Suatu hari di bulan Januari, 2020
Seorang wanita paruh baya tengah menyiapkan sarapan di meja makan. Wanita itu adalah Erika, mama Aben. Menu sarapan yang dibuatnya sangat sederhana, hanya nasi goreng, telur mata sapi, dan susu.
"Ben!" panggil Erika. "Ayo sarapan, sayang."
"Iya, ma. Sebentar."
"Cepatlah! Sebelum susu dan nasi gorengnya menjadi dingin."
Tak lama kemudian Aben keluar dari kamarnya. Penampilannya lumayan berantakan, dengan baju seragam putih abu-abunya dikeluarkan, dan dasinya belum ia pakai.
Erika yang melihat penampilan anaknya seperti itu mendesah pelan. Ia menghampiri Aben. Diambilnya dasi yang berada dalam genggaman Aben, kemudian dipasangkannya pada kerah baju anak semata wayangnya itu.
"Semalam mama sudah ingatkan, jangan bergadang. Tapi kau tidak mendengarkan petuah mama. Inilah akibatnya!" kesal Erika sambil membenarkan letak simpul dasi yang sudah jadi.
"Aben tidak bisa tidur, ma."
"Kenapa? Masih belum terbiasa dengan kamar barumu?" tebak Erika.
Aben mengangguk. "Ma, sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa kita harus pindah dari rumah lama kita? Dan, apa tidak cukup dengan kita pindah rumah saja sampai mama juga memindahkan sekolah Aben?"
Erika tidak menjawab. Wanita itu memilih duduk di meja makan, kemudian mengambilkan sepiring nasi goreng untuk Aben. "Ayo sarapan, nanti kau telat datang ke sekolah."
"Karena papa?" selidik Aben sambil menarik kursi untuk duduk di depan mamanya.
"Ben, jangan sekarang, ya?"
Aben menghela napas, kemudian ia mengangguk pasrah. Setelah itu, Aben memakan sarapannya dalam diam. Aben tidak mengerti, mengapa setiap kali ia menanyakan sesuatu terkait papanya, Erika selalu menghindar. Mereka bahkan sering pindah rumah, dan Aben tidak pernah diberitahu alasannya.
"Hari ini mama yang akan mengantarmu ke sekolah," kata Erika.
Aben yang sedang mengunyah nasi goreng di mulutnya, tersedak. Ia kaget mendengar ucapan mamanya barusan. Aben meminum air putih beberapa tegukan. Kemudian ia menatap Erika seraya berujar, "Aben bukan anak kecil lagi, ma. Aben tidak lupa di mana letak sekolah Aben. Aben tidak akan tersesat. Jadi, mama tidak perlu mengantar Aben ke sekolah."
"Mama hanya ingin pastikan kalau anak mama tiba di sekolahnya dengan selamat."
"Mama takut Aben bolos sekolah, kan?" tebak Aben.
"Mama antar hari ini, atau motormu mama jual?" ancam Erika.
Lagi-lagi Aben mengangguk pasrah. "Baiklah, hari ini aku berangkat bersama mama."
Setelah menghabiskan sarapan, Erika mengantar Aben ke sekolah. Kalau bukan demi motor kesayangannya, Aben tidak akan mau diantar mamanya. Apa jadinya jika ada seseorang yang ia kenal melihatnya turun dari mobil sang mama? Bisa-bisa dirinya di cap 'anak mama'. Ah, memikirkannya saja sudah membuat Aben sakit kepala.
Aben menoleh ke samping. Menatap Erika yang tengah fokus pada jalanan di depannya. "Ma," panggil Aben.
"Ada apa sayang?"
"Apa mama tidak ingin papa menemukan kita? Itu sebabnya selama ini kita hidup dalam pelarian seperti ini?"
"Bukankah tadi kau sudah setuju untuk tidak membahas hal itu, Ben?"
Aben mengangguk membenarkan. "Tapi Aben butuh jawaban, ma."
"Mama akan jawab, tapi tidak sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Carrolline, I Love You! [On Going]
Teen FictionJika bertahan hanya menambah luka, akhiri saja. ___//__________________________________ Kisah tentang gadis remaja bernama Carrolline yang memiliki penyakit yang siap membawanya menuju kematian. Ia berusaha memperjuangkan cinta di sisa hidupnya. Apa...