Music Today : So What by BTS
.
.
.
.
.
Setiap hari minggu Talitha mengajak kucingnya bersepeda ke taman yang terpaut tiga kilo meter dari apartemennya. Namun, hari ini ia bangun sedikit kesiangan sehingga matahari mulai terasa panas. Salahkan Ivy yang memulangkannya larut malam, membuat Talitha yang biasanya bangun pukul enam menjadi bangun pukul tujuh lebih sepuluh menit.Taman sudah sangat ramai. Talitha melipir sedikit jauh dari kerumunan. Duduk di sekitar kolam ikan yang diayomi oleh sebuah pohon besar. Membiarkan Tito-kucingnya berlarian bebas kesana-kemari. Tidak perlu khawatir, Tito itu galak jika bertemu dengan orang asing, dan apabila ketakutan pasti ia segera lari ke arah Talitha.
"Apa kabar?" gumam Talitha lirih. Menatap ikan-ikan kecil ini membuat ingatannya terputar secara otomatis.
"Emang kayanya gue cuma cocok pelihara ikan deh, Sya," ujar pria itu dengan pipi yang menggembung.
Ia nampak sedih ketika kucing ke lima yang ia beli mati lagi kemarin malam. Entah karena apa, ketika ia hendak mengambil minum, kucing itu sudah tergeletak kaku dikandangnya. Talitha juga heran, setiap lelaki yang kini tengah sibuk memberi makan ikan koi ini membeli kucing, pasti mati. Talitha tidak tega ketika lagi dan lagi ia diberi kabar bahwa kucing miliknya meninggal.
"Iya. Beli aja ikan yang banyak, sekalian diternakin. Sayang, kolam segede ini cuma Kokoy dan Kikiy yang nempatin." Talitha tergelak di akhir kalimatnya, diikuti dengan sang lelaki yang mencubit gemas pipi Talitha.
"Senyum terus ya, Sya."
Tes.
"Gimana gue bisa senyum kalau-" Talitha menghentikan kalimatnya. Cukup, ia tidak ingin menangis di depan umum lagi. Mengingat dia memang selalu berhasil membuat Talitha hilang kendali. Sesegera mungkin Talitha mengusap beberapa tetes air mata yang jatuh dipipinya. Menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Menenangkan dirinya sendiri.
Braakk!!
Sebuah hantaman keras membuat Talitha tersentak. Pandangannya refleks tertuju pada jalan raya. Banyak orang yang kini berlarian dan tampak mengerumuni sesuatu. Talitha pun ikut panik, nafasnya gusar, keringat tiba-tiba saja mengucur tanpa sebab. Rasanya sulit untuk bernafas, ditambah lagi dada Talitha yang tiba-tiba sesak, sangat sesak sampai terasa sakit.
Jangan bilang kepada Talitha kalau itu adalah sebuah KECELAKAAN.
Talitha tidak berani untuk berkutik, badannya seperti mati rasa. Ia hanya melihat kerumunan orang itu dari jauh. Sebenarnya ia ingin berlari ke sana dan melihat apa yang terjadi sebenarnya, tapi rasa takut berhasil mengambil alih. Talitha hanya bisa diam dan diam. Pandangannya memburam, ia meringkuk untuk menyembunyikan air matanya yang jatuh.
"Kalau ada orang yang kena musibah, selagi bisa kamu harus menolongnya. Kamu ngga akan rugi ketika menolong mereka."
"Kalau aku takut?"
"Kamu tidak perlu takut. Yang kamu perlu cuma rasa ikhlas dan tulus."
Lagi-lagi suara itu berputar dengan sendirinya. Talitha yang sebelumnya hanya meringkuk dengan berlinang air mata, kini ia bangkit dan berlari ke arah kerumunan itu. Semakin dekat semakin gemetar seluruh tubuh Talitha.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY • Liskook ✔
Teen FictionSemua tidak akan terjadi jika Sagara tidak memulai. Talitha yang hidup dengan tenang, kini diusik oleh hadirnya seorang Sagara. Sagara yang selalu bertingkah demi mencuri perhatian seorang Talitha. Lama kelamaan, Gara mengetahui sedikit demi sedikit...