(FOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA)
HIATUS DULU SAMPE BELUM TAU KAPANNN.
Tentang kehidupan di pesantren. Percintaan, Persahabatan, Pengharapan dan Kekecewaan.
Tentang Gama, Amanda dan teman-temannya yang dari berbagai kota!
Kira-kira hidup di pondok itu en...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kita harus bisa belajar seperti apa sifat teman-teman kita. Kalau ingin dimengerti harus bisa ngertiin juga. Kalau lagi berantem, harus bisa rendam ego. Minta maaf duluan itu bukan sesuatu yang memalukan. Karena itu, kamu akan menjadi orang yang berhati besar,"
—Kisah masa SMA kita—
AUTHOR POV.
Manda ingin menenangkan pikirannya di balkon asrama Turki, kebiasaannya. Dilihatnya warung mba Yuk ramai dengan sekumpulan anak Ikhwan HQS. Suara berat dan menggema khas cowok terdengar sampai balkon Turki. Wajah dan jilbabnya berkibar terkena angin malam.
"Manda," panggil Miss Rahma.
Manda menoleh, "Ya Miss?"
Miss mengisyaratkan untuk mendekat, " Ini mama kamu telpon,"
Mata Manda berbinar lalu mengambil ponsel Miss. Lantas segera mendekatkan ponsel kepada telinganya.
"Assalamualaikum mah,"
"Wa'alaikumussalam,kak. Apa kabar?"
Setelah itu terjadi percakapan sekitar 10 menit. Mama Manda memberi tahu bahwa tiga hari lagi Manda akan mendapatkan kiriman paket dari mamanya.
Sebelum benar-benar mengakhiri telepon, Manda bertanya, "Mama pernah berantem sama temen?"
"Pernah dong, kak. Emang kenapa kak?"
"Aku mau cerita.. eh — sering mah?"
"Nggak kak. Cuma sekali aja yang berantemnya yang rada serius. Selain itu berantem sebentar, besok baikan lagi,"
"Kakak lagi berantem?" tanya Mama Manda.
"I – ituu, lagi berantem sama Nafisa," ungkap Manda.
Diseberang sana, mama Manda tersenyum. Ia tahu, anaknya ini sedang tidak baik keadaannya.
"Mama gak tau permasalahan kalian. Tapi inget kata-kata mama ini,"
"Kita harus bisa belajar seperti apa sifat teman-teman kita. Kalau ingin dimengerti harus bisa ngertiin juga. Kalau lagi berantem, harus bisa rendam ego. Minta maaf duluan itu bukan sesuatu yang memalukan. Karena itu, kamu akan menjadi orang yang berhati besar,"
Manda merenungi perkataan mamanya seraya menatap lurus ke warung mba Yuk.
"Oke mah, makasih nasehatnya. Manda tutup ya telponnya. Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumussalam kak. We love you and always proud of you,"
Setelah itu telepon terputus, lalu Manda memberikan kepada Miss Rahma,
"Thanks a lot miss," kata Manda seraya tersenyum.
"With my pleasure,"
Manda menghela nafas. Mungkin tidak ada salahnya ia mulai merendam egonya. Mencoba memaafkan.