Bab 19 : Akhir pertempuran di Gua

49 0 0
                                    

"Kau bercanda."

Lestia, Caine, bahkan jendral Catherine. Ketiganya berbaris di hadapan Rei dan pasukan kerajaan, dengan kesadaran yang telah dikendalikan, mereka terlihat seperti mayat hidup.

Cahaya aneh berwarna hijau terpancar dari mata mereka, sesuatu yang Rei kira adalah tanda bahwa mereka telah sepenuhnya berada dalam kemampuan Lescount.

"Wind magic : Wind Blade!"

Sebuah bilah angin terbang dari belakang, menyayat siku samping Rei. Itu adalah serangan yang tidak disengaja, namun penuh kebencian, mengarah langsung pada pria berbaju hitam dibelakang.

Namun, Catherine segera menepis serangan angin tersebut dengan rapier seperti itu bukan apa-apa, membuat angin itu meredam tak berdaya. Seorang jendral pasukan yang sangat kuat, berada di pihak lawan dan melindunginya.

"Sial!"

Vorn, yang baru saja menggunakan jurus angin tersebut memaki keras. Bagaimana tidak, jednral yang ia hormati dimainkan seenaknya oleh musuh, Rei juga kesal karena Lestia memiliki tatapan yang sama dengannya.

"Lestia, kendalikkan dirimu!"

Rei mencoba memanggilnya, namun tak ada respon yang terlihat bagaikan kalimat itu sama sekali tak masuk dalam kesadarannya. Kelihatannya pengaruh Orthstone milik Lescount begitu kuat untuk dapat mempengaruhi bahkan orang terkuat di kerajaan.

"Tuan Vorn, apa yang harus kami lakukan?"

"Ukh, mau tak mau kita harus melawan Catherine. Si pengecut sialan itu bersembunyi di belakang, aku tak bisa mengenainya."

Rei merasa bahwa ia juga tak memiliki pilihan lain selain bertarung melawan Lestia. Namun, Caine juga ada di sana. Jika ia harus melawan keduanya sekaligus, ia tak akan tahu apakah dia akan menang.

Lawan tak mau menunggu, Lestia maju dan menyodorkan pedangnya pada Rei. Besi bertemu besi, kekuatan serangan Lestia jauh melebihi perkiraan Rei. Kemudian, disusul tiga sabetan dari kiri, kanan, dan atas, membuat Rei terhuyung ke belakang.

Permainan pedang yang begitu mulus, namun juga menakutkan. Jika saja Rei menahan diri, mungkin detik selanjutnya ia akan kehilangan salah satu anggota tubuhnya.

"Ukh!"

Sebuah cakar mengayun di udara tepat di belakang Rei. Merasakan hawa membunuh yang dahsyat tersebut, Rei menunduk dan melihat sebuah kuku tajam mengerikan tepat di atas kepalanya. 

Bukan hanya Lestia, namun juga Caine. Mereka semua berniat menyerang Rei.

"Akhh..!!"

"M-mundur!"

Di sisi lain, Catherine mulai menyerang pasukannya sendiri tanpa ada rasa bersalah. Ia menebas pedang layaknya mereka semua adalah lawannya, permainan pedang miliknya sanggup menandingi bahkan satu pasukan sendirian.

"Urgh! Nyonya Catherine, sadarkan dirimu!"

Beberapa prajurit berusaha sekeras mungkin untuk menyadarkannya, namun tak ada yang dapat mereka lakukan, selain bertarung dan berusaha untuk bertahan hidup dan bahkan melukai Catherine jika perlu.

Rei tidak bisa ikut membantu karena dirinya sendiri kerepotan bertarung melawan Lestia serta Caine. Rei tahu bahwa mereka kuat, dan jika ia tidak waspada ia bisa saja dikalahkan dengan mudah. Namun ia juga tidak ingin melukai mereka.

Situasi sangat sulit dan membuat Rei hampir menyerah.

"Arggh!!"

Disaat Rei lengah, pedang tajam Lestia menyayat pundaknya dan membuat kain baju Rei robek, memperlihatkan luka yang cukup dalam. Ditambah sihir es Lestia, luka tersebut menjadi sukar sembuh dan terasa lebih menyakitkan.

Re : Swordsman (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang