Kerja yang Tak Dihargai

250 32 0
                                    

09.00 WIB

Semua divisi yang terkait dengan project Hotel yang ditangani Airin sudah ada di ruangan rapat, termasuk William

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua divisi yang terkait dengan project Hotel yang ditangani Airin sudah ada di ruangan rapat, termasuk William. Airin membagi-bagikan draft rancangan kerjasama pada masing-masing orang di ruangan itu dan mulai menjelaskan latar belakang client, apa yang dikehendaki oleh client hingga permintaan untuk menggunakan design dari Ferdi.

Tanpa diduga-duga, tiba-tiba William merobek lembaran-lembaran draft yang sudah dibagikan Airin menjadi beberapa bagian. "Draft sampah!!" Teriaknya tiba-tiba, memecah konsentrasi yang ada di ruang rapat.

Semua orang dalam ruangan itu sampai terkesiap kaget, tak menyangka atasan mereka yang biasanya sangat tenang dan berwibawa akan mengeluarkan kata-kata sekasar itu.

Jika ada orang yang mengenal William dari kecil hingga detik itu, orang itu akan sangat-sangat tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. William terlihat sangat tidak professional, emosional dan menunjukkan sikap kekanak-kanakan. Sangat kontras dengan sikap dewasa yang sering dia tunjukkan sebagai atasan selama ini.

Airin menulan ludahnya getir, tak percaya bahwa hasil kerja kerasnya malah berakhir dengan kata-kata kasar atasannya.

"Teman-teman... mohon maaf, bisakah kalian meninggalkan kami. Ada yang harus saya bahas dengan Pak William." Pinta Airin dengan suara yang bergetar hebat karena merasa sangat marah. Dia meminta maaf kepada rekan-rekan kerjanya yang menghadiri rapat. Akhirnya peserta rapat itu pun membubarkan diri, meninggalkan Airin dan William berdua disana.

Airin berjalan mendekat ke tempat William duduk di ujung meja rapat. Dia tau bahwa William marah kepadanya. Namun apapun alasannya tak menjadikan William berhak untuk menginjak-injak buah pemikirannya.

"Dari awal aku mengenalmu, aku tau kamu punya masalah dengan tutur katamu. Tapi aku ngga nyangka, kamu bisa sekasar ini." Airin berkata dengan suara yang masih bergetar, hampir menangis. "Saya tidak meminta banyak dari anda Pak William. Setidaknya hargai hasil kerja saya. Saya mengerjakan project ini sampai begadang berhari-hari."

"Pantas muka kamu pucat terus tiap pagi, begadang berhari-hari di kost pacar kamu ya?" cibir William dengan sangat sinis.

Airin semakin meradang.

"Apa sebenernya mau kamu William? Kenapa kamu bersikap seperti ini?"

"Kamu yang bersikap acuh kepadaku duluan. Apakah buatmu itu menyenangkan mempermainkan orang lain? Setelah berciuman denganku, kamu bahkan bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa di antara kita."

Airin tersenyum sinis, "Hhh.... Kamu bersikap seolah kamu korban."

"Lalu jelaskan apa arti sikapmu selama ini!" Pinta William dengan nada yang sudah naik satu oktaf.

"Tak ada yang perlu dijelaskan. Bukankah jelas? Di antara kita memang tidak ada apa-apa. Di antara kita hanya hubungan antara atasan dan bawahan yang terlalu sering bekerja bersama dan yang terjadi hari itu karena kita terbawa suasana."

Until You Say It FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang