9. Papa Time

120 28 10
                                    

Music today : Boy in Luv by Bts
.
.
.
.
.

Talitha duduk dikursi yang berada di kamarnya dengan Tito yang sudah terlelap diranjang yang Talitha belikan khusus untuk Tito. Ya, atas seizin mama Gara, Talitha bisa membawa anak bulunya ini pulang. Talitha bersyukur dan berterimakasih sebanyak-banyaknya kepada mama Gara yang telah sudi direpotkan Tito selama beberapa hari.

Aluna adalah sosok ibu yang sangat sabar. Talitha tau sendiri ketika tadi Aluna dan Gara berdebat, pasti wanita paruh baya itu akan mengalah. Menuruti apa yang diinginkan putranya walau pun dengan perasaan kesal. Wajar, karena Gara memang anak yang sangat menyebalkan. Talitha yakin tidak ada orang yang tidak emosi jika berhadapan dengan sosok Gara. Maksud Talitha, lihat lah pria itu. Sorot mata yang menggoda, tangan nakal yang selalu jahil, juga mulut yang selalu berbicara dengan seenaknya. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Aluna.

Talitha menggigit donat yang ada ditangannya. Di hadapannya masih tersisa empat dari enam donat yang tadi dibelikan Gara. Lidah Talitha langsung dimanjakan oleh donat dengan rasa taro ini, padahal baru gigitan pertama.

Talitha menatap foto pria di hadapannya. Ia begitu merindukan sosok itu. Dia yang selalu membangkitkan Talitha jika Talitha sudah pasrah, dia juga selalu menghibur Talitha dikala gundah. Sorot sendu yang terpancar dari matanya, senyum manis yang tercipta dari kedua sudut bibirnya, dan suara bariton yang tak pernah lelah memberi nasehat tanpa Talitha pinta. Semua terekam jelas diotak Talitha. Dia punya tempat khusus di diri seorang Talitha. Ralat, maksudnya di diri seorang Meisya.

"Tadi dia manggil aku pakai nama tengah ku." Talitha mulai berbicara dengan gambar pria itu.

"Dia bahkan ngenalin aku ke mamanya pake nama itu juga." Talitha meletakan donat yang masih setengah kembali ke dalam boxnya. Tenggorokannya tak sanggup lagi untuk menelan makanan favoritnya itu. Ingatannya kembali kepada Gara yang mengenalkannya kepada Aluna dengan nama Meisya, bukan Talitha.

"Oh, namanya Meisya."

Talitha masih tidak bergeming di tempatnya. Meyakinkan diri bahwa apa yang di dengarnya itu salah.

"Sya diajak ngomong tuh, sama calon mertua."

Telinganya tidak salah dengar. Gara benar-benar memanggilnya dengan nama 'Meisya'.

"Meisya kenapa diam saja?"

Kali ini suara Mama Gara yang menyapa gendang telinga Talitha. Tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang selain menjadi Meisya.

Air mata benar-benar jatuh sekarang. Talitha menutup mata dan meremas rambutnya. Talitha kira Gara memanggil dengan nama tengahnya hanya ketika bersama Aluna. Tapi Talitha salah besar, ia benar-benar ingat dengan perkataan Gara ketika di dalam mobil tadi.

"Ternyata enak manggil lo pake nama 'Meisya'. Simple. Enggak ribet." Talitha menatap Gara yang tengah menyetir. Tak berselang lama Gara membalas tatapan itu. Hanya sekitar dua detik, kemudian irish coklat gara kembali fokus kepada jalan raya. "Besok noleh ya, kalau gue panggil 'Meisya'."

"Maaf, Denzel." Talitha bersimpuh. "Harusnya tadi aku melarang mereka untuk tidak memanggilku dengan nama itu." Talitha kini menangis tersedu-sedu. Kenapa tadi ia hanya diam ketika Gara memanggil 'Meisya'. Harusnya Talitha marah dan memukul Gara dengan sekuat tenaga. Bukan hanya diam dan mengangguk seperti seekor anjing kepada majikannya.

"Talitha punya semua orang. Tapi, Meisya cuma punya Denzel."

*Ding... Dong...

SERENITY • Liskook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang