Music today : 21 Century Girls by BTS
.
.
.
.
.
Matahari naik semakin tinggi dan semakin menyengat. Cahayanya yang terik membuat mata semua orang memicing. Tapi tidak dengan beberapa siswa SMA Phoenix yang sekarang tengah sibuk berlarian mengejar bola di tengah lapangan. Demi sebuah bola yang hanya sebesar kepala orang dewasa, mereka tidak memperdulikan keberadaan sang matahari yang bersinar begitu terang.
"Kurang kerjaan banget ya mereka, rela menjadi gosong hanya demi sebuah bola. Miris.""Haa? Kakak ngomong sama siapa?" teriak seorang gadis yang berdiri tidak jauh darinya.
Sontak lelaki itu mengalihkan pandangannya kepada sang gadis, kemudian mengedikkan bahu dan kembali fokus pada lapangan. Aneh saja. Ia berbicara demikian, padahal dia sedang berdiri sendiri tanpa ada orang di sampingnya.
"Lo mau gak, gue ajak ngomong?" tanya pria itu kepada sang gadis. Hening. Tidak ada jawaban dari adik kelasnya. Ketika pria itu menoleh, gadis berambut sebahu dengan bandana merah sudah pergi dari tempatnya. Membuat si pria berdecak kesal.
"Gara!!"
Merasa ada yang meneriaki namanya, pria yang sedari tadi fokus menatap lapangan pun menoleh kepada sumber suara. Irish Gara jatuh pada gadis dengan rambut dikuncir satu yang tengah berlari kearahnya. Dengan sigap Gara mengubah posisinya yang semula bertopang dagu ke arah lapangan, kini ia merentangkan kedua tangannya lebar ke arah Naomi-gadis yang tengah berlari ke arahnya. Dengan sigap, Naomi menghentikan laju kakinya dan berhenti tepat di depan Gara.
"Lo mau ngapain?" ujar Naomi terheran karena Gara yang merentangkan tangan.
"Siap-siap buat merengkuh tubuh kecil lo," jawab Gara santai.
"Ha?"
"Iya, biar kaya di film Hollywood itu. Kalo ceweknya lari, finishnya dipelukan yang cowok."
Tidak ada jawaban. Naomi hanya mengernyitkan dahi. Bingung dengan apa yang diucapkan Gara.
"Ayolah. Tanggung nih tinggal tiga puluh senti lagi. Pegel tangan gue," timpal Gara, lagi.
"Ogah!" ketus Naomi. Sedetik kemudian Gara menurunkan kedua tangannya dengan ekspresi kecewa yang dibuat-buat.
"Lo kayanya harus ke psikiater deh, Nao."
"Lo kira gue gila?!" pekik Naomi diikuti dengan temparan dilengan kanan Gara.
"Ya masa lo dipeluk cowok ganteng kaya gue nggak mau? Gue takutnya kejiwaan lo terganggu." Sebuah tamparan mendarat manis dipipi kanan Gara. Tidak apa-apa, Gara sehat, Gara kuat.
"Nggak apa-apa, Nao. Terusin kalo itu bikin lo tegar. Pukulan lo nggak seberapa dibanding hati gue yang begitu sakit ketika lo tinggal pas lagi sayang-sayangnya," ucap Gara begitu hyperbola.
"Udah, ah. Gue males kalo lama-lama ngomong sama lo." Naomi berhenti sejenak untuk bernafas. "Lo tadi dipanggil Bu Tutik. Buruan kesana," ucap Naomi menjelaskan tujuannya menemui seorang Gara.
"Udah?" Naomi mengangguk, "Yaelah, rugi banget sih, lo. Ketemu orang ganteng cuma mau ngomong itu."
"BODOAMAT!!" Naomi kemudian melenggang pergi dari Gara. Jangan lupakan cara jalan Naomi yang menghentak-hentak lantai. Membuat Gara terpingkal-pingkal memperhatikan itu.
Setelah menetralkan kembali dirinya, Gara lalu beranjak menuruni tangga. Sebenarnya, kelas Gara ada dilantai satu, lantai dua untuk kelas XI dan lantai tiga untuk kelas X. Tapi Gara masih suka nongkrong di depan kelasnya dulu, tidak peduli dengan keberadaan adik kelas disekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY • Liskook ✔
Teen FictionSemua tidak akan terjadi jika Sagara tidak memulai. Talitha yang hidup dengan tenang, kini diusik oleh hadirnya seorang Sagara. Sagara yang selalu bertingkah demi mencuri perhatian seorang Talitha. Lama kelamaan, Gara mengetahui sedikit demi sedikit...