Mengapa Terasa Begitu Sakit

258 27 0
                                    

Panas siang itu begitu terik. Tapi tak menyurutkan langkah Airin untuk datang menemui sahabatnya yang sudah semakin jarang dilihatnya. Saat dia melihat SIlvy membuka pintu rumah untuknya, dia langsung berhambur memeluk sahabatnya itu.

"Satu bulan ngilang kemana? Ngabisin duit papa kamu lagi ya?" Tanya Airin saat memasuki rumah Silvy.

"Enak aja! Aku baru balik dari Canada, nemenin Papa pas ada urusan bisnis disana sekalian ketemu kakakku."

"Belum selesai emang kuliahnya Kak Alvin?"

"Udah mau selesai koq. Palingan akhir tahun ini udah balik."

Silvy mempersilakan Airin untuk duduk di sofa ruang tamunya.

"Ada yang aku mau cerita beib"

"Cerita apa? Kamu ketemu jodoh kamu?"

"Sembarangan ya kalo ngomong. Terus Tommy mau aku kemanain." Silvy melotot ke Airin lalu melanjutkan ceritanya. Airin selalu menganggap kalo Silvy hanya main-main dengan Tommy pacarnya karena mereka sudah pacaran 3 tahun tapi mereka jarang sekali keluar berduaan.

"Ya udah lanjut ceritanya."

"Mereka kan disana ada komunitas mahasiswa dari Indo. Nah pas aku hang out sama mereka, ada satu cewek disitu. Gila, cantik banget beib. "

"Pacar nya Kak Alvin?"

"Bukan! Jangan dipotong donk." Kata SIlvy sewot. "Dia minta IG aku. Dia bilang kalo dia balik Indo kan udah jarang temennya, jadi dia mau temenan sama aku. Katanya cowoknya dia di Jogja juga."

"Terus?"

"Aku folback IG dia. And guess what?" ujar Silvy sambil menyodorkan apel ke Airin

"What?"

"Aku buka IG nya, aku liat foto-fotonya dia. Ternyata dunia sempit Beib... Tau ngga pacarnya siapa?"

"Siapa?" Tanya Airin ogah-ogahan sambil mengunyah apelnya.

"Boss kamu, si cowok Indo yang ketemu di bioskop waktu itu."

Airin tersedak, hampir membuat air matanya mengalir. Mulutnya masih terbatuk-batuk karena tersedak tadi.

"Kenapa sih tiba-tiba kesedak?" Tanya Silvy mendekat dan menepuk-nepuk punggung Airin lalu mengulurkan segelas air putih. Dengan segera Airin meminumnya.

Pandangan mata Airin kosong. Tiba-tiba bumi berhenti berputar di waktu itu. Perasaan aneh mulai menjalari seluruh tubuhnya. Rasa sakit yang sulit dia terjemahkan dengan kata-kata. Seperti hantaman keras di dadanya disertai rasa tertusuk-tusuk yang entah muncul dari mana. Nafasnya seperti tercekat dan dadanya merasakan nyeri yang tak tertahankan. Perasaan yang belum pernah dia rasakan hingga usianya menginjak 23 tahun.

Seandainya William tidak menciumnya kemarin, mungkin dia masih bisa berpura-pura mengartikan semua perhatian William selama ini hanyalah perhatian dari atasan ke bawahannya. Atau teman mungkin. Tapi mereka juga bukan teman.

"Woiii Rin, koq malah bengong sih. Mikirin apa?"

Tersentak dari lamunannya, Airin menjawab terbata-bata, "Ngga... ngga mikirin apa-apa."

"Terus kenapa bengong?"

"Ngga... kaget aja ternyata orang semenyebalkan kaya bossku bisa punya pacar."

Airin berusaha menutupi kegalauannya saat ini. Dia tak ingin sahabatnya membaca suasana hatinya dan mengintrogasinya habis-habisan. Untungnya sebelum Silvy benar-benar hampir membaca ada yang tidak beres dengan raut wajah Airin, ponsel Airin berbunyi.

Di layar ponselnya tertulis nama Ferdi.

"Ya hallo Fer.... Aku di rumah Silvy.... Ok aku tunggu disini ya. Masih inget kan jalannya?"

"Kenapa Rin?"

"Aku suruh Ferdi jemput aku kesini. Aku lagi ada project sama dia."

"Yakin cuma mau bikin project? Ngurus kerjaan koq malam minggu"

"Bisa ngga sih jangan selalu berprasangka yang engga-engga tentang aku dan Ferdi... Lagian aku cuma punya waktu weekend ini."

"Project apaan?"

"Client aku minta dibuatin lukisan tangan asli untuk dipajang di restonya."

"Koq mintanya ke kamu? Kamu kan ngurus iklan."

"Service buat client... Yang punya Resto perusahaannya banyak, aku ngga mau kehilangan kesempatan dapat project berikutnya dari dia. Kebetulan beberapa hari yang lalu aku ketemu Ferdi, terus aku inget dia kan pinter nglukis, jadi aku pesen dibuatin lukisan sesuai maunya client aku."

"Ketemu dimana sama Ferdi?" Tanya Silvy penasaran karena seingatnya mereka kan sudah tidak satu tempat kerja.

"Dia pas jemput aku pulang kantor." Jawab Airin tanpa rasa bersalah.

"Ini aku yang bego atau kamu nya yang kepinteren main kata-kata? Kalo dia jemput kamu di kantor itu namanya bukan kebetulan Ibuuuuuu...."

Airin nyengir.

"Kamu nunggu kirim undangan nikah ya baru mau ngasih tau aku kalo kalian pacaran?"

"Ya ampun Vy.... Kemarin itu dia lagi ada urusan di dekat kantor ku terus dia nelfon ngajak makan malam. Seriussss aku ngga ada apa-apa sama dia ...."

"Awas kamu ya! Berani main belakang, jangan harap selamat dunia akhirat."

"Ngga berani aku berurusan sama singa betina kaya kamu."

Silvy menarik rambut Airin dengan kesal.

"Btw.... Dia masih kerja di tempat DVD?"

"Kebanyakan keluar negeri sih kamu, jadi ngga update."

"Yeeee mana aku tau, kamu juga ngga pernah cerita tentang Ferdi, setiap ditanya tentang Ferdi selalu kabur."

Lagi-lagi Airin nyengir.

"Dia udah 3 bulan ini kerja di kantor Design Interior. Masak iya dia mau kerja di toko DVD terus. Percuma dia kuliah Arsitek susah-susah."

Tin tin tin....

Terdengar suara klakson motor dari pelataran luar rumah Silvy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdengar suara klakson motor dari pelataran luar rumah Silvy.

"Tuh udah dijemput."

"Ya udah, aku jalan dulu ya."

"Ok take care. I'll call you soon. Bilang Ferdi pelan-pelan aja bawa motornya."

"Yupz... Bye."

Until You Say It FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang