"Temen Lama"

2 0 0
                                    

Azka: Dan sejak itu kita berteman sangat
dekat. Dia adalah cinta pertama bagi gue.Dia orang pertama yang nerima gue apa adanya. Tapi itu ga berlangsung lama.
Azka: Suatu hari mendadak dia dan
keluarganya hilang kabar, mereka pergi
meninggalkan kota dan ga ada yang tau mereka kemana. Bahkan gadis itu sama sekali ga ngasih tau gue kalau dia bakal pergi. Dan seminggu setelah itu nyokap gue meninggal. Saat itu adalah saat terpuruk yang pernah gue rasain. Gue kangen banget sama dia, tapi gue ga bisa apa2.

Azka: Gue kira dia cuma pergi sebentar,
sampai gue mutusin buat nunggu dia
terus menerus, berharap dia bakal balik, dan tanpa sadar udah 6 tahun berlalusampai sekarang.
Vania: Terus, sekarang apa Lo masih
nunggu dia?
Azka: Eh?
Vania: Gadis itu. Apa Lo masih nunggu dia?
Apa yang bakal Lo lakuin kalau tiba2 dia ada disini?

Azka mengangkat kepalanya, menatap langit yang tampak sangat cerah.
Azka: Entahlah, gue sangat merindukannya.
Tapi gue sendiri gatau kalau kita ketemu gue bakal ngapain, apa gue bakal meluk? Atau marah? Entahlah.
Vania terdiam, ternyata Azka menyimpan
kisah seperti itu selama ini. Ia kira Azka
adalah anak bahagia yang dimanjakan kedua orangtuanya yang berlimang harta, tapi ternyata tidak semua yang ia sangka itu benar. Yah, setiap orang punya kisah sedih masing2.

Azka: Lo sendiri?
Vania menoleh.
Vania: Apa?
Azka: Ceritain tentang lo dan kenapa Lo ga
pacaran? Gue liat Lo lumayan populer
juga di sekolah. Anak2 kelas gue banyak
yang ngomongin Lo.
Vania terkekeh.
Vania: Ternyata Lo ngakuin juga gue
populer.

Azka: Jawab aja gausah sok cantik.
Vania semakin tertawa dibuatnya. Setelah
itu ia kemudian menghela nafasnya
panjang.
Vania: Haaah... Ga ada yang spesial dalam
cerita gue, gue ga punya kisah
mengharukan kayak Lo. Gue cuma gadis
biasa yang mengharapkan keluarga yang
hangat, cuma itu.
Azka terdiam.
Azka: Hmm... Malam itu gue--

Vania: Gue tau, Lo pasti liat kan?
Azka mengangguk.
Vania: Dulu semuanya baik2 aja, gue sangat
bahagia. Sampai suatu hari mama bilang
kalau papa selingkuh, waktu itu gue
masih kecil dan belum ngerti apa itu
selingkuh. Papa yang ga terima pun
marah dan selalu mengamuk, bahkan
papa ga segan2 buat mukul mama pakai
benda apapun.
Vania: Mereka terus saja saling menuduh
dan bertengkar, pagi sore siang dan
malam.

Vania:Yah mungkin sekarang mama udah
bahagia disana. Gue ga berhak buat
kecewa, karena gue juga penyebab mama
pergi. Gue ga percaya sama mama dan
malah bersikap dingin sama mama. Gue
anak yang buruk.
Vania: Bagi gue cinta itu seperti obat. Jika
dia digunakan dalam dosis yang benar, ia
akan menyembuhkan, namun jika
digunakan dalam dosis yang salah, dia
akan berubah menjadi racun. Yah, ngeliat
semua yang udah terjadi, mungkin sulit
bagi gue buat suka sama orang.

Vania: Apalagi cewek kayak gue, gue jamin
ga bakal ada cowok yang betah.
Azka mengangguk.
Azka: Kalau itu gue paham. Cowok gila
mana yang bisa sahabatan sama cewek
bengal kayak Lo. Gue doang emang.
Kayaknya gue harus periksa kejiwaan.
Gue takut gue ga waras.
Vania: Nah gue setuju, sekalian periksa
psikologis, siapa tau Lo punya penyakit
aneh.

Azka: Iya aneh kayak otak Lo.
Vania: Dasar otak udang.
Azka: Udah gue bilang gue bukan otak udang.Gue itu otak terasi.
Vania: Goblok.
Keduanya kemudian tertawa kecil. Menikmati kekonyolan yang mereka ciptakan.
Azka menghela nafas lega ketika melihat Vania yang tampak mulai membaik. Sejak tadi siang ia selalu memperhatikan gadis itu, dan Azka yakin Vania sedang tidak baik2 saja.

Tapi kini melihat Vania yang sudah tertawa
entah kenapa ia merasa senang. Mungkin
karena ia menemukan orang yang mempunyai nasib yang sama dengannya.
Azka: Gue dengar Lo sakit. Sakit apaan Lo?
Vania: Lo percaya?
Azka: Udah gue duga.
Vania: Gue malas sekolah. Pasti bakal banyak mulut yang nanya dan yang sok tau nanti. Gue malas dengar ocehan mereka.
Azka: Gausah di dengar.

Vania: Gue maunya gitu.
Azka: Perlu gue beri mereka pelajaran biar ga ngomong yang macam2? Lo mau mereka benjol berapa? 3? 4? 5?
Vania tertawa.
Vania: Bisa bisanya gue temanan sama cowok ga punya akhlak kayak Lo.
Azka: Ga apa. Laki2 ga punya akhlak dan
perempuan bengal. Dijadiin novel cocok tuh.

Vania: Gila Lo.
Azka: Belajar dari Lo.
Vania: Anjir.
Dan keduanya kembali tertawa, bermain
ayunan sambil menikmati angin malam dan memandang langit yang tampak indah.
Azka: Gue boleh minta sesuatu sama Lo?
Vania: Apa?

Tanya Vania dan menoleh.
Azka: Apa Lo mau janji sama gue?
Vania: Janji apa?
Azka: Jangan tinggalin gue...
Vania terdiam. la menatap mata Azka yang
tampak kosong. Apa Azka trauma?
Vania: Gue ga yakin... Tapi bakal gue usahain...

Jam menunjukkan pukul 22.00. Vania yang
baru saja tiba dirumah langsung berjalan
menuju kamarnya. Tapi lang kahnya terhenti ketika melihat papanya dan dua wanita lainnya sedang makan malam bersama di meja makan. Sepertinya papanya baru saja pulang kerja.
Papa: Van, ayo makan malam. Mama kamu
sudah masak banyak untuk kamu.
Vania menoleh.
Vania: Mama? Mama yang mana? Setau Vania mama Vania udah meninggal.

Papa: Vania jangan mulai lagi! Ayo makan!
Hormati mama yang sudah masak untuk
kamu.
Vania: Vania ga pernah tuh minta di masakin.
Papa: Vania!!!
Vania: Vania mau ke kamar. Vania capek pa.
Vania berjalan meninggalkan ruang makan dan Langsung masuk ke kamarnya. Vania langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Melihat pemandangan yang ada di ruang
makan membuat hatinya terasa sakit. Dulu
ia dan kedua orang tuanya selalu makan
dan menghabiskan waktu bersama disana.
Tapi kini pemilik bangku itu sudah di ganti.
Vania tidak rela, ia tidak mau kenangan
mamanya perlahan menghilang dan di
ganti oleh orang baru. Vania benci itu.
Tok tok tok...

Vania masih diam di tempat, ia tau itu pasti
papanya. Vania tidak berniat membuka
pintu sama sekali.
Kyra: Vania ini aku Kyra
Tangan Vania semakin terkepal.
Kyra: Buka dulu pintunya ya Van.. please...
Vania dengan ogah berjalan menuju pintu
karena perempuan itu terus saja mengetuk
pintu kamarnya.

Vania: Apa?
Tanya Vania datar.
Kyra: Kamu beneran ga mau ikut makan?
Kamu belum makan kan? Ayo makan
bareng.
Vania hanya diam saja ketika Kyra
tersenyum manis ke arahnya.
Vania: Lo sebenarnya lagi ngapain sih?
Gausah pura2 manis di depan gue.

Kyra: Eh? Aku ga pura pura manis kok, kita
kan saudaraan. Emang salah ya baik sama
saudara sendiri.
Vania: Gue ga pernah nganggap Lo saudara
gue. Jangan berharap tinggi oke.
Kyra: Tapi Van aku-
Vania: Mending Lo pergi dan makan sama
orangtua Lo sana. Jalani aja peran Lo
sebagai anak kandung di rumah ini, wahai
anak palsu.

Vania menutup pintu kamarnya dengan
kencang. Ia tidak peduli Kyra akan
mengadu apa pada papanya nanti. la
sangat tidak peduli.
Beberapa hari kemudian...
Farel: Gila! Kemaren gue main kartu sambil
taruhan sama adek gue, gue kalah 20 rebu
anjir!
Adara: Lo bego sih.

Complicated FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang