Chapter 7 - Antara Jeje & Al

166 16 10
                                    

🌺HAPPY READING🌺


TRINGTRING~


Bel dari depan rumah Al berbunyi.

"Siapa?", teriak seseorang dari dalam.




CKLEK




Pintu terbuka.

"Jeje, wah apa kabar, Je? Ayo masuk dulu", sapa seorang lelaki yang membuka pintu dengan antusias.

"Bang Lee udah dari kapan sampai di Jakarta?", tanya Jeje pada Lee Thanat, Abang tertua dari Al.

"Baru sampai kemarin sore. Gimana kabar lo dek? Gila udah makin tinggi ya lo, bahkan sekarang lo lebih tinggi dari gue. Oh iya Aje juga kabarnya gimana?", tanya Lee.

Jeje tertawa.

"Alhamdulillah gue baik bang, Kak Aje juga baik", jawab Jeje.

Lee mengangguk.

"Abang balik ke Jakarta sendiri atau bareng abang yang lain?", tanya Jeje.

Abang yang lain yang di maksud Jeje adalah Bright Kakak dari Arin, Win Kakak Sepupu dari Nanon dan Chimon. Sebenarnya Nanon dan Chimon adalah sepupu dekat, maka dari itu mereka selalu bersama dan sudah dekat sejak dulu.

"Bareng yang lain juga. Wahh gue kangen banget ama kalian", kata Lee.

"Kita juga kangen banget ama abang-abang semua. Jadi gimana rasanya kuliah di luar negeri, bang?", berlanjut lah perbincangan mereka hingga Al datang menghampiri.

"Nah itu Al nya udah datang", kata Lee saat menyadari keberadaan sang adik.

"Loh Je? Ngapain disini?", tanya Al.

"Jemput kamu dong. Kita barengan ke kampus", jawab Jeje.

"Kok ga bilang-bilang dulu?"

"Kan emang biasa nya kayak gini"

Lee menatap menggoda ke arah sang adik.

"Abang jangan natap Al kayak gitu ya. Al dan Jeje cuma temen"

Jeje tersenyum.

"Sekarang temen, ke depannya kita akan ubah status kita", kata Jeje dengan mantap.

"Nah, ini nih yang abang suka. Abang percayain Al ke lo ya dek", kata Lee sambil menepuk pundak Jeje.

Jeje tersenyum dan mengangguk.

"Siap, bang"

"Kalian apa-apaan sih? Gaje banget. Udah yuk berangkat, ntar telat"

"Ya udah bang, gue ama Al berangkat dulu ya", pamit Jeje pada Lee.

"Oke, kalian hati-hati ya. Je, jagain adek gue"

"Pasti bang, tenang aja", kata Jeje yang membuat Lee tersenyum senang dan mengacungkan jempolnya pada Jeje.





            ♡´・ᴗ・'♡



"Je, gue mohon jangan asal ngomong kayak tadi tentang kita berdua", kata Al saat sudah berada di dalam mobil bersama Jeje.

"Aku serius ngucapin itu, Al"

"Ga, lo cuma buat itu jadi bahan candaan doang. Gue tau lo cuma main-main"

"Aku ga ada niatan main-main sama sekali"

"Gue kenal lo udah lama, jangan bohongin gue"

"Aku serius, Al. Aku gak ada niatan main-main dan bohongin kamu"

"Je, gue mohon dengan sangat. Kalau lo cuma pengen mainin gue, tolong berhenti. Gue gak mau dijadiin mainan lo"




CKITT




Suara ban mobil yang bergesekkan dengan aspal masuk ke indera pendengaran Al.

Jeje tiba-tiba menghentikan Mobilnya. Untungnya saat ini mereka sedang berada di jalanan yang sepi.

"Lo apa-apaan sih?", protes Al saat Jeje mengerem mendadak.

"Mainan? Kamu pikir aku mainin kamu?", Jeje menatap Al dengan tatapan sendu.

Al menatap Jeje, di mata Jeje tersirat bahwa ia terluka dengan apa yang dikatakan oleh Al, dan Al sadar akan hal itu.

Tapi Al juga tidak ingin terus-menerus seperti ini. Sampai kapan Jeje akan terus memperlakukannya dengan manis tanpa memperjelas status mereka.

Ya, Al akui ia dan Jeje berteman. Tapi apa wajar Jeje terus bersikap manis layaknya pacar pada dirinya padahal status mereka hanya sebatas teman?

Al tentu menyimpulkan jika Jeje hanya bermain-main dengannya. Semenjak Al mengenal Jeje, dia tidak pernah melihat lelaki itu serius dalam menjalin hubungan dengan gadis manapun.

Jeje hanya menjadikan mereka sebagai mainan. Jeje mendekati mereka, setelah gadis yang Jeje dekati terbawa perasaan, Jeje akan langsung meninggalkan mereka.

Al tidak ingin hal serupa terjadi pada dirinya. Disaat dirinya sudah benar-benar percaya pada Jeje, Jeje akan dengan mudahnya meninggalkan dirinya. Al tidak ingin itu terjadi.

Maka dari itu sekarang Al ingin memperjelas semuanya.

Yang tidak Al ketahui adalah, gadis yang Jeje dekati adalah gadis yang menyukai Jeje, mereka lah yang terlebih dahulu mendekati Jeje. Tetapi Al sudah terlanjur salah paham dengan semuanya.

"Iya mainan. Gue ga mau dijadiin mainan. Lo bisa cari cewe lain yang akan dengan mudahnya terperangkap semua rayuan lo"

"Kamu salah"

"Apa yang salah dari ucapan gue? Lo selama ini ga pernah serius deketin cewe. Lo deketin mereka hanya buat senang-senang. Begitu lo puas, lo akan ninggalin mereka"

"Cukup, Al"

"Stop mainin gue. Gue gak mau bernasib sama kayak cewe lain yang pernah lo deketin"

"APA KAMU GAK BISA LIHAT KETULUSAN AKU DEKETIN KAMU?! AKU BENERAN SUKA SAMA KAMU AL", tanpa sadar Jeje kehilangan kendali.

Ia meneriaki Al.

Al terdiam. Ia terkejut dengan pengakuan yang baru saja Jeje katakan. Al juga terkejut karena baru kali ini Jeje marah padanya.

Bahkan saat Al memukuli dan menghajar Jeje, Jeje tidak pernah sekalipun marah, bahkan Jeje akan kembali bermanja pada dirinya.

Tapi sekarang...

Jeje menghela napas.

"Maafin aku udah neriakin kamu"

Al masih terdiam.

"Aku bener-bener serius sama kamu. Semua yang kamu pikirin tentang aku yang main-main deketin kamu, itu salah, Al", kata Jeje lembut.

Jeje benar-benar merasa bersalah karena telah melampiaskan emosi nya pada Al.

Jeje benar-benar menyesal karena telah meneriaki gadis yang ia cintai.

"Aku pengen ke kampus, jalanin mobilnya"

"Al..."

"Sekarang, Je. Please"

Jeje menatap Al nanar.

"Maafin aku, Al", batin Jeje dan langsung mengikuti permintaan Al.



Tanpa Jeje sadari, Al meneteskan air matanya.































*Bersambung*

Gimana tanggapan kalian kalau ada di posisi Al?

[✔]𝐌𝐲 𝐀𝐧𝐧𝐨𝐲𝐢𝐧𝐠 𝐁𝐨𝐲 || 𝐍𝐚𝐧𝐨𝐧 𝐊𝐨𝐫𝐚𝐩𝐚𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang