Usai sholat maghrib, Priti menyiapkan nasi goreng untuk menu santap malam bersama kami.
"Aku bantu ya, Pri?" ujar Jojo sambil mendekati Priti.
"Udah gak usah ... bau rokok!" bentak Priti tanpa menoleh.
Jojo kembali bergabung dengan kami di meja makan sambil mengunyah potongan kecil mentimun. Bantuannya ditolak mutlak!
Tak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka dan ditutup kembali dari arah depan, lalu terdengar langkah kaki Pungki mendekati ruang makan. Dari selisih waktu dia berjalan dan arah datang suara pintu tadi, aku bisa menduga Pungki menempati kamar tidur paling depan. Berarti Priti yang mengisi kamar tidur kedua. Analisa spasial itu melintas begitu saja tanpa diundang!
Pungki langsung duduk di sebelah Yusa, menghadap ke arah taman belakang.
Kami berempat terlibat perbincangan ringan seputar pengalaman Pungki bermukim di negeri sakura. Tak lama setelah itu, aroma nasi goreng dan suara letupan kecil telur mata sapi yang terendam dalam kuningnya margarin menyeruak sensor penciuman dan pendengaran kami.
"Udah siap, Pri?" tanya Pungki.
"Segera," jawab Priti singkat sambil membagi nasi goreng ke lima piring datar.
Yusa sigap berdiri untuk membantu membawa lima piring nasi goreng siap saji itu.
Aku menyusul, menyiapkan gelas dan air putih untuk kami berlima.
"Semua hangat, kan?" tanyaku memastikan selera minum mereka.
"Aku air dingin," ujar Priti.
"Wooowwww ...!" ujarku terkagum melihat sunny side up yang ditata Priti bersisian dengan potongan timun dan tomat, membuat nasi goreng buatannya bak sajian hotel bintang lima.
Kami berlima menikmati makan malam bersama itu dengan perbincangan yang semakin seru, tentang Yakuza!
"Ah ... kekejaman mereka belum seberapa," ujarku menanggapi cerita kekejaman mafia Jepang itu.
"Wah sembarang, belum pernah liat sih!" ujar Pungki setengah sewot.
"Emang ada yang lebih kejam dari mereka?" tanya Yusa dengan muka serius.
"Pasti mafia Sisilia kan, Ray?" ujar Jojo coba menebak isi pikiranku.
"Mafia Sisilia gak ada apa-apanya dibanding kekejaman Gerwani," jelasku ke mereka.
"Kalo Yakuza?" tanya Priti penasaran.
"Yakuza gak lebih dari miniatur kekejaman PKI," jawabku santai memancing reaksi mereka.
"Maksudnya?" tanya Pungki terpancing dengan jawabanku.
"Yakuza cuma potong kelingking, kan?" ujarku sambil menusuk potongan timun terakhir dengan garpu.
"PKI motong apa?" tanya Yusa yang sedari tadi terlalu serius menyelesaikan santap malamnya.
"Kelamin, menusuk bola mata, dan ..." ujarku terputus.
"Stooooppppppp ... lagi makan ini, Ray!" hardik Priti.
"Lho tadi nanya, kan?" ujarku membela diri.
"Iya sih ... tapi gak usah dirinci gitu!" ujar Priti sewot.
"Makanya jaga negeri ini ... jangan sampe dikudeta lagi oleh anjing komunis," jawabku santai.
"Anjing banget mereka," ujar Yusa tiba-tiba.
"Yakuza, Yus?" tanya Jojo.
"PKI, Joooooo!" balas Yusa kesal.
Pungki tergelak tawa melihat Jojo yang terdiam dibentak dengan cara itu oleh Yusa ... hahaha!
Malam itu tak sebutir pun nasi tersisa di piringku.
"Terima kasih Priti ... santap malam ini nikmat tiada duanya," ujarku memuji cita rasa masakan Priti.
"Beneran enak, Ray?" tanya Priti mencari keyakinan di mataku.
"Liat piringku ... cukup diseka dengan tisu ... licin semulus lantai dansa," balasku meyakinkan pujian tulus tadi.
"Iya nikmat sekali makan malamnya," ujar Jojo.
"Alhamdulillah ... kenyannnggg!" ujar Yusa sambil merentangkan kedua tangannya ke udara.
Setelah membereskan meja makan dan membantu mencuci peralatan masak dan makan, kami bertiga berkumpul lagi di meja makan.
Pungki dan Priti pamit tidur duluan, mereka sudah harus ngantor pukul enam pagi. Disiplin ala Dai Nippon ...!
Aku, Yusa, dan Jojo akhirnya melanjutkan obrolan di kamar tidur.
Lampu ruang makan kami matikan untuk menghemat listrik, namun cahaya dari kamar tidur yang pintunya tak kami tutup cukup menerangi sebagian dari ruang makan itu.
Kami bertiga bolak-balik bergiliran mengambil air putih, sambil mengosongkan asbak yang semakin sering disesaki puntung rokok menjelang tengah malam itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/231242546-288-k526470.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TARIAN BERDARAH
ParanormalRayya menyaksikan sepasang kekasih dari ras Kaukasoid sedang menari di ruang makan rumah sepupu sahabatnya. Mereka berputar searah dan terkadang setengah melayang. Mata mereka selalu menatap ke arah Rayya tanpa berkedip di tengah gerak tari mereka.