"Sahabat?!"

0 0 0
                                    

Gilang: Udah we gigi gue udah gemetar.
Kedelapannya kembali terbahak hanya
dengan mendengar kalimat kecil itu. Benar
kata orang, sekalinya tertawa akan susah
reda, tapi kalau sudah reda akan susah lagi
untuk tertawa.
Namun tawa itu tiba2 sirna saat Kyra
tiba bersama dengan Adnan dengan tas
belanjaan yang memenuhi kedua
tangannya yang sepertinya milik gadis itu.

Papa: Wah rame.. apa kalian teman2nya Vania dan Kyra? Kyra, apa mereka yang
kamu ceritakan ke papa? Sahabat kamu di
sekolah...
Kedelapannya terdiam.
Kyra: Ah iya pa, mereka itu sahabatnya
Kyra, Kyra dan Vania juga sering
bareng2 di sekolah.
Papa: Oh begitu, jadi kalian ke sini karena
mau ketemu sama Vania dan Kyra ya?

Kyra: Ah itu... Iya... Kayanya begitu hehe...
Papa: Eh ada Adara sama Qiana juga ternyata.
Adara dan Qiana:Halo om.
Sapa keduanya serentak.
Papa:Yasudah kalau begitu kamu gabung aja sama mereka. Belanjaannya suruh Nina
yang bawa ke kamar.

Kyra: Nanti aja pa, Kyra mau naik dulu. Ini
belanjaannya banyak bangett, kasian kalau
Nina yang bawain. Papa sih beliin Kyra
baju dan sepatu banyak banget, padahal
kan Kyra masih punya pa.
Papa: Hahaha ternyata kamu anak yang baik ya, ga apa sekali2 manjakan dirimu.
Yaudah kalau gitu papa naik dulu ya.
Papa: Kalian juga santai aja disini. Om mau
ke atas dulu.

Ketujuhnya mengangguk. Adnan
kemudian berjalan menuju ke kamarnya,
sedangkan Kyra berjalan menuju Vania.
la menyodorkan sebuah tas pada gadis itu.
Kyra: Ini tadi aku ngeliat ada baju yang
bagus di mall, aku beli buat kamu karena
sama kayak punyaku. Kita bisa pake
bareng kalau mau pergi main.
Vania menoleh.

Vania: Gausah, gue ga pake baju murahan.
Baju gue semuanya bermerk.
Ucap Vania dingin dan mengalihkan
pandangannya.
Kyra:A-ah begitu ya, baiklah.
Kyra kemudian berjalan naik menuju
kamarnya. Setelah Kyra pergi Vania
menghela nafas panjang.

Qiana: Perasaan ada yang beda dari
penampilannya.
Adara: lya, rambutnya berbeda. Padahal
sebelumnya gaya rambutnya ga kaya gitu,
itu sama kaya gaya rambut lo Van.
Vania: Iya gue tau.
Gilang: Tapi Van..
Gilang mendekat.
Gilang: Lo serius semua baju Lo bermerk?

Vania: Kan semua baju emang ada merk nya oon.
Gilang: Loh, merk maksudnya itu bukan merk mahal gitu?
Vania: Ya bukanlah. Ya kali.
Gilang: Anjir ketipu gue.
Vania: Kenapa? Lo mau gue belin baju juga? Stok baju Lo abis karena hanyut di
sungai?

Ledek Vania membuat yang lainnya
tertawa. Sedangkan Gilang hanya mendesis
kesal.
Gilang: Ngeselin Lo Van.
Azka: Gue mau ke toilet, dimana toiletnya?
Tanya Azka.
Vania: Ayo gue antar.
Mereka berdua pun beranjak menjauh
menuju toilet yang ada di dekat dapur.

Azka: Itu Lo?
Tanya Azka saat melihat sebuah foto
berukuran sedang terpajang di dinding.
Vania: Iya, kenapa? Dulu gue cantik banget
ya?
Azka: Sekarang juga cantik banget kok.
Ucap Azka dan masuk ke dalam toilet.
Vania terdiam. Apa maksud perkataan
Azka tadi?

Keesokan harinya, tepatnya di hari
Minggu pagi, Vania dan yang lainnya
janjian akan bermain basket di lapangan
basket milik keluarga Azka. Mereka
berniat akan main basket sekalian
olahraga pagi disana.
Vania baru saja tiba disana dengan sepeda
miliknya. Rumah Azka sangatlah besar,
lebih besar dari rumahnya. Dilihatnya
lapangan yang sudah mulai ramai, ada
Adara dan Qiana,Farel, Gilang, Arkan dan
Devan. Kemana Azka?

Vania hendak turun dari sepeda, tapi
seseorang dengan tiba2 duduk di sepeda
bagian belakangnya. Vania yang terkejut
pun menoleh.
Azka: Cepat ke supermarket, gue lupa beli
cemilan kemarin.
Vania: Ih ngapain pake sepeda gue?! Lo
punya motor kan?!
Azka: Males ngeluarin. Ayo berangkat!

Vania: Lo berat! Lo aja yang bawa gue yang
dibelakang!
Azka: Gamau!
Vania: Kenapa?!
Azka: Gue ga bisa naik sepeda.
Mendengar itu sontak Vania tertawa keras.
Vania: Lo bisa bawa motor tapi ga bisa bawa sepeda? Waras Lo?

Azka: Udah ayo cepat!!!
Vania mendesis. Ia mengikat rambutnya
yang sudah terurai tinggi.
Azka:Cepetan!!!
Vania: Sabar kampret!
Setelah selesai mengikat rambutnya Vania
langsung mengayuh sepedanya dengan
sekuat tenaga. Secara Azka tidaklah
ringan.

Vania: Sumpah tulang kering gue retak
kayaknya.
Azka: Udah cepetan...
Vania: Lo mah ngomongnya enak!!! Lo pikir
Lo ringan?!
Azka hanya diam saja. Tak lama kemudian
mereka pun tiba di supermarket, Azka
langsung masuk dan membeli beberapa
cemilan dan minuman.

Setelah itu ia meletakkannya di dalam
keranjang sepeda Vania, mereka pun
pulang. Tentu saja Vania yang membawa
sepedanya dan Azka duduk santai di
belakang.
Azka: Duh lama banget, cepet Napa.
Vania: Sekali... Lagi... Lo ngomel... Gue
congkel... Mata Lo...
Sinis Vania dengan nafas terengah.
Keringat mengucur deras di pelipisnya.

Guk... Guk...
Seekor anjing dengan tiba2 mendekat
pada Azka ketika mereka melewati
sebuah gang kecil. Pria itu langsung
menaikkan kakinya ke atas.
Azka: CEPETAN! ADA ANJING!
Vania: LO KALAU TAKUT SAMA ANJING
MATI AJA SANA!
GUK GUK!

Azka: Hush sana!
PLETAK!
Vania: Jangan di pukul anjingnya!!
GUKKKKKK GUUKKK GUKKK
Azka: AAA ANJINGN YA NGEJAR!!
NGEBUT VAN NGEBUT!!
Vania berdecak, ia mempercepat
mengayuh sepedanya.

Azka: AA CEPATTTTTTT
Azka mengangkat tinggi kakinya hingga
mencapai bahu Vania.
Vania: MAKANYA SIAPA SURUH LO MUKUL
DIA! BEGO!
Azka: CEPETAN VAN CEPET! DIA MAU
GIGIT PANTAT GUEE!!
Vania yang sudah kehabisan tenaga pun akhirnya menyerah.

la melompat turun dan meninggalkan
sepedanya yang masih berjalan serta Azka
dan berlari menuju rumah pria itu.
GUKKK
Azka: Vanua mau kemana Lo?!!!
Azka: Jangan tinggalin gue setan!!!!
Azka: Hoi Vaniaaaaa!!!!
Keduanya berlari sekuat tenaga menuju
rumah Azka. Sesampainya disana Azka
langsung mengunci gerbangnya dengan erat dan keduanya langsung terduduk di tanah dengan nafas yang tersengal sengal.

Complicated FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang