Tawuran

841 94 8
                                    

Ps : italic - flashback

ㅡTawuranㅡ

"Yyak! Lee Taeyong!"

Eunbi berdiri dengan tangan terlipat didepan dada, menatap kesal dengan mata melotot pada pria didepannya yang saat ini hanya cengengesan.

"Akuㅡ"

"Kau ini bukan anak SMA lagi, mau sampai kapan tawuran terus!? Sudah mau skripsian juga," potong Eunbi menarik tangan Taeyong membawanya masuk kedalam apartemennya, lalu mendudukan pria tersebut disofa panjang berwarna coklat.

"Aku tidak tawuran Bi, aku hanya membantu seorang pria yang dipukuli."

Eunbi mendengus, "apakah pria itu baik atau tidak? Siapa tau dia yang jahat."

Taeyong terkekeh mendengar ucapan gadis didepannya itu, kemudian tangannya terulur mengusap pipi kanan Eunbi.

"Humm.. aku melihat tiga orang memalak siswa SMA sambil ditendangi, lalu aku membantunya membasmi para lalat itu."

Mata Eunbi membulat lebar, "gila jahat banget."

Taeyong tersenyum kemudian mendaratkan kecupan singkat dibibir Eunbi, gemas sekali melihat matanya membulat. Eunbi bangkit berdiri, jangan tanya mengapa ia membiarkan Taeyong mengecupnya, ya karena mereka sepasang kekasihㅡoh ralat, sudah ke jenjang tunangan, dan tentunya hal seperti kecup-kecup seperti itu sudah terbiasa karena ulah Taeyong yang selalu nyosor dimanapun dan kapanpun.

Eunbi menghembuskan nafasnya kasar, "tunggu disini jangan kemana-mana aku akan mengambil air dan obat."

Taeyong mengangguk patuh dengan tangan yang ia gerakan membentuk tanda hormat. Lalu Eunbi segera beranjak meninggalkan Taeyong yang tersenyum simpul.

Eunbi kembali dengan sebaskom kecil air, handuk kecil dan kotak P3K ditangannya yang penuh. Mendudukan dirinya tepat disebelah Taeyong kemudian mulai mempraktikan cara mengobati dengan benar.

"Lain kali jika ingin berkelahi jangan sampai terluka, bukannya aku tidak mau mengobati hanya sajaㅡjika wajahmu tak tampan lagi akan aku tinggalkan nanti."

Taeyong terkekeh, namun kemudian meringis kala Eunbi menekan sedikit kuat pada luka dipelipisnya.

"Ketampanan ku tak akan memudar nyonya Lee," ujarnya membuat Eunbi mendengus.

"Terserah kau saja tuan Lee yang pedenya melebihi tinggi gunung himalaya." Taeyong hanya terkikik gemas mendengar penuturan Eunbi dengan tangan yang menarik pipi berisi milik Eunbi.

Huh, jika seperti ini Eunbi jadi teringat masa pengenalannya dengan Taeyong dulu. Ya dulu, saat ia kelas tiga tingkat junior.

ㅡTawuranㅡ

"Eh bi, katanya anak SMA Bima Sakti mau tawuran sama sekolah."

Eunbi yang lagi fokus main ml ngacuhin Eunseo yang sekarang berdecak sebal.

"Kok ga direspon si!?" keluh Eunseo sebel.

"Ya terus gua harus gimana? BilangㅡOmGGG! Gitu?" balas Eunbi kemudian mendengus melemparkan ponselnya ke meja dengan hentakan kencang efek kalah bermainㅡudah biasa tenang, hpnya juga udah kebal disakitin Eunbi.

Eunseo menoyor kepala Eunbi, "kok bego si lo."

Dahi Eunbi mengernyit, apa-apaan dia dibilang begoㅡpadahal, cuma kadar kepintarannya kurang aja. "Maksud lo?" tanyanya.

Sinb Wereld || HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang