23. Fakta Tersembunyi

88 19 2
                                    

Music today : Spring day by Bts
.
.
.
.
.

"Makasih, ya," ucap Denzel dengan tersenyum manis ke arah Gara.

Gara menggaruk keningnya kikuk. "Emm- makasih buat apa, ya?"

"Makasih karena lo udah berkorban untuk Meisya."

Gara mengerutkan keningnya. "Maksudnya?"

"Lo emang masih belum sadar dengan kondisi lo sekarang."

"Kondisi?" Denzel tidak menjawab pertanyaan Gara. Ia malah mengambil sesuatu di kantongnya. Sesuatu itu adalah serbuk yang berwarna emas. Gara melihat Denzel yang menaburkan serbuk itu ke udara. Tidak berselang lama, serbuk itu menjadi sebuah layar yang menampakan suatu kejadian penembakan. Ya, kejadian penambakan yang di alami Gara. Gara melihat semua itu dengan seksama. Nampak jelas bagaimana peluru itu menghempas badannya, bagaimana dirinya yang jatuh dan berceceran darah, juga bagaimana dia yang kini terbaring diranjang rumah sakit dengan semua perlengkapan medis yang menempel di tubuhnya. Gara menelan ludah dengan kasar, lalu ia meraba perut dan bahu. Aneh, Gara tidak merasakan sakit sama sekali.

"Kok gue nggak sakit?"

Denzel tersenyum melihat layar itu yang menghilang dengan perlahan. Ia lalu menatap Gara dan menjawab, "lo nggak akan merasakan sakit di sini."

Kening Gara bertaut. "Kok gitu? Emang ini dimana, sih?"

"Di alam baka."

"Apa?! Berarti gue udah-"

"Lo masih belum meninggal, Gara. Dengerin penjelasan gue dulu." Gara mengangguk patuh. "Tembakan tadi membuat lo koma. Yang terbaring di atas ranjang itu hanya raga lo, dan yang berada disisi gue sekarang adalah jiwa lo." Denzel membasahi bibirnya dan kembali berkata, "gue meminta izin kepada Tuhan untuk bisa bertemu dengan lo, dan Tuhan mengabulkan. Lo ada di sini sama gue sekarang."

Gara benar-benar bingung. "Kenapa lo mau ketemu sama gue?"

"Ada hal yang harus gue kasih tau ke lo." Denzel berhenti sejenak. "Tentang Meisya."

Netra Gara membulat. "Kenapa dengan Meisya?"

Denzel mengambil serbuk dan menaburkannya seperti tadi. Kali ini yang terputar dilayar bukan Gara, tapi Denzel. Gara melihat rentetan kejadian yang menyebabkan Denzel kecelakaan sampai merenggut nyawanya.

Disaat layar itu menghilang, Denzel angkat bicara, "seharusnya gue udah memulai seluruh hukuman yang gue perbuat selama masih hidup, tapi karena Meisya belum ikhlas. Akhirnya gue nyangkut disini."

"Beberapa hari lalu, Meisya sudah hampir mengikhlaskan gue. Gue seneng karena gue udah mulai naik ke atas. Namun, Meisya kembali menarik gue karena keadaan lo sekarang. Lo koma karena melindungi Meisya, dan itu membuatnya merasa sangat bersalah. Ia kembali ke masa sulit."

Gara benar-benar kaget dengan semua fakta yang baru saja dikatakan Denzel. Semesta punya rahasia lain yang tak pernah Gara ketahui. Ini adalah hal baru buat Gara.

"Gue minta tolong sama lo. Kembali kepada Meisya dan buat dia lupain gue. Dia benar-benar tulus sama lo. Dan gue juga liat ketulusan itu ada pada diri lo. Tolong jangan buat dia kembali di hantui rasa bersalah. Gue takut dia frustasi dan melakukan hal yang tidak di inginkan."

Gara nampak berfikir sejenak. Mengetuk dagu dengan bibir yang sedikit mengerucut. "Gue nggak mau balik sekarang."

Retina Denzel membulat. "Jangan gila, Gara!"

"Nanti. Gue nggak mau balik sekarang, nanti dulu."

"Kenapa? Bukannya lebih cepat lebih baik?" Denzel sedikit meninggikan suaranya.

SERENITY • Liskook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang