Be Number One

556 37 7
                                    

Sore itu, hampir 70 jam sejak Airin mengirimkan pesan untuk mengajaknya bicara tapi diabaikan oleh William.

Wiilliam baru kembali dari luar kota setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya. Merasakan penat mendera tubuh maskulinnya. Dia butuh secangkir kopi untuk mengatasi kelelahan yang kini menyerang matanya. William sangat ingin istirahat dan tidur, tapi masih jam lima lewat. Baginya tidur di jam jam seperti itu adalah penyiksaan untuk tubuhnya, karena dia pasti akan terjaga di tengah malam sampai pagi menjelang.

Masih belum memasuki apartment nya, William memutuskan untuk menunggu sebentar lagi dan singgah di sebuah coffeeshop di area tempat tinggalnya.

Menyesapi kopi hitam nya yang pahit, sepahit hatinya, terlantun sebuah lagu yang sebenarnya indah dan manis, tapi tidak untuk William.

You don't know babe

When you hold me, And kiss me slowly

It's the sweetest thing

And it don't change, If I had my way

You would know that you are

You're the coffee that I need in the morning

You're my sunshine in the rain when it's pouring

Won't you give yourself to me, Give it all ohh....

Lagu itu menggoncangkan jiwa nya yang sedang terpuruk, dia teringat dengan ciuman nya dengan Airin. Ciuman yang harusnya jadi kenangan termanis itu sekarang malah menorehkan rasa sakit di hatinya. Darahnya mendadak mendidih, tersulut oleh lirik sebuah lagu.

Setelah beberapa saat, akhirnya William menarik nafas panjang dan menenangkan dirinya.

It's enough. I don't wanna get along with this fvcking matter anymore.

Mencoba mengalihkan pikirannya, William yang sedang duduk dengan santai membuka-buka pesan dan email di Iphone nya. Ketika hampir mengunci kembali HP nya, William iseng membuka IG, men-scroll setiap postingan dari teman-temannya. Kemudian matanya terpaku pada sebuah postingan yang membuatnya tiba-tiba menegakkan badannya dan membaca dengan seksama.

Foto satu cup Gelato dengan sendok plastik di atas meja kayu, terlihat dari foto itu kalo keadaan disana redup seperti di sebuah tempat dengan cahaya lampu minim. Foto itu dilengkapi dengan sebuah caption:

'Irish Coffee Gelato, should it be bitter or sweet?'

Secepat kilat William membayar kopi nya dan berhambur ke parkiran mobil. Dengan terburu-buru dia memacu mobilnya ke sebuah tempat yang tak mungkin salah di ingatannya.

What do you want Airin? After you dumped me, now you tease me?

Sementara itu, Airin duduk sendiri dalam suasana café yang remang-remang. Hari itu malam minggu, tapi masih belum cukup malam untuk beberapa orang yang ingin menikmati indahnya akhir pekan. Café itu masih sepi. Hanya beberapa orang saja yang duduk agak jauh dari tempat Airin menyandarkan dirinya. Malam minggu yang hening untuknya. Terlalu hening hingga dia tak menyadari ada sepasang mata yang penuh kemarahan sedang mencarinya dari kejauhan.

Mata William berputar mengelilingi sudut café untuk menemukan si pemilik postingan IG. Akhirnya dia menemukannya sedang duduk sendiri di sudut bagian luar café dengan tiga cup single Gelato yang sudah kosong.

"Now you tell me, why you do these things?" William yang sekarang berdiri di depan meja Airin, menyerang Airin dengan pandangan sengit.

Airin mendongakkan kepalanya merasa mendengar suara yang tak asing di telinganya. Dia yakin itu suara William. Terdengar ada penekanan pada suaranya.

Until You Say It FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang