LEO - dua

40.6K 2.5K 30
                                    

Umurku baru dua puluh sembilan tahun. DUA PULUH SEMBILAN! Tapi kenapa satu per satu anggota keluargaku menyuruhku menikah?!

Kemarin wanita itu, dan sekarang kedua kakakku! Apa mereka tidak punya pekerjaan sampai harus meneleponku, memaksa dan bahkan mengancam. Semua itu dilakukan hanya untuk mengajakku bertemu untuk sekedar membicarakan pernikahan?!

"Leo, lu tuh udah jadi dokter. Nunggu apa lagi? Lu juga udah punya penghasilan tetap lu sendiri. Apartemen hasil kerja lu sendiri. Mobil mewah lu sendiri. Semuanya serba sendiri. Jadi lu nunggu apa?" tanya Lisa, kakak tertuaku.

"Lis, lu sendiri aja nikah umur tiga puluh, dan baru aja lima tahun yang lalu! Gue baru dua puluh sembilan!" kataku membela diri sekaligus mengingatkan betapa mudanya aku. Tapi bukannya mendengar pembelaanku, Lisa malah memelototiku tajam.

"Terus lu mau nikah umur berapa?! Tiga puluh lima? Empat puluh?! Atau lima puluh tahun, he?!" sindir Lisa.

Sepertinya dia marah karena aku menyinggung umurnya. Tapi itu kenyataannya! Lagipula, dia saja baru pulang dari Jepang setelah menetap lima tahun di sana bersama suaminya. Pulang-pulang kenapa dia tidak membicarakan yang lebih enak didengar?! Kenapa harus membahas masalah sensitif seperti ini!

"Gue ga mau nikah, terus mau lu apa?!" tantangku balik.

"Dan jadi perjaka tua seumur hidup?" tanya Lisa yang sudah mulai emosi.

Tapi dalam hati, aku tertawa. Perjaka? Mana mungkin seorang Leonardo masih perjaka! Gelar itu sudah pergi sejak aku masuk SMA oleh seorang wanita yang sama brengseknya seperti wanita itu! Ha!

"Perjaka?! Leo itu penebar benih, Lis!" timpal Lelaki yang duduk di sebelah Lisa, kemudian tawanya yang menggelegar.

"Bener banget Zo!" Aku langsung berhigh-five dengannya!

Yeah, Enzo, kakakku yang nomor dua ini memang sangat mengerti diriku! Lihat saja, sedari tadi dia diam dan hanya geleng-geleng kepala mendengar ocehan Lisa yang tidak ada habisnya. Tapi sekarang dia membela kebenaran yang ada!

"Heh! Justru itu, demi menghindari yang engga-engga, mending Leo nikah aja! Gimana kalau nanti ada yang hamil gara-gara ..."

"Lis, gue dokter kali! Gue mempergunakan ilmu gue dengan baik!" Potongku cepat.

Jujur saja, saat aku SMA dulu, aku hanya melakukannya dengan beberapa wanita bodoh dengan cara yang sangat aman. Tapi saat aku masuk sekolah kedokteran, aksiku malah semakin gila! Ilmu yang kudapat tidak aku sia-siakan sedikitpun! Menebar benih sana sini adalah keahlianku, dan aku bisa meyakinkan diriku kalau aku tidak akan terkena penyakit kelamin ataupun tuduhan punya anak di luar nikah. Pasti!

Aku ini dokter!

"Siapa yang tahu! Lagian, lu itu kan nebar benih ga kira-kira! Pasti ada kemungkinan satu dari seribu wanita yang lu tidurin!" Kata Lisa masih kukuh dengan hipotesis tak berdasar.

"Ga mungkin ada!"

"Karena itu, mencegah lebih baik Leo! Apa susahnya sih nikah doang?! Gue bisa kenalin adik-adik kelas gue!"

"Gue ga mau!"

"Dan lu lebih suka jadi orang bebas sampe tua nanti?! Lu pikir pas lu tua lu bisa hidup sendirian?! Lu mau hidup sendirian tanpa ada yang jaga lu, ngurus lu, atau bahkan inget lu?! Jangan Cuma kayak anak kecil yang main mulu deh! Lu tuh udah gede! Pikirin dikit lah masa depan lu!"

"Gue udah dapet masa depan gue!"

"BELUM SEMPURNA KALAU LU BELUM NIKAH!"

"Tapi-..."

I Love Her 1 : LeonardoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang