Bab 13 : Kebenaran di Balik Tipu Muslihat

109 12 0
                                    

"Musuh memiliki markas besar??"

Seakan tak percaya, Rei memastikannya dengan gusar. Para tawanan mengangguk dan melanjutkan,

"Total mereka semua puluhan... Tidak, bahkan ratusan. Semuanya berkumpul di markas besar di bawah sana."

"Apa kalian melihat keberadaan anak ibu ini?"

Pemuda itu menggeleng, "Sayangnya tidak. Namun, kami menemukan sasuatu yang mungkin bisa dijadikan petunjuk. "

"Ini.. " lestia bergumam terkejut.

Rei kebingungan ketika melihat benda yang ditunjukkan pemuda itu. Di sisi lain, seakan telah mengetahuinya Lestia menatap tak percaya.

Tampak sebuah batu berwarna hijau, batu itu berpendar dan mengeluarkan hawa sihir. Permukaannya halus bagai kaca, dan kejernihannya setara dengan air. Sayangnya, alih-alih sempurna batu tersebut tak utuh, tampak seperti sebuah pecahan dari batu lain yang  lebih besar.

"Batu pengendali pikiran." Lestia mengucap dingin, membuat Rei menoleh.

"B-batu pikiran? Apa yang..? "

"Batu pengendali pikiran adalah salah satu dari benda terlarang di Astaria, " Tutur Marco selagi menjelaskan kebingungan Rei. "Dulu batu ini digunakan oleh seorang bernama Kelram sang penguasa, dia melakukan perbuatab jahat yang menyebabkan kekacauan dan kesalahpahaman para ras."

"Seperti namanya, batu itu memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pikiran para ras beast, penggunanya mampu memerintahkan apapun dan membuat mereka layaknya boneka. Itu adalah kejahatan terbesar selama perang demihuman berlangsung."

Rei mengangguk terhadap penjelasan Lestia. Dirinya tak terlalu paham bagaimana sejarah dunia ini dan masa lalunya, namun mengendalikan pikiran seseorang nampaknya sesuatu yang tak boleh dianggap sepele.

Seakan menarik sebuah kesimpulan, mata Rei terbuka lebar. 

jadi begitu rupanya'

Para Orc, blackhawk, serta tingkah laku mereka. Rei yakin sembilan puluh persen bahwa dugaannya tepat. Sosok yang bernama Blackhawk itu, mengendalikkan para Orc dari balik layar. Kini semuanya terhubung.

"Ugh.." Merasa mual, Rei menatap kedua rekannya, Marco dan Lestia. "jadi, maksudmu kita telah membunuh para Orc yang sebenarnya tidak sadar bahwa mereka telah dipengaruhi?"

Lestia dan Marco menunduk lesu, kelihatannya apa yang Rei ucapkan benar. Meskipun para Orc adalah makhluk yang suka berperang, tidak berarti setiap kejahatan adalah ulah mereka. Jika melihat dari tingkah laku Orc yang brutal, menjaga penjara seperti ini bukankah keahlian mereka. 

Bahkan dipaksa untuk berbuat seperti itu, Rei tidak tahu lagi kejahatan macam apa yang lebih jahat dari ini. Matanya memandang penuh amarah, Rei memegang pedang di pinggangnya.

"Apa ada cara untuk melepaskan pengaruh sihir tersebut?"

"Untuk menghapus efeknya adalah dengan menggunakan mantra penghilang kutukan, karenanya sihir batu tersebut bersifat layaknya kutukan. Namun saat ini, aku ragu apa ada yang bisa menggunakan sihir tersebut selain para Druid."

Marco sang penyihir desa terlihat menyesal saat mengatakkannya. Namun, dia belum berhenti. "Cara satu-satunya adalah dengan menghancurkan sendiri batu tersebut, namun batu tersebut memiliki semacam segel pelindung yang membuatnya tak dapat dihancurkan. Itulah yang membuat Kelram sang penguasa sulit dikalahkan."

"Maksud nya?" Tanya Rei keheranan.

"Cara kerja batu tersebut adalah dengan menjalin sebuah kontrak. Apabila kekuatan sang batu mengakui pemiliknya, maka ketika kontrak dilakukan sang pemilik serta batu tersebut menjadi tak terkalahkan. Selain pemilik yang memiliki wewenang pengendali pikiran, batu tersebut juga diberkahi dengan sihir pelindung pemilik agar tak hancur. Kekuatannya bergantung pada pengontrak batu tersebut."

Re : Swordsman (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang