Kenapa Dia Ada Dimana-mana

294 37 0
                                    

Airin menyapukan lipstick warna soft peach ke bibirnya sebagai sentuhan akhir make up nya.

Gadis ini sebenarnya mempunyai paras yang tidak bisa dibilang biasa. Seandainya orang lebih teliti melihat, pasti akan bisa melihat bahwa dia ada gadis yang cantik dengan mata bulat dan indah, wajah oval tirus, kulit kuning langsat dan rambut yang lebat.

Permasalahannya hanyalah, dia tak pernah punya cukup waktu dan uang untuk menonjolkan kecantikannya dengan riasan bagus ataupun setelan baju mahal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Permasalahannya hanyalah, dia tak pernah punya cukup waktu dan uang untuk menonjolkan kecantikannya dengan riasan bagus ataupun setelan baju mahal. Sehari-harinya dia hanya mengikat ke belakang rambutnya yang sebahu panjangnya, dengan poni yang menutupi keningnya. Asalkan itu menghemat waktu dan biaya, dia akan menerapkan hal itu sebagai style-nya. Baginya, waktu adalah uang. Dan dia tidak mau menyia-nyiakan waktunya untuk berlama-lama di depan cermin hanya untuk merias dirinya.

Hari ini Silvy, sahabat Airin, mengajaknya hang out dan nonton. Sudah hampir 2 bulan mereka tidak bertemu karena Airin sibuk sekali dengan pekerjaan barunya. Silvy adalah teman kuliah Airin di jurusan yang sama waktu belajar di universitas. Walaupun Silvy adalah anak orang kaya namun dia sangat senang berteman dengan Airin yang memiliki latar belakang yang jauh berbeda dengannya. Baginya, Airin itu teman yang sangat supportive dan jujur. Pengertian mungkin bukan kata yang tepat karena satu-satunya orang yang berani memaki dan marah-marah padanya hanyalah Airin.  Dan Airin juga tidak pernah memanfaatkan kekayaan Silvy untuk kepentingan pribadinya. Di saat lulus kuliah, Silvy pernah menawari Airin untuk bekerja di perusahaan ayahnya, namun Airin menolak karena tidak ingin menggunakan koneksi orang dalam untuk mendapatkan pekerjaan. Dia lebih memilih melamar pekerjaan kesana kemari tapi dengan usahanya sendiri.

"Rin, kemarin aku liat ada kaos Gucci lucu waktu di Singapore, aku beli dua. Ada warna putih sama merah. Kamu mau yang warna apa?" Silvy sebenarnya tau dengan jawaban yang akan diberikan Airin, namun dia tetap saja bertanya.

"Kasih aja ke kucing kamu, kan lucu."

See... seperti perkiraan Silvy. Sahabat nya ini memang tidak bisa dimanjakan dengan barang mahal seperti manusia kebanyakan. Kalau ada 'Mobile Antique Museum' mungkin Silvy akan mendaftarkan Airin di urutan pertama sebagai pusaka budaya. Silvy bahkan masih ingat dengan jelas ketika Airin menjual Iphone yang dia berikan kepadanya dan mengembalikan ke Silvy dalam bentuk uang, memasukkan uangnya di amplop dan menaruh nya di tas Silvy dengan note kecil di ujung amplop 'Buat beli lipstick kamu', padahal saat itu jelas-jelas Silvy sudah mengatakan bahwa Iphone itu sudah tidak dia pakai dan ingin memberikannya ke Airin.

Bagi Silvy, Airin adalah teman yang cerdas. Airin seharusnya bisa mendapat IPK yang bagus jika saja tidak terlalu banyak kerja sambilan yang dia jalani. Tapi dia selalu menolak bantuan dari Silvy. Silvy pernah sekali membayarkan uang semesteran Airin secara diam-diam, tapi bukan terima kasih yang didapat, malahan makian dan cercaan menyakitkan yang dilontarkan Airin ke Silvy. Jadi Silvy hanya pasrah menjalani persahabatannya dengan Airin dengan hanya sebatas ngobrol di kampus, mentraktir makan atau nonton, itupun kadang-kadang, kalau terlalu seringpun Airin pasti akan menolaknya.

"Rin, kamu ngga pengen pacaran?" Tanya Silvy usil ketika antri beli tiket bioskop.

"Ngga ada waktu beib."

"Apaan sih... kaya lagu dangdut aja." Silvy bersungut-sungut. "Kenapa ngga jadian sama Ferdi aja? Keliatan banget dia care sama kamu. Ganteng lagi."

"Usil amat tu bibir ... Ferdi cuman care ke aku karena satu kampung dan satu sekolah dulu. Oh iya, pernah satu tempat kerja juga. That's it. Ngga lebih ngga kurang."

"Itu kan menurut pendapat kamu. Semua orang kecuali kamu bisa lihat kalo Ferdi itu suka sama kamu. Kamu nya aja yang terlalu cuek."

Airin mengibaskan jemari Silvy yang ada di bahunya.

"Ah males ah ngomong sama kamu, ngelantur. Kamu antri, aku mau ke toilet dulu."

Airin pun segera berlalu untuk pergi ke toilet. Dia bukannya ingin buang air kecil, tapi ingin menghindari topik yang barusan dibicarakan Silvy. Airin sadar sepenuhnya bahwa perhatian Ferdi untuknya memang lebih dari kata teman. Namun dia takut berharap lebih karena Ferdi pun tak pernah mengatakan apapun kepadanya. Airin juga belum ingin pacaran karena dia masih ingin meniti karirnya agar hidupnya bisa lebih baik. Lagipula ingatannya tentang pacaran juga tidak terlalu indah dengan cinta monyetnya waktu SMA.

Baru saja keluar dari toilet, Airin masih sibuk menepuk-nepuk telapak tangannya dengan tissue dan tak menyadari bahwa dia menabrak seseorang yang baru keluar dari toilet laki-laki.

"Eh sori sori." Kata Airin meminta maaf karena kecerobohannya. Namun saat dia mendongakkan kepalanya untuk melihat orang yang di tabraknya, mukanya mendadak menegang. Wiiliam...

"Troublemaker." William memberikan tatapan sinis saat menyadari Airin lah yang menabraknya.

"I gotta go." Airin bersiap lari saat William menarik kerah jaket Airin dengan sigap.

Apalagi William? Belum cukup kamu menganiaya aku di kantor? Kenapa juga harus ketemu kamu di hari liburku....

"Studio berapa?" Tanya William dengan masih memegangi kerah jaket Airin.

Airin memejamkan mata karena tindakan William barusan dan mencoba untuk tetap tenang. "Dua" Jawabnya pelan.

"Good, jadi kita ngga perlu ketemu."

"Siapa juga yang suka ketemu kamu."

Silvy baru selesai membayar tiket nonton dan melangkah ke toilet untuk menyusul Airin saat dia melihat seorang pria berbadan tinggi dan berwajah super tampan menarik kerah jaket sahabatnya.

"Ehhhh... ada apa ini? Koq pake acara tarik-tarikan. Lagi lomba 17 Agustus?" Silvy menatap curiga ke arah Airin. "Siapa?" Tanya Silvy dengan mengarahkan matanya ke arah William.

William melepaskan cengkraman tangannya di jaket Airin dan sudah akan beranjak menjauh saat mendengar jawaban Airin.

"Voldemort"

"Woii... kamu pikir aku raja penyihir jahat apa?"

"Worse." Sahut Airin ketus.

William menunjuk wajah Airin dengan jari telunjuknya. "Then, enjoy your Azkaban starting tomorrow."

Ditatapnya punggung William saat laki-laki itu berlalu dan Airin pun melangkah gontai.

"Silvy... cubit aku Sil... Aku masih di bumi atau udah di neraka sih?"

"Hey... seriusan makhluk Tuhan yang paling sexy barusan siapa?"

"Atasanku."

Until You Say It FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang