LEO - lima

32.6K 2K 12
                                    

Aku menunggui wanita yang nyaris kutabrak itu. Menarik sebuah kursi ke samping ranjang yang dia tiduri, lalu memperhatikan Alena lekat-lekat. Kalau sudah dibersihkan dan diobati seperti ini, aku bisa melihat kecantikannya dengan jelas. Terpancar jelas. Alena itu cantik!

Lihat saja rambutnya yang panjang bergelombang berwarna cokelat tua dipotong layer. Wajahnya oval dengan tulang pipi yang tinggi. Alisnya yang berwarna hitam terukir rapi. Bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah tanpa lipstik. Belum lagi kulitnya yang putih.

Goddamnit!

Dia itu cantik! Malah lebih cantik dari semua cewek yang pernah aku temui dan tiduri! Saat aku menggendongnya ke mobil dan pindah ke atas berangkar, aku bisa merasakan sekilas bentuk tubuhnya yang begitu sempurna! Ukurannya pas! Walau aku harus memastikannya lagi... karena saat itu hanya sekilas.

Oke, stop it! Pikiranku sekarang sudah bukan tentang ukuran tinggi atau berat badan lagi, dan lebih baik berhenti sebelum dosa menerjang!

Ya, Alena itu benar cantik. Pasti berdarah campuran, karena terlihat jelas.

Sayangnya dia gila.

Itu kenyataan yang paling menohokku, dan langsung membuatku tergelincir ke dalam jurang gelap setelah tadi memuji-muji kecantikannya. Oh damn! Kenapa miris sekali wanita yang kutabrak??!

Cantik-cantik tapi gila. Sayang sekali bukan?

Aku bangkit dari kursi. Memperhatikan dengan lebih detail lagi luka-luka yang ada di sekujur tubuhnya. Kali ini aku serius, bukan ingin berbuat mesum! Walau pikiran seperti itu ada, tapi aku mencoba untuk mengenyahkannya. Aku menyibak selimutnya perlahan dan melakukan inspeksi secepat yang aku bisa.

Untungnya, Alena tidak akan terbangun karena pengaruh obat tidur!

Setelah selesai, aku kembali mengancingkan baju, membetulkan pakaian rumah sakit yang dikenakan Alena, kemudian kembali duduk di kursiku. Sulit sekali ku percaya wanita secantik dirinya mengalami kekerasan. Aku yakin itu kekerasan!

Pada tangan dan kakinya ada memar yang besar. Memar yang terlihat seperti dipukul kayu. Terakhir kali aku melihat memar seperti ini saat aku berkunjung ke rumah sakit menengok Enzo yang babak belur karena tawuran sepuluh tahunan yang lalu!

Selain di tangan dan kaki, bagian perutnya juga memar besar. Seperti ditendang berkali-kali. Walau tidak ada yang serius sampai membutuhkan penanganan intensif atau operasi, tapi kekerasan yang Alena alami ini termasuk serius!

Belum lagi lecet-lecet di sekujur tubuhnya yang seperti disilet. Ishhh... tidak mungkin kan kalau wanita ini sendiri yang membuat dirinya terluka? Walau Alena gila, tapi mana ada wanita gila yang bisa membuat dirinya babak belur seperti ini?! Lagipula, kalaupun dia diperkosa, tidak mungkin dipukul sampai semengerikan ini!

Apa mungkin dia korban BDSM? Oh God, lelaki bodoh, brengsek, dan tidak tahu karya indah mana yang berbuat seperti itu kepada wanita secantik ini?!

Tapi itu hanya hipotesisku saja. Mana tahu apa yang dialami wanita ini tidak seperti yang aku pikirkan.

Aku menghembuskan nafas berat. Melihat sekelilingku dan kembali menatap Alena. Rasanya lucu berada di sini. Jarang-jarang aku bisa di ruang perawatan dan melihat pasien yang terbaring sakit seperti ini. Keluargaku jarang sakit, kecuali saat Enzo babak belur saat tawuran waktu itu. Itu pun aku tidak menginap di rumah sakit karena ada Lisa yang menjaga.

Tapi sekarang aku di rumah sakit. Bukan sebagai dokter, tapi wali dari pasien. Duduk dan menemani. Benar-benar lucu! Aku bahkan sampai tersenyum geli.

Tapi memang benar seperti itu. Biasanya, aku masuk ke kamar perawatan hanya hitungan menit lalu keluar. Itupun karena aku hanya melakukan visit dan evaluasi singkat. Kalaupun lama, itu karena keluarga pasien bertanya-tanya kapan sembuh atau bagaimana kelanjutannya. Biasanya aku malah meminta mereka untuk datang saja ke ruanganku karena tidak enak bicara di kerumunan keluarganya atau di koridor rumah sakit.

Lagi-lagi, aku kembali memandangi wajah Alena. Entahlah, mungkin karena cantik aku jadi suka memandanginya. Bagiku, ada dua macam wanita yang bisa dikatakan cantik. Satu, wanita cantik yang kalau dilihat terus menerus akan bosan. Kedua, wanita biasa saja tapi kalau dilihat lama-lama pun tidak akan bosan! Lalu Alena?

Dia wanita ketiga! Wanita cantik yang dilihat seberapa lama pun akan tetap cantik dan tidak akan pernah bosan!

Dia cantik .... Tapi sayang sekali matanya terpejam. Aku jadi mengira-ngira seperti apa bentuk dan warna iris matanya. Apa berwarna cokelat? Biru mungkin? Atau abu-abu? Lalu berwarna gelap atau terang?

Aku menduga kalau warnanya cokelat muda. Dia pasti mampu menghipnotis banyak lelaki dengan mata berwarna hazelnut itu...

Lalu bagaimana suaranya? Apakah melengking? Berat? Tinggi?

Oh stop!

Astaga! Sebenarnya aku ini kenapa?! Dia ini kan hanya wanita yang nyaris aku tabrak, tapi kenapa aku malah terlihat seperti terobsesi kepadanya!!! Ck!

Tapi, tidak bisa. Aku pasti membayangkan semua hal yang ada padanya. Bukan hanya aku, tapi banyak lelaki yang pasti juga akan membayangkan seperti apa wanita ini jika terbangun. Dia terlalu cantik... bukan cantik berlebih karena menggunakan make up atau operasi plastik. Tapi dia cantik dengan apa adanya! Kesederhanaan yang dia punya itulah yang membuat aku tertarik kepadanya.

Tunggu sebentar.

Aku ... tertarik kepadanya?

Oh c'mon Leo... are you crazy?

Kau baru bertemu dengannya hari ini, saat kau hampir menabraknya dan kau membawanya ke rumah sakit! Bukan kesederhanaannya yang kau puji! Kau tertarik pada kecantikan dan kesempurnaan tubuhnya! Kau hanya tertarik terhadap sex appealnya saja! Saat dia bangun, kau hanya akan mengajaknya tidur bersamamu!

That's you, jerk!

Kau hanya tertarik untuk tidur bersamanya! Tapi sebaiknya kau buang pikiran itu jauh-jauh karena seharusnya yang kau lakukan adalah memikirkan bagaimana caranya meminta maaf karena hampir menabrak wanita yang terbaring tidak berdaya ini!

Oh geez...

Terserah apa katamu hati nurani! Tapi aku benar-benar tertarik dengan wanita ini!!! Ini bukan seperti aku ingin menerkamnya sekarang. Aku hanya terpesona dengan kecantikan Alena, walau penuh lebam dan luka di sekujur tubuhnya. BUKAN karena aku mau tidur dengannya!

Eh.. mungkin ini yang disebut orang-orang sebagai love at first sight. Tapi cinta yang seperti ini sepertinya memang benar hanya karena pesona saja. Aih astaga... cinta?Sebenarnya apa yang terjadi denganku!

Mungkin benar aku terpesona padanya tapi bukan berarti ada apa-apanya kan?

Sudahlah, sebaiknya aku tidur! Sekarang sudah hampir jam dua pagi dan aku akan ada operasi jam sepuluh nanti.

Lagipula, nanti aku juga akan berbicara dan meminta maaf kepadanya. Tapi itu masih nanti! Walau aku tidak yakin akan bicara apa nanti, tapi aku butuh tidur sekarang. Aku benar-benar kembali merasakan lelah yang tadinya lenyap seketika. Aku butuh tidur...

I Love Her 1 : LeonardoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang