas banget. Tak mau menunggu lama, saya tunggu lima menit dari sekarang." Ucap saya akhirnya langsung meletakkan mic ketempat semula dan menarik tangan bu kiya agar tak keduluan warga saya.

Seperti apa yang saya pikirkan. Belum sampai 5 menit aja, si 8 kepala dengan para istrinya sudah pada ngumpul ramai, langsung menyusun barisan pula. Mungkin sudah sangat pro dalam urusan berbau gratisan ini.

Bu kiya masih natap saya harap-harap cemas takut pada kecewa, tapi tenang saya tetep nyediain imbalan ko.

"yaudah ayok kita gotong royong lah kuy." Ucap saya saat tepat berada diantara mereka.

"hah? Dari mane gotong royong pak rete." Sahut pak saput tampak syok.

"lahh ko jadi gotong royong si pa rete, aneh bat si lu." Kali ini dapat semprotan pak rifdan yang sudah membawa baskom sendiri dari rumah.

"ho'oh gimana si pak, saya belum kelar ikutan give away nih." Kali ini bu lya ikutan tak terima.

Bu hera, bu fany dan bu adma hanya berjongkok tanpa menyembur saya. Tapi syukurlah, sepertinya mereka baru bangun jadi sedang mengumpulkan nyawa.

"emang tadi saya ngomongnya mau ngapain?"

"BAGIIN SEMBAKO!." Ucap mereka malah kencang + kompak, apa lagi suara bu qila yang orangnya tepat didepan saya.

"yaudah sans dong gais. Saaans slur." Kali ini bu kiya menengahi. "jadi sembako itu singkatan dari SEMangat Beberes Area KOmplek alias kita gotong royoong yeeaaaaayyy."

"Yudahlah bu kalo mau gotong royong mah hayuuuu." Nahh saya setuju sama komentar bu aiswa.

"hwaahh yodahlah yodah untung gue baiq." Ucap bu hera akhirnya berdiri mendekat ke arah bu kiya.

Saya sih Cuma senyam-senyum aja, padahal pa ricardo sudah memberi tatapan menghunusnya, yaa gimana jugalah yaa. jadi rete lurus-lurus banget juga gabaik, hehhee.

Setelah bu kiya membagikan tugas masing-masing, semua warga sudah mulai dengan perkerjaannya, ada yang menyapu perkarangan, ada yang membersihkan got dan mencabuti rumput liar yang tumbuh disana.

Bagian enaknya itu menurut saya yang ada di dapur, mereka gaperlu panas-panasan. Palingan Cuma bikin camilan ringan dan minuman. Yah kalo itumah saya bisa kali, gaperlu mengatas namakan perempuan doang yang bisa bikin.

"IHH LU YANG BENER DONG NGELEMPAR SAMPAH GOT NYA!." Kali ini mulai terdengar suara nyaring si induk chili di komplek saya, siapa lagi kalau bukan bersumber dari bu hera.

"LAH ELU-NYA JELEK NGAPAIN NGEJOGROG DISONO." Dan siapa lagi kalau bukan pak saput, suaminya sendiri.

"ehh udah-udah jangan berantem, ini itu permen susu mahal." Pak aqli yang datang membawa sampah daun yang ditusuk-tusuk seperti sate namun disebutnya permen meniru iklan, berusaha meredakan suasana.

"liat deh, dasar yaa pak aqli, bilang aja mau deket-deket sama bu hera." Bu sista yang sedang menyapu halaman mendekat kearah bu iya, memulai gosip.

"hah? Emang iya? Ga mungkin lah sis. Kek gatau pak aqli aja gimane alimnya." Ucap bu iya terlihat tak terlalu menghiraukan.

"tapi iyaa juga lho bu. Kan kita ga tau aja gimana dulunya pak aqli. Bisa jadi dulu dia jamet kek pa saput, kan gak ada yang tahu." Kini bu bila malah ikutan, kompor sumbu.

"HEH EPRIBADEH, GOSIP APANEH, GA NGAJAK GUA TEGA BENER." Kali ini tak perlu saya menguping suara bu fany sudah bisa menembus dinding-dinding gendang telinga setiap insan manusya.

"ehh emang lagi ngegosip?" bu qila datang dengan wajah tanyanya, polos. "ikutan dong gais."

"ituu si pak aqli caper sama bu hera." Suara si biang lambe komplek.

"HAH PAK AQLI CAPER SAMA SI HERA?" sepertinya, fokus yang awalnya ke kerjaan masing-masing sudah semakin hambyar.

Apalagi saya liat, sekarang tokoh yang menjadi tokoh pergosipan menatap sengit kearah kubu penggosipan. Apa lagi tatapan berkaca bu aiswa.

Perlu diingatkan, bapak-bapak kubu pendiem seperti pak ricardo, pak abil, pengecualian pak rifdan. Masih hidup yaa, hanya belum bersuara dan Cuma menyaksikan drama yang mengalahkan rating drama plakor korea yang sedang viral saja.

"emangnya bener bi?" ucap bu aiswa berdiri diantara pak saput, pak aqli dan bu hera. setelah selesai meletakan minuman dan camilan diatas meja yang disediakan.

"hah? Kenapa?"

"tuh kan asal ngingetin orang pinter banget, dia sendiri parah banget." Ucap bu aiswa yang kali ini makin keliatan berkaca-kaca. "bu rete saya pulang duluan yaa, kerjaan saya juga udah selesai."

Bu kiya yang saya liat berada jauh dari bu aiswa telihat kikuk, bingung memberi jawaban apa. "eh-hemm bu. iya gapapa, kenapa buru-buru bu, makan dulu."

"mau sholat dhuha dulu bu. Mau gibah sama Allah, mudah mudahan suami saya dapet hidayah." Ucap bu aiswa cepat lalu pergi dari tempat.

"nahh hayolooh bu sita eh sistaa."bu qila malah mengolok-olokan bu sista.

"seru bat ini dramanya, kga ada pop corn apa, ehehehehe." Pa satria buka suara mencairkan suasana.

Beda dengan pa aqli yang sudah mengikuti arah bu aiswa. Bu hera kini malah menatap kubu gosip meminta penjelasan.

"salah paham itu, lagian bu sista sii bandel." Bu iya menengahi.

"lahh bisa gitu salah paham." Pa saput nimbrung.

"gausah ngikut-ngikut lu." Ucap bu hera menatap pa saput yang hanya di balas pa saput dengan deheman mengalah meng-ekspresikan 'iyee-iyee.

"yaudah-yaudahh istirahat duluu semuanya, kumpul-kumpul sinih." Panggil bu kiya yang saya tau ingin mendinginkan kepala kepala warga warga tercintahh saiah. Emang istri tercintah untuk aa tercintah juga, awokwokwok.

Yahh sebenernya seru sih, tapi saya ga mau jadi setan juga, yaa sebenernya nanti juga rapet lagih. Apalagi kalau pemikiran pak aqli dan bu aiswa. 'berantem gaboleh lebih dari 3 hari, dossa!'

1 KOMPLEK 9 KEPALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang