bab 8

67 13 1
                                    

Sekarang menjelang sehari sebelum pesta perayaan besok. Edward berencana ingin membuat debut anaknya disana. Hubungan Edward dan Peony belum terlalu dekat sekarang.

Hal ini disebabkan kata-kata Edward yang buruk dan waktunya. Peony merupakan pelajar yang cepat tanggap. Dalam sehari ia bisa mempelajari tata Krama dan pelajaran.

Edward berjalan di pinggir kolam dan melihat Peony sedang duduk disana. Edward menghampiri Peony dan menyapanya.

Peony merasa canggung didekat Edward dan panik berusaha kabur. Sebelum ia kabur, Edward menahan tangannya membuatnya terjatuh ke badan Edward.

"Kau bisa melukai dirimu tadi, jika berlari tadi," ucap Edward membersihkan pakaian anaknya

"M, maaf.. bukan begitu. Aku hanya.."

"...."

Peony menunduk takut dan tangannya gemetar. Edward sadar ia pernah memenjarakannya dan sekarang, ia ingin gadis didepannya menjadi anaknya. Edward sungguh tahu apa yang gadis itu rasakan sekarang.

Tapi, Edward tidak masalah jika gadis itu mengucilkannya ataupun yang lain asalkan ia aman. Edward melihat pergelangan kaki gadis tersebut merah karena sepatunya.

"Lepaskan," ujar Edward

Peony melepaskan sepatu tersebut dan berjalan mundur dengan kaki telanjang. Edward menghela nafas dan melihat ukuran sepatu yang kekecilan.

"Astaga, karena terlalu kecil, anakku tidak mengomel sama sekali ukuran sepatunya.. setidaknya, berbicaralah walaupun kau membenciku"

Seorang pelayan datang dan memanggil Peony datang untuk pelajaran. Peony tampak tersentak dan gugup. Kantong mata Peony dan wajahnya yang lesuh nampak jelas dari posisi Edward yang sedang berjongkok.

".. kau bekerja keras dan bertahan di kesusahan cukup lama. Untuk sekarang, aku akan.."

"?!.. UAAKH" sahut Peony

Edward menggendong Peony dan berlari kabur menjauh. Pelayan terebut kaget dan berhenti mengejar. Edward berlari menuju ke sebuah pohon tinggi dan memanjat ke sebuah dahan disana.

DEG-DEG, DEG-DEG..

Suara jantung Peony berdegup sangat kencang. Edward menenangkan Peony dan mengelus bahunya. Peony mengusap air matanya yang hampir menetes dan menutup wajahnya. Untuk pertama kalinya, Edward merasa perlu memberitahu sesuatu pada anaknya apa yang dirasakannya.

"Tidak apa, jika kau membenciku atau apapun itu. Tapi setidaknya, janganlah memaksa dirimu seperti itu. Kau tidak perlu takut. Menangis lah jika perlu"

Peony melihat Edward yang tersenyum lemah. Tanpa sadar, ia menangis keras dalam pelukan ayahnya. Edward terkekeh geli dan menatap pemandangan indah dari pohon yang tinggi. Peony mengusap air matanya dan melihat pemandangan mansion yang indah dari atas.

"Lihat, jika kau tak menatap kebawah terus kau bisa melihat banyak pemandangan yang indah bukan?"

***

Lin Xie Yang sedang membersihkan jendela. Sekarang, ia telah banyak belajar dan belajar etika. Namun, sikapnya masih belum berubah sama sekali. Lin Xie Yang mengambil ember berisikan air dan dengan kesal menyiram jendela.

"AARGH, beraninya dia. Menyuruhku untuk dijadikan pembantu sialan!!" Seru Lin Xie Yang

Rhat melihat Lin Xie Yang yang sedang kesal dan terkekeh. Rhat menepuk bahu Lin Xie Yang dengan pelan agar dia tenang. Lin Xie Yang lalu mengomel terus sambil bekerja.

"Oh benar, mengapa kau ingin bekerja disini, Rhat?" Tanya Lin Xie Yang

"Hm? Sebenarnya.. rata-rata pelayan dan pembantu disini mempunyai hutang pada Duke sendiri. Karena tidak mempunyai uang, mereka harus bekerja dengan Duke. Sebenarnya, kota yang diurusi Duke ini sangat tertata dan rapi. Oleh karena itu, aku mengira awalnya dia orang yang ramah dan hebat ketika mendengar kabar bahwa dia bahkan membantu keluarga miskin," jelas Rhat

Lin Xie Yang setuju bahwa kota Duke Christopher sangatlah rapi. Sayangnya, sikapnya sangat jelek dan penampilannya dulu seperti buruk rupa.

"Apa mungkin.. kau dilecehkan disini?!" Tanya Lin Xie Yang terkejut

"Tidak.. Duke tidak mempunyai minat seperti itu. Tapi lebih buruk. Ia adalah maniak gila yang sangat sinting. Menyakiti orang hanya untuk bersenang-senang saja dibalik topeng itu"

Lin Xie Yang dengan ngeri memegang tubuhnya yang merinding. Lin Xie Yang mengerti, tapi ia tidak menyangka bahwa orang tersebut akan mengerikan seperti itu.

Arkeo berjalan dan melihat Lin Xie Yang yang sedang mengobrol dengan Rhat. Ia menghampiri mereka dan menegurnya. Lin Xie Yang menatap penutup mata Arkeo dan menebak bahwa si gila itu yang mencabutnya.

"Benar sekali, tuan muda yang mencabutnya," jawabnya singkat

"Hiii.. bukankah itu-"

"Tenang saja, sebenarnya aku buta sebelah mata sejak lahir. Tuan hanya mencabut mataku yang buta saja walaupun itu sangat sakit pas awal"

Arkeo menceritakan tentang penyengsaraan nya di sini bersama dengan rekan-rekannya. Lin Xie Yang dengan merinding mendengar seluruh dosa yang dilakukan Duke Christopher dan memegang erat badannya.

"Untung saja, tuan muda jarang pulang ke rumah. Paling tidak setahun 2 kali. Ia menghabiskan waktunya di medan perang bersama putra mahkota. Ia baru pulang seminggu yang lalu. Setidaknya kami baru dibantainya 2 kali saja dengan tongkat besi," jelas Arkeo

"Apa?! Tongkat besi?! Apakah kalian tidak ingin balas dendam?!" Tanya Lin Xie Yang tercengang.

"Heh, hanya orang bodoh yang melakukan itu. Jangankan balas dendam, kamj bahkan tidak bisa marah saja padanya," jawab Arkeo

Rhat sibuk membersihkan jendelanya ketika mereka berbincang-bincang. Rhat melihat pemandangan indah yang ada di luar jendela. Tiba-tiba ia tersentak dan memanggil Arkeo dan Lin Xie Yang.

"Setidaknya, dia akan berubah mulai dari sekarang," ujar Rhat sambil menunjuk ke arah Edward yang tertidur bersama Peony

"Yah.. kita sebenarnya beruntung. Duke yang sebelumnya lebih gila dan sadis. Duke Christopher yang muda ini beribu kali lebih baik"

The Reader became an antagonist and saved the Heroine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang