LEO - sembilanbelas

28.8K 1.9K 20
                                    

Alena yang diam seperti batu sama Alena yang bawel benar-benar terlihat jelas perbedaannya! Aku bahkan masih tidak percaya Alena yang ku kenal selama setengah tahun ini tidak pernah bicara sepatah katapun, sekarang berubah jadi wanita yang ceria, selalu bicara, dan manja!

Aku seperti tidak mengenalnya!

Aku dan Alena sudah berangkat dari jam lima pagi menuju Bandung. Dari pagi, Alena sudah ribut dari A sampai Z tentang ini itu. Tempat yang ingin dia kunjungi, restoran untuk sarapan, makan siang dan malam kami, lalu tempat istirahat. Aku sampai terbengong-bengong!

Ternyata dia itu bawel luar biasa hanya untuk perjalanan ini, dan bagaimana bisa dia selama ini diam seperti batu saat bersamaku! Bahkan dia bisa tahan mendengarkan aku saja membuatku tidak percaya!

Benar-benar penipuan!

Tapi aku malah senang dia bawel, setidaknya saat aku bercerita dia bisa memberikan tanggapan! Walau sekarang, dia lebih mendominasi semua pembicaraan kami. SEMUA!

Aku sempat bertanya apa pekerjaannya sebelum dia bertemu denganku. Karena dia nyaris bisa melakukan segala hal, dan aku tidak bisa menebak. Dia bisa masak, bisa gambar, bisa main musik... Oh, juga dia ternyata mengerti tentang istilah kedokteran! Tadi aku sempat bertanya apa dia bosan setiap mendengar ceritaku tentang operasi.

Dan ternyata dia adalah....

"Aku cuma arsitek yang pensiun..."

Aku hanya menggelengkan kepala tidak percaya! Pantas saja dia tahu beberapa gedung dan rumah buatan suaminya Lisa! Wanita yang duduk di sebelahku ini memang luar biasa. Dan sayang... Dia pensiun.

"Leo! Makan mie kocok yukkk..." teriak Alena tiba-tiba sambil menatap ke luar jendela mobil.

Aku mengiyakan. Kami turun dan duduk di pinggir jalan. Menikmati semangkuk mie kocok yang sudah lama tidak aku rasakan. Ah, menyenagkan rasanya bebas dari sumpeknya Jakarta.

Baru selesai makan, Alena langsung menarikku masuk ke mobil dan entah mau makan apa lagi. Dia mau makan lagi! Astaga, aku benar tidak percaya! Aku sampai heran Alena makannya luar biasa banyak! Makan ini lah, makan itulah, makan semuanya! Wanita mana yang bisa makan sebanyak dia?!

Jujur, aku tidak sanggup makan lagi tapi Alena masih mau makan!

"Leo... habis ini kita pulang aja ya?" tanya Alena sambil menikmati dessertnya setelah makan berpiring-piring macam makanan. Aku yakin restoran ini bisa kaya mendadak kalau Alena sering datang ke Bandung!

"Tapi sekarang baru jam empat sore. Kok buru-buru amat??? Kata kamu bukannya mau makan malam dulu di ... Mana itu?" Tanyaku bingung.

"Besok kamu kerja! Kalau kamu sakit, aku panik..." Seru Alena.

Ah, iya. Aku ingat aku pernah tumbang setelah seminggu penuh harus kerja seperti orang gila karena jadwal operasi yang padat. Untungnya aku sakit hari Jumat, dan Sabtu-Minggu libur. Aku nyaris tumbang di depan pintu apartemen, dan untungnya Alena ada di dekatku dan langsung memapahku ke kamar.

Karena dia masih belum bicara, susah sekali mengetahui apa yang dia ingin aku lakukan. Mataku bahkan berat untuk dibuka! Tapi aku yakin Alena panik, karena semalaman dia menjagaku sampai sembuh. Mengompres, memasak bubur, mencari obat. Aku tidak tahu jelasnya bagaimana Alena di saat aku sakit karena aku hanya bisa terbaring dan tidur, tapi aku beberapa kali mendengar suara pecahan.

Ck! Sebenarnya aku malu sama diriku sendiri... padahal aku dokter, masa malah sakit.

"Kamu panik?" Tanyaku penasaran dengannya hari itu.

"Iya! Aku bukan dokter, jadi kalau ada apa-apa sama kamu, aku Cuma bisa nangis karena bingung. Aku bahkan sampai pecahin piring entah berapa banyak, tapi kamu ga sembuh-sembuh. Aku juga takut kalau nelepon dokter. Aku ga tau harus apa!"

I Love Her 1 : LeonardoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang