9: Kesepakatan

17.6K 1K 35
                                    

"Pokoknya gue nggak mau tahu, kalau lo mau gue bahagia, gimana caranya lo harus bikin gue nikah sama Alam." Nyatanya Alin tak bisa menyerah begitu saja, di hatinya masih sangat ingin bersama Alam.

Key menarik napas, kemudian mengembuskan perlahan. "Lihat aku aja, Lin, aku tulus sama kamu."

Menggeleng tegas, Alin sama sekali tak tertarik hidup bersama Key. "Salah lo nahan gue bunuh diri, jadinya lo harus tanggung jawab sama kebahagiaan gue."

Pagi ini Alin tak bisa berhenti mengomel saat Key menghampirinya di taman kampus. Kedatangannya hari ini di kampus adalah mengajukan cuti. Rasanya tak sanggup jika orang lain tahu bahwa ia hamil di luar nikah.

Meskipun itu sudah biasa di kalangan masyarakat. Namun, Alin punya harga diri, mereka akan memandangnya rendah atas sesuatu yang tak dilakukan oleh kehendaknya.

"Kalau lo nggak sampai berhasil bikin gue jadian sama Alam, gue bakalan lapor ke dosen dan orang tua gue, lo udah perkosa gue sampai hamil," ancamnya.

Key menelan ludah susah payah. "Oke, oke, aku bakalan lakuin apa pun yang kamu mau, tapi tolong, jangan bilang ke orang tua kamu."

Alin tersenyum miring, ternyata untuk menaklukkan Key sangatlah mudah. Meskipun ia tak yakin orang tuanya akan percaya bahwa Key memperkosanya, tetapi Alin tetap akan menggunakan ancaman itu.

"Bagus," ucap Alin. "Sekarang lo tinggalin gue, karena gue mau ngurus sesuatu di BAK."

"Mau ngapain?" Key mencegah langkah Alin.

"Kepo," ketus perempuan itu.

----

Padahal tinggal dua semester, tetapi Alin tak bisa meneruskan jika dalam keadaan seperti ini. Meskipun masih punya mata kuliah yang harus diulang, tetapi itu masih bisa diperbaiki sembari mengerjakan proposal.

Alin masuk ke dalam kamar, menaruh tas ke atas meja, lalu menuju ranjang. Rasanya sangat lelah, mengantuk, ingin segera menuju alam mimpi.

Ketukan di pintu membuatnya Menggeram. "Siapa?" tanyanya dengan nada nyaris membentak.

"Ibu."

Tumben sekali wanita itu berada di rumah saat waktu kerja. Alin menjadi curiga, segera ia beranjak dari ranjang. Dibukanya pintu, menemukan wajah ibunya terlihat tenang.

"Ibu boleh masuk?" Bertanya, tetapi Devi sudah lebih dulu melangkah untuk masuk ke dalam kamar.

Alin memutar bola mata, melihat kelakuan wanita itu. "Ada apa?"

"Kapan kalian menikah? Udah nentuin tanggal?"

Ah, Alin lupa kalau orang tuanya sudah tahu soal kehamilannya. Ia pun lupa Key sudah pernah datang melamar di rumah ini. Menelan ludah, Alin mencari cara untuk mengelak.

"Jangan terlalu lama, itu perutmu nggak bisa nunggu, lama-lama makin gede. Malu dilihat tetangga."

"Aku tahu, Bu, nggak usah diperjelas." Ia menuju ranjang dan duduk di sana.

"Abangmu bakalan pulang. Sebelum dia pulang, persiapan pernikahan harus udah selesai, biar dia juga bisa datang ke nikahan."

Informasi itu tak begitu membuat Alin senang, meskipun mendengar bahwa kakak laki-lakinya akan pulang ke tanah air. Sudah berbulan-bulan ia ditinggalkan, karena kakaknya itu sedang melanjutkan strata dua di Chicago.

"Alin, kamu dengar?" tanya Devi karena sang putri tak memberikan tanggapan.

"Dengar, Bu." Alin menatap wanita itu, ia harus mencegah pernikahan ini, sebelum Key mampu membawa Alam ke hadapannya. "Bu, sebenarnya aku diperkosa. Jadi, jangan berkhayal kalau aku mau nikah sama Key."

Ibunya tak terlihat terkejut, malah mendengkus. "Siapa yang perkosa?" tanya ibunya, terlihat jelas tidak percaya dengan apa yang disampaikan Alin.

Alin sudah menduga reaksi Devi, tak ada harapan meski melaporkan kejahatan Key kepada wanita itu. "Key," jawabnya.

"Jangan ngaco kamu."

Ah, ternyata semesta tak pernah berpihak pada Alin. Rasanya ingin menghilang saja dari bumi ini.

"Kalian udah saling kenal sejak SMA, kamu juga sering pulang tengah malam bahkan pagi. Nggak ada orang yang percaya, Lin, karena kelakuan kamu aja udah barbar sejak dulu," cerca Devi.

"Iya, iya, Key benar, aku salah. Puas?" Alin mendengkus kemudian berbaring, menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh. "Anak sendiri nggak dipercaya, nggak pantes banget jadi ibu," sungutnya.

"Apa kamu bilang?" Devi terdengar geram.

"Pintu keluar di belakang Ibu, kalau keluar jangan lupa tutup pintu. Aku mau tidur," ucap Alin, kemudian berbalik memunggungi wanita itu.

---

Selamat pagi 😅

Baca versi Key di akun AlexandraMilenius

Naresh dan Gladisya
Kaitani_H

Alam
nansanders

Lica dan Milo
MokaViana

Arigatou gozaimasu 👀

Jebakan Bucin (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang