Bab 7 : Persiapan

1.2K 110 2
                                    

"Ini dimulai dua hari yang lalu, ketika segerombolan preman bersenjata berkunjung ke desa kami. Mereka menyebut diri mereka Blackhawk."

"Blackhawk!?"

Keterkejutan Lestia menandakan ia tahu sesuatu.

"Mereka adalah tikus-tikus kecil yang telah menjadi musuh kerajaan selama bertahun-tahun. Tak kusangka mereka sudah mulai bergerak lagi."

Rei juga cukup terkejut, sebab bukan hanya Lestia yang mengetahui tentang mereka.

Rei teringat tato berbentuk gagak hitam pada ketiga preman yang dikalahkannya waktu itu, pertemuan pertamanya dengan tuan putri.

(Jika mereka anggota Blackhawk, maka...)

Rei menggeram dalam hati karena kesal. Preman-preman itu hampir saja membuat putri kerajaan kehilangan nyawanya. Apabila itu terjadi, maka mereka tak akan bisa diampuni.

"Apa ada korban jiwa?"

Kepala desa menggeleng perlahan, "Beruntung mereka tidak berniat untuk melukai kami. Tapi...mereka menjarah hampir seluruh harta kami dan menculik ternak-ternak kami."

"Sungguh perbuatan yang biadab!"

Rei tersulut emosi dan memukul kakinya sendiri. Melihat ini, Lestia berusaha menenangkannya dan untungnya itu berhasil.

Baru pertama kali ini Rei merasa bahwa mereka sangat jahat, para preman itu. Sekarang Rei ingin sekali menghabisi mereka semua yang sudah merebut kedamaian dari desa ini.

"Dimana mereka sekarang?"

"Aku tak tahu pasti, namun mereka nampaknya membuat markas di dekat kaki gunung. Jumlah mereka...yang bisa kutebak adalah ratusan semenjak terakhir kali datang ke sini."

Rei mengelus dagunya, memikirkan kemungkinan terburuk.

Apa jadinya jika mereka harus melawan ratusan preman bersenjata, ini bukanlah quest yang mudah.

Setelah keheningan yang berlangsung selama sepersekian detik, Rei tiba-tiba menatap serius pak kepala desa.

"Aku minta kalian mengerahkan seluruh petarung terbaik kalian, dan juga senjata serta peralatan perang yang paling bagus kualitasnya."

"Tunggu, apa maksudm---"

"Kita akan bertempur melawan mereka."

Lestia yang berada di sampingnya, bahkan sama terkejutnya dengan pak kepala desa. Bagaimana tidak, Rei tiba-tiba mengambil keputusan yang berat seakan tanpa pikir panjang.

Sebenarnya Rei cukup percaya diri dengan kekuatannya, jadi ia tak terlalu khawatir menghadapi para preman-preman ini.

Tapi soal Lestia, ia tak tahu seberapa besar kekuatan yang dimilikinya. Apakah ia sekuat Rei atau tidak? Ia tidak bisa memutuskan sebelum melihatnya bertarung.

Belum lagi kekuatan tempur para penduduk desa, ia tidak begitu yakin mereka akan mengungguli pertarungan ini.

Namun, Rei memutuskan untuk percaya pada desa, dan percaya pada partnernya.

Yang terpenting sekarang adalah merencanakan dan mempersiapkan segalanya dengan matang agar tak terjadi kesalahan yang fatal.

"Apa kau setuju, pak kepala desa? Untuk menyerahkan orang-orangmu dan pergi ke markas Blackhawk?"

Lestia akhirnya memutuskan untuk menyela, "Rei, maaf, tapi aku tak akan membiarkanmu mengambil keputusan seenaknya."

"Apa kau tak setuju??"

"Kau tidak tahu seberapa berbahayanya orang-orang ini, terutama pemimpin mereka yang dijuluki sang mata iblis, Lescount."

"Apa aku peduli?"

Re : Swordsman (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang