Tiga minggu berlalu dari hari pertama Airin mulai bekerja.
Airin menjadi tidak paham kenapa dia harus bertemu dengan William setiap hari. Padahal tadinya William jarang berkeliaran di kantor. Hal ini bahkan membuat staff-staff wanita yang memuja William ikut terheran-heran sekaligus kegirangan karena mereka bisa sering-sering bertemu dengannya.
3 minggu ini seperti cobaan yang sangat berat bagi Airin. Di satu minggu pertama nya, William bahkan ada di sesi training yang kabarnya bahkan tidak pernah dia hadiri sekalipun sebelumnya. William berkali-kali berperan sebagai client dalam skenario meeting untuk deal sebuah project. Di lain kesempatan dia akan berperan sebagai client yang komplain dengan pelayanan kantor mereka. Itu seperti throwback moment ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya, dengan adegan yang 80% sama. Pemeran yang sama dan dengan keributan yang sama. Hanya saja, itu berakhir dengan Airin yang meminta maaf berulang kali karena William mengancamnya akan tidak meluluskan masa percobaannya.
Satu minggu berikutnya, William berada di ruang tim PR dari pagi sampai sore untuk memantau kinerja mereka. Yang paling buruk, William bukan saja meneror Airin dengan urusan pekerjaan, bahkan di jam istirahat pun, Airin masih tak dapat menikmati makan siangnya. Airin sampai berkali-kali mengutuk William agar tertelan gelombang tsunami karena kesal bukan kepalang dengan sikap sinis atasannya itu.
Hanya satu hal yang membuat Airin senang karena perusahaan tak menuntutnya harus memakai pakaian formal setiap hari kecuali akan bertemu client penting. Airin yang tak terbiasa mengenakan sepatu high heels tak hentinya bersyukur.
"Pantesan aja kamu lalod, makan siang cuma pake mie goreng sama kerupuk, ngga ada gizinya sama sekali."Tanpa suara dan hembusan angin, Wiilliam tiba-tiba berdiri di samping meja Airin yang sedang menyantap makan siang nya.
Airin menoleh dengan ketus. "Kamu ngga ada kerjaan lain apa selain ngomentarin hidup orang?" sahutnya dengan sewot.
"Ikut aku keluar. Ada kerjaan yang harus kamu handle."
"Tapi aku belum selesai makan. Dan asal kamu tau, ini masih jam istirahat."
"Kalo kamu bersikeras untuk menyelesaikan makan siang kamu dan siap kehilangan project besar, ya silahkan. Aku masih bisa panggil Tika. Lumayan lah insentif yang Tika bisa dapat.... Ehmmm .... Sekitar..... 10 Jutaan."
Airin dengan cepat menelan mie goreng yang ada di mulutnya. Otaknya bekerja secepat kilat begitu mendengar nominal uang yang akan didapat. Bisa untuk biaya hidup 2-3 bulan dan bisa kirim ke orang tuanya, pikirnya. Cepat-cepat ditutupnya kotak makan siangnya.
"Let's go." Ajak Airin tanpa berlama-lama
William tersenyum licik. Jadi ini kelemahan kamu. I got you.
Dengan langkah tergesa Airin mengekor di belakang William yang sudah siap dengan kunci mobil di tangannya.
"Bisa nyetir ngga?" Tanya William saat sampai di depan mobil.
Airin menggeleng. Boro-boro nyetir, naik mobil kaya gini juga jarang-jarang.
William menatap jengah ke arah Airin 'Apa sih yang kamu bisa?' lalu menekan tombol open lock di remote mobil yang dia pegang. Saat dia sudah duduk di kursi kemudi dan diikuti Airin yang duduk di sebelahnya, dia melemparkan kata, "Mulai minggu depan kursus nyetir, nanti klaim di bagian keuangan. Kalo bagian keuangan banyak bacot bilang aja aku yang suruh."
"Apa itu ada di Job Description kalo PR harus bisa nyetir?"
Seketika William melemparkan tatapan sengit kepada Airin, "I don't get it. There must be something wrong with your brain. Kamu pernah jatuh dari atas pohon ya waktu kamu kecil?"
Airin meradang, dia melemparkan kepalan tangan dengan kuat ke arah paha William, membuat William merintih kesakitan. "Dan aku juga ngga ngerti apa yang salah dengan mulut perempuan kamu itu, ngga ada berhentinya membully orang,"
"Auhhhh...." William meringis, tapi kemudian dia berkata, "Kamu sadar ngga sih kerjaan kamu berhubungan dengan orang, dengan client? Kalo suatu waktu client ngajak ketemuan atau minta kamu nganter ke suatu tempat, kamu mau nyuruh Pak Toni buat nyupirin kamu? Kamu ngga liat itu ada sederetan mobil operasional tapi ngga ada supirnya?"
Airin terdiam. Kenapa dia tidak terpikir tentang ini sebelumnya.
"Atau kamu nyuruh aku nyupirin kamu?"
Airin terkesiap. Ini jelas bukan suatu tawaran, tapi lebih tepatnya, ancaman yang tertunda.
"Eiittt jangan Pak jangan. Saya pasti akan mulai rajin kursus minggu depan." Airin mengibas-ngibaskan kedua telapak tangannya ke kiri dan ke kanan menandakan ketidaksetujuannya, kemudian bergumam sangat pelan. "Melihatmu di kantor setiap hari saja sudah membuatku menderita."
Sayup-sayup William mendengar rutukan Airin, "What did you say?"
Airin tersenyum meringis, "Dua minggu cukup Pak untuk saya kursus, saya pasti sudah lancar nyetir. Jadi Bapak ngga perlu nyetirin saya ke depannya."
William membuang muka menyembunyikan bibirnya yang sedang tersenyum geli.
"Tumben bicara formal. Tau sopan santun ternyata."
"Hehe... " Airin nyengir. "Bapak kan atasan saya, jadi sebenernya Bapak tuh ngga perlu repot-repot kaya gini Pak besok-besok. Saya bisa pergi ketemu client sendiri dan urusan di kantor sebenernya Bapak tinggal duduk manis aja di ruangan Bapak tunggu laporan."
Seandainya mereka tidak sedang dalam mobil, William mungkin akan berlari menjauh untuk melepaskan tawanya. Dia tak menyangka ada sosok seperti Airin, menggemaskan. Walaupun kelihatan jutek tapi sebenarnya dia adalah orang yang berpikiran simple. Gadis di sampingnya ini memang istimewa. Di saat gadis-gadis lain berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya dan mencari berbagai macam cara untuk bisa dekat dengannya, gadis ini malah selalu ketakutan jika ada di dekatnya. Seolah-olah William itu monster yang akan melahapnya hidup-hidup.
William sebenarnya masih ingin menggoda Airin namun dia khawatir kalo Airin akan lebih ketakutan, jadi dia hanya menyalakan mobilnya dan segera meluncur ke jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Say It First
RomanceBerawal dari kesalahpahaman di sebuah toko DVD, Airin harus berhadapan dengan Boss yang rewel dan sering mengganggunya. William, laki-laki yang biasanya selalu dikejar-kejar wanita dimanapun dia berada, sekarang malah bertemu perempuan yang selalu...