Dua Lirikan

93 11 0
                                    

Jojo dan Yusa belum juga berhasil dibangunkan oleh Rayya.

Akhirnya Rayya memutuskan untuk menghampiri mereka. Rayya berdiri dan berjalan menjauh dari pintu kamar tidur.

"Jo ... Jojo ... banguuunnnn, Jooo!" ujar Rayya sambil mengguncang kaki Jojo.

Jojo nampak mulai menggeliat tapi tetap terpejam.

"Yus .. Yus ... bangun woiii!" ujar Rayya kali ini sambil mendorong bahu belakang Yusa.

"Gila ini anak ... masih nokturnal juga!" bentak Jojo sambil mencoba duduk di atas kasur.

"Woooiii brisik amat ... masih ngantuk nih!" ujar Yusa merasa terganggu.

"Insomnia parah ini anak!" gerutu Jojo sambil mengucek kedua matanya.

"E-ehhh ... ada hantu di ruang makan ... mulai gak lucu nih kelakukannya!" ujar Rayya pada dua sahabatnya.

"Temenin dong, Woii!" teriak Rayya.

Saklar tidur di ventrolateral preoptic kedua sahabatnya nampak mulai terganggu.

"Hantu apaan sih, Ray?" tanya Yusa sambil memiringkan posisi badannya.

"Dia cuma gak bisa tidur ... nyari temen begadang aja," potong Jojo.

Rayya lalu menceritakan semua pengalaman paranormalnya barusan, dan kedua sahabatnya setengah tak percaya mengikuti semua penuturannya.

"Ah masak sih ... serem amat!" ujar Jojo mulai menyadari ada keseriusan dalam cerita yang disampaikan Rayya.

"Sekarang mereka masih di situ?" tanya Yusa.

"Masiiiihhh ...!" ujar Rayya sambil meminta Jojo dan Yusa menahan suara mereka.

"Kalian sama sekali gak mendengar suara musik dari luar?" bisik Rayya.

Kedua sahabatnya itu menggeleng pelan sambil mencoba menajamkan pendengaran mereka. Tapi tetap tak ada getar suara apapun yang mampu mereka dengar, kecuali tarikan nafas mereka sendiri.

"Aku boleh duduk di antara kalian?" tanya Rayya.

Yusa dan Jojo menganggap teror mahluk astral kepada sahabat mereka mulai serius. Rayya tak pernah setakut ini sebelumnya.

"Takut, Ray?" tanya Yusa.

"Takut gak kuat ... mereka kan berdua, Yus!" tegas Rayya sambil menyelipkan badannya di tengah Yusa dan Jojo.

Kini mereka bertiga duduk bersandar ke dinding kamar. Jarak mereka tak terlalu dekat juga tak terlalu jauh, tapi mampu membuat Rayya lebih tenang dibanding kondisi sebelumnya.

"Apa yang mereka lakukan sekarang?" tanya Yusa.

"Ceritakan semua detilnya kepada kami," ujar Jojo mencoba mengurangi rasa takut sahabatnya itu.

Rayya kemudian menceritakan semua yang ia lihat dari posisi mereka duduk. Rayya seperti sedang menyampaikan liputan yang sedang disiarkan langsung oleh sebuah stasiun radio.

"Sepasang kekasih itu masih berdansa di ruang makan," jelas Rayya.

"Gerakan mereka masih seperti yang kuceritakan tadi ... berdansa memutar ke segala arah ... kadang setengah berlari dan melompat," tambah Ray lagi.

"Nah ... kini tarian mereka hanya berputar pelan dan dalam posisi berdekap erat mengikuti irama musik yang temponya melambat," urai Rayya kepada kedua sahabatnya.

Tanpa disadari posisi duduk Jojo dan Yusa semakin mendekat ke arah Rayya. Entah karena mereka ingin mendengar lebih jelas, atau perasaan takut itu mulai menular layaknya transmisi patogen airborne.

"Sekarang gerak memutar mereka semakin radikal ... setengah melompat dan melayang-layang di ketinggian sambil bersidekap berdansa!" ujar Rayya menyebar rasa takut.

"Sial ...!" pekik Rayya mengejutkan kedua sahabatnya.

"Kenapa, Ray?" tanya Jojo dan Yusa.

"Mereka mulai melempar pandang lagi ke arahku," jelas Ray.

"Kalian bener-bener bisa saling tatap, Ray?" ujar Yusa penasaran.

"Iya dan sekarang mereka mulai melirik tajam ke arahku setiap kali berputar ke dekat kamar ini," jawab Ray.

Jojo tiba-tiba menarik kedua kakinya dan mulai duduk bersila, semakin mendekat ke Rayya.

"T-terus ... terus ... apalagi yang mereka lakukan, Ray?" tanya Jojo terdengar gugup.

"Mereka kini mulai tersenyum sambil melirik ke arahku," tambah Ray sambil menghela nafas.

"Gak lucu!" pekik Yusa mulai merasa terintimidasi.

"Ya makin gak lucu, Yus!" ujar Ray.

"Untung aku gak sendirian seperti tadi," tambah Ray.

"T-tenang ... Ray ada kami," bisik Jojo masih terdengar gugup.

"Jooo ... Yussss ... senyuman mereka semakin menakutkan!" teriak Ray sambil menekan tubuhnya ke arah dinding kamar.

"Kenapa Ray?!" balas Yusa menahan rasa terkejut.

"Bibir si pria mengeluarkan tetesan darah setiap tersenyum ke arahku!" jelas Rayya semakin tegang.

"T-tenang Ray ... kita kan bertiga," ujar Jojo sekenanya.

"Nah ... sekarang pasangan wanitanya melakukan hal yang sama ... melirik ... tersenyum ... dan mengeluarkan darah di sudut senyumannya!" ujar Ray menghadapi serangan kejutan lain malam itu.

"Ayo Jo kita nyalakan lampu ruang makan," ajak Yusa.

"Nanti aja ... kasihan Rayya ditinggal sendirian," ujar Jojo sambil menyembunyikan rasa takutnya.

"Annnjrrrriiiittttt ....!" pekik Rayya tiba-tiba sambil menutup mukanya dengan bantal yang sejak tadi berada di pangkuannya.

TARIAN BERDARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang