New Normal

91 9 2
                                        

Menjelang maghrib hari itu ..

"Sudah aman Kang Pungki," ujar Pak Umang.

"Udah normal lagi, Pak?" tanya Pungki.

"Jangan sampe bikin ekuilibrium baru ya, Pak!" tegas Rayya mengingatkan Pak Umang.

"Gak kok ... saya cuma usir mereka berdua ... saya gak ganggu yang lain," ujar Pak Umang.

"Lho emangnya masih ada yang lain di rumah ini, Pak?" tanya Pungki dan Yusa nyaris bersamaan.

"Saya kan mana bisa mengatur habitat atau membuat jin jadi steril secara biologis ... mereka berkembang biak layaknya mahluk hidup lainnya," ujar Pak Umang.

"Pasang tabir cahaya aja Pak," ujar Yusa mengusulkan gagasannya.

"Ya diproteksi aja Pak ... supaya aman dari semua gangguan," tawar Pungki.

"Kalian banyak mengaji aja ... rumah kalian pasti bercahaya ... bener kan, Pak" ujar Rayya.

"Nah itu benar sekali," ujar Pak Umang.

Setelah maghrib dan makan malam, Pak Umang mereka antar sampai terminal Kalideres. Di sana mereka berpisah.

"Terima kasih Pak Umang," ujar Rayya.

"Maaf ya kalo ada yang kurang nyaman," ujar Pungki.

"Hati-hati di jalan Pak!" ujar Yusa berbasa basi di ujung pertemuan itu.

"Ayo buruan balik ... beresin rumah ... sebelum Priti pulang," ajak Pungki.

Setibanya di depan rumah Pungki ...

"Wah ... ada cahaya keperakan yang mengelilingi rumahmu, Pung!" ujar Rayya.

"Lho ... Pungki kan belum sempet ngaji?" ujar Rayya dengan mimik dungu.

"Transfer energi gratis!" ujar Rayya sekenanya sambil melangkah masuk ke rumah.

"Assiiikkk rumahku aman," ujar Pungki.

"Ray, jangan cerita apa-apa lagi mulai sekarang!" ujar Pungki.

"Pung, jangan nanya apa-apa lagi mulai sekarang!" balas Rayya.

"New normal!" ujar Yusa.

Malam itu mereka tertawa bersama dengan beragam pemahaman baru.

TARIAN BERDARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang