"Nggak ada yang bakal percaya sama omongan kamu. Kamunya aja sering keluar pagi, pulang tengah malam, bahkan pernah pulang pagi."
Alin mendengkus mengingat lagi kata-kata yang dilayangkan sang ayah ketika ia mengatakan bahwa telah menjadi korban pemerkosaan oleh Keyvano Tofu.
Gila, mana ada orang tua yang tidak percaya dengan cerita anak sendiri? Padahal, Alin mengatakan dalam keadaan sadar dan jujur. Tidak bisakah mereka melihat ekspresi wajahnya yang tertekan?
Sialnya, Safir mengatakan itu tepat di depan Key, yang otomatis ancaman Alin di hari itu, tidak akan berpengaruh pada Key lagi. Padahal, hanya itu senjata Alin untuk mengancam lelaki itu agar membuatnya bertemu dengan Alam.
Di sinilah Alin sekarang, menggunakan gaun putih yang akan dikenakannya nanti pada resepsi pernikahan. Mengingat lagi akan dengan siapa ia berdiri di pelaminan, membuatnya nyaris ingin merobek-robek gaun tersebut.
"Kamu cantik, Yang, makin cantik lagi kalo senyum," ucap Key, sembari menatap pantulan bayangan mereka di cermin.
Alin mendengkus. "Nggak perlu urusin gue. Urus aja urusan lo sendiri, gue lagi males ngeladenin lo."
Key mengulum bibirnya, kemudian berlalu begitu saja ke ruang ganti. Alin menghela napas kasar, kemudian menoleh pada ibunya.
"Udah cocok, Bu, aku boleh udahan?" pintanya.
Devi yang sedang membuka katalog, menoleh sekian detik ke arahnya, kemudian mengangguk. Jiwa tidak peduli ibunya—kambuh lagi. Padahal, Alin tahu bahwa wanita itu tidak memperhatikan dirinya sejak tadi.
"Habis ini, kamu tahu, kan, harus ngapain?" tanya Devi, memastikan apa yang akan Alin lakukan selanjutnya.
Hanya mengangguk pasrah, Alin tidak berekspektasi tinggi dengan apa yang akan diberikan Key padanya nanti. Sudah pasti lelaki itu tidak akan sanggup memberikannya rumah mewah dan kehidupan layaknya tuan putri.
Kata Key, setelah ke butik, mereka akan menuju rumah yang akan dihuni saat sudah sah dalam ikatan pernikahan. Di sana, ibu dari lelaki itu sudah menunggu dan katanya mulai mempersiapkan perabotan rumah tangga.
Pernikahan mereka dua minggu lagi, saat memasuki rumah baru, sudah pasti Alin sendiri yang akan membersihkan rumah itu. Key tidak akan mampu membayar asisten rumah tangga. Ya, ia yakin itu.
Alin mendengkus, kesal dengan masa depan yang telah menunggunya di depan mata.
----
Rumah kontrakan ternyata. Tidak bertingkat, berpagar kayu yang sudah rapuh, di halamannya rumput liar rimbun, tumbuh dengan subur. Oh, jangan lupa dengan cat yang sudah pudar.
Siapa pun tahu, rumah itu sudah lama tidak berpenghuni, membuat Alin bergidik ngeri merasakan suasana horor ketika kaki melewati pintu pagar.
"Key, gue nggak mau tinggal di sini," lirih Alin, matanya sudah berkaca-kaca. "Lo sendiri aja yang tinggal di sini, gue mau balik ke rumah orang tua gue!"
Alin mengusap air matanya yang telah membasahi pipi, hilang sudah pertahanannya. Kali ini ia benar-benar hilang akal untuk bisa kabur dari masa depan yang tak diinginkan.
"Yang, jangan nangis, dong," bujuk Key, berdiri di hadapan Alin, tak tahu harus berbuat apa untuk menghentikan tangis perempuan itu.
"Gue nggak mau, Key, gue nggak mau!" jerit Alin.
"Ini cuma nampak luar doang yang jelek, dalamnya bagus, kok. Nanti juga aku bakal cat dinding luarnya, ganti pagarnya, biar kamu aman tinggal di sini."
Lagi, Key dengan santainya malah menjelaskan tentang rencana masa depan yang belum bisa Alin terima. Ah, bukan belum, sampai kapan pun Alin tidak bisa terima hidup bersama Key.
"Gue mau pulang sekarang, gue nggak mau di sini." Ia segera memutar tumit, kembali ke mobilnya yang terparkir di tepi jalan.
"Tunggu dulu, Yang, kamu nggak bisa nyetir dalam keadaan kayak gitu," cegah Key, menghadang jalan Alin.
Wajah Alin seketika memerah saat mendengar ucapan Key. Lelaki itu terlihat baik-baik saja, bahkan setelah membuat Alin jatuh ke dalam lubang kehancuran.
"Lo yang bikin gue kayak gini! Lo hancurin masa depan gue!" teriak Alin tepat di depan wajah Key. "Lo kenapa, sih, segitunya suka sama gue, tapi malah bikin gue nyaris gila dan lo juga nggak tahu cara bikin gue bahagia!"
Key mendengkus. "Lo mau bahagia?" tanyanya, penuh penekanan. "Udah berapa kali gue bilang, lupain Alam, terima gue apa adanya. Gue janji, bakal bikin lo bahagia seumur hidup."
----
Heelloooo
Baca kisah Key di lapak AlexandraMilenius
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Bucin (END) ✓
Roman d'amourDialinda tidak menyangka bahwa anak yang berada dalam kandungannya adalah hasil berhubungan dengan Keyvano, seorang bucin yang ia hindari sejak SMA. Pasalnya, di malam itu ia menghabiskan waktu bersama Alam, saling membuai dan mengisi kekosongan. Al...