Seseorang Telah Berubah

299 38 0
                                    

Tok tok tok....

Tok tok tok....

Terdengar suara ketukan pintu beberapa kali.

Dengan enggan, Airin beranjak dari tempat tidurnya. Sepagi ini sudah ada orang datang ke kostnya. Kepalanya masih berat dan tubuhnya masih terasa sempoyongan jika harus berjalan.

Saat pintu terbuka, Airin melihat William di depan kamarnya dengan sebungkus makanan dan minuman di tangannya. Yang menarik perhatian Airin bukanlah yang dibawa William, namun penampilan laki-laki yang saat ini berdiri di depannya. Celana pendek, kaos oblong, memakai sandal rumah, rambut yang berantakan dan mata yang terlihat sayu. Walaupun penampilan berantakan itu tidak mengurangi pesona William, tapi tetap saja Airin terheran-heran. Pria di depannya ini tidak pernah terlihat lebih kacau dari ini.

"Kamu ngga mandi ya datang ke sini?" Tak tahan dengan hal itu, Airin yang mati-matian menahan tawanya, mengusili bossnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu ngga mandi ya datang ke sini?" Tak tahan dengan hal itu, Airin yang mati-matian menahan tawanya, mengusili bossnya.

"Emang ada aturan kalo mau kesini harus mandi?" William tersipu, tapi dia berusaha menutupinya.

Airin mempersilakan William masuk ke kamarnya. Bisa jadi, pria ini adalah pria pertama yang memasuki kamarnya setelah kemarin dia mengantarnya sampai di tempat tidur sepulang dari rumah sakit. Sebelumnya, Airin tak pernah mengijinkan pria manapun untuk masuk, palingan hanya sebatas sampai di depan pintu kamar. Jika dipikirkan kembali, Airin sendiri tak paham apa yang membuatnya mengijinkan William bisa mengakses ruang pribadinya, padahal mereka juga bukan teman dekat.

"Nih bubur ayam, makan gih terus minum obat."

William menyodorkan bungkusan yang dibawanya kepada Airin. Airin menerima nya dengan tersenyum.

"Koq cuma satu. Kamu ngga mau makan?"

William menggeleng.

Di kamar kostnya tak ada bangku, jadi Airin hanya bisa mempersilakan William duduk di lantai. Kamar kost itu hanya berukuran 3x3, jadi Airin tak bisa menaruh terlalu banyak barang disana. Hanya ada sebuah single bed tanpa dipan, sebuah lemari pakaian, rak buku dan meja kecil pendek tempat Airin biasa menaruh laptopnya.

"Kamu makan aja, aku ngga biasa sarapan."

Airin melirik jam dindingnya. Jam enam pagi lewat sepuluh menit. Masih terlalu pagi untuk sarapan sebenarnya, tapi karena sudah dibawakan bubur ayam oleh William, Airin tak kuasa menolak dan duduk di sebelahnya untuk menyantap makanan itu.

"Mobilnya gimana?" Tanya Airin setelah menyelesaikan beberapa suapan.

"Masih sempet mikirin mobil, pikirin kepala kamu tuh udah biru-biru kaya gitu. Kamu yakin ngga gegar otak?"

Mulai lagi.

William memang suka sekali menyulut kemarahan Airin. Refleks tangan Airin memukul bahu William.

"Kamu yang gegar otak. Kalo bukan karena mulut bawel kamu itu, kemarin ngga akan ada apa-apa."

"Emang kamunya yang payah, nyalahin orang. Kursus apaan baru gitu aja udah paniknya minta ampun."

Until You Say It FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang