5: Nasi

19.6K 1.2K 45
                                    

Coba kasih bintang

Udah?

Makasih

Selamat membaca 😁

---

Alin tidak pernah merasakan hal ini, ditatapnya cermin yang memantulkan sosok perempuan berkaus putih, dengan kerutan di dahi yang tentu mengatakan bahwa ia sedang bingung saat ini.

Itu hanya sesendok nasi, entah mengapa rasanya ingin memuntahkan isi perut ketika melihatnya. Isi kepala Alin berputar bayangan kejadian satu bulan yang lalu, di mana ia melakukan hal itu bersama Alam di hotel setelah mabuk berat.

Ujung bibir terangkat. "Yeeey! Gue hamil!" soraknya, tersenyum senang. "Anak Alam!"

Oh, rasanya Alin tak menapak di lantai, sangking senangnya mendapati kemungkinan ini. Berjalan keluar kamar mandi, ia bersiap untuk pergi membeli tespack. Ya, akan dipastikannya bahwa ini bukanlah mimpi.

Dibandingkan menyesal, Alin merasa sangat bahagia karena Alam tak menggunakan pengaman saat itu. Hal ini tentu menjadi senjata bagi ia untuk meminta tanggung jawab, dan Alam tidak akan bisa berkutik.

Bayangan dirinya berada di atas pelaminan bersama Alam, membuat senyum mengembang semakin lebar. Alin berhati-hati turun dari tangga, akan dijaganya anak ini demi sang pujaan hati. Bahkan jika Alam memintanya untuk melahirkan anak lagi, maka Alin akan sangat bersedia.

"Mbak, aku pergi dulu," pamitnya pada seorang wanita yang sedang menyiram bunga.

"Mau ke mana, Non?" Mbak Wani bertanya, bahkan sampai mengikuti Alin menuju mobil. "Bapak sama Ibu minta Mbak buat laporan ke manapun Nona pergi."

"Kenapa gitu?" Alin tentu merasa heran, karena jarang sekali kedua orang tuanya menitip pesan pada Mbak Wani.

"Katanya Nona udah mau nikah, jadi jangan sembarang bepergian."

Ah, Alin hampir lupa soal Key. Sudah berapa hari ia mencari lelaki itu di kampus, tetapi tak ditemukan. Sepertinya Key memang sengaja menghindar karena takut untuk menerima kemarahan dari Alin.

"Bilang ke mereka, aku cuma mau nikah sama yang namanya Alam, bukan Key," ketus Alin, kemudian masuk ke dalam mobilnya.

---

Sudah dipastikan bahwa Alin positif sedang mengandung anak dari lelaki yang dicintainya. Ia tersenyum cerah, menatap tespack tersebut, kemudian menyimpan di dalam tas.

Sebenarnya hari ini tidak ada mata kuliah, tetapi Alin menyempatkan diri ke kampus untuk pinjam toilet, sekaligus jika memang positif, ia bisa segera menarik Alam dan meminta tanggung jawab.

Alin berjalan menelusuri koridor, tujuannya ke arah bangunan di seberang fakultasnya, di mana ia bisa bertemu Alam. Kantin, tempat lelaki itu nongkrong bersama beberapa teman.

Sesampai di sana, ia mempertajam pandangan, mencari keberadaan Alam di sudut kantin, tetapi yang didapatinya malah Darren yang sedang menikmati secangkir kopi.

"Woi, Bro," sapanya pada lelaki itu.

Darren menoleh, mengulas senyum tipis yang bahkan tak kentara bahwa sedang tersenyum. "Kok sendiri? Temen lo mana?"

"Lo yang lebih tahu si Gladis di mana. Gue akhir-akhir ini belum ketemu dia. Maklum, sama-sama sibuk," ujarnya sembari menarik kursi untuk duduk di sebelah Darren. "Lihat Alam?"

Lelaki itu langsung menggeleng. "Mungkin hari ini dia nggak ke kampus, katanya dia juga lagi sibuk."

Alin mendengkus. "Sibuk ngapain, coba."

Setahunya Alam tidak punya pekerjaan, bahkan kuliah saja ogah-ogahan. Lelaki itu manusia tersantai yang pernah Alin temui, dan menghindari yang namanya ribet.

"Kalau gitu gue lanjut nyariin dia dulu." Alin bangkit dari duduk. "By the way, si Gladis udah hamil?" tanyanya sembari memelankan suara.

Darren tak menjawab, malah mengusir Alin dengan gerakan tangan. Padahal, Alin sangat ingin tahu, jika memang iya, akan diajaknya Gladis untuk sama-sama mengecek kondisi janin mereka sekarang.

"Pelit banget lo," gerutunya, lalu beranjak dari sana.

---

Jangan lupa vote dan tinggalkan komentar

Baca spin-off di akun temen-temenku 👇🏿👇🏿

Cerita Gladis : Kaitani_H

Cerita Key : AlexandraMilenius

Cerita Alam : nansanders

Cerita Lica : MokaViana

Dibaca, ya ......... 👀

Jebakan Bucin (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang